Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 02/11/2022, 09:00 WIB
Audrey Aulivia Wiranto,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tak dimungkiri, Belanda, telah mewariskan segala bentuk infrastruktur dan bangunan-bangunan.

Mereka membangun banyak rumah, penjara, benteng-benteng, gereja dan bangunan-bangunan umum lainnya dengan bentuk tata kota dan arsitektur yang sama persis dengan negara asalnya.

Bangunan-bangunan yang ditinggalkan memiliki langgam arsitektur kolonial dengan mengadopsi gaya neo-klasik yang bertolak dari Yunani dan Romawi.

Menurut Handinoto dalam Arsitektur dan Kota-Kota di Jawa pada masa Kolonial, terbitan Graha Ilmu, Yogyakarta (2012), ciri yang mencolok terletak pada bentuk dasar bangunan.

Baca juga: Arsitektur Googie, Gaya Futuristik yang Berawal dari Kedai Kopi

Ciri khas ini terutama pada trap-trap tangga naik, bentuk pedimen (segitiga berisi relief mitos Yunani atau Romawi di atas deretan kolom), dan tympanum (konstruksi dinding berbentuk segitiga atau setengan lingkaran) yang diletakkan di atas pintu dan jendela sebagai hiasan.

"Arsitektur kolonial Belanda merupakan arsitektur yang memadukan antara budaya Barat dan Timur," tulis Handinoto.

Arsitektur ini hadir melalui karya arsitek Belanda dan diperuntukan bagi bangsa Belanda yang tinggal di Indonesia pada masa sebelum kemerdekaan.

Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia dalam perkembangannya terbagi menjadi tiga periode yaitu Indische Empire style (Abad 18-19); Arsitektur Transisi (1890-1915) dan Arsitektur Kolonial modern (1915-1940).

1. Gaya Arsitektur Indische Empire Style (Abad 18-19)

Gaya arsitektur ini diperkenalkan oleh Herman Willen Daendels saat bertugas sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda (1808-1811).

Indische Empire Style (gaya Imperial) merupakan gaya arsitektur yang berkembang pada pertengahan abad ke-18 sampai akhir abad ke-19.

Baca juga: Rumah Gadang, Arsitektur Beradat di Ranah Minang

Gaya arsitektur ini dimulai di daerah pinggiran kota Batavia (Jakarta). Munculnya gaya tersebut akibat percampuran kebudayaanBelanda, Indonesia dan sedikit kebudayaan China.

Ciri-ciri bangunannya adalah pertama; denah berbentuk simetris. Bentuk ini memungkinkan di tengah bangunan terdapat ruang utama yang terdiri dari kamar tidur utama dan kamar tidur lainnya yang berhubungan langsung dengan teras depan dan teras belakang.

Kedua, teras yang sangat luas dan diujungnya terdapat barisan kolom yang bergaya Yunani (Doric, Ionic dan Corinthian).

Ketiga, dapur, toilet dan gudang yang merupakan bagian terpisah dari bangunan utama, letaknya ada di1 bagian belakang.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com