Pasar Properti Hong Kong Tetap Subur Meski Dihajar Pandemi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pasar properti di Hong Kong terus menunjukkan geliatnya di tengah pandemi Covid-19 dengan total transaksi hingga ke level tertinggi dalam 24 tahun terakhir.

Dilansir dari Asia Property Award, Rabu (07/07/2021), data Midland Realty melaporkan kesepakatan pembelian properti mulai dari rumah, komersial dan industri hingga pembelian lahan parkir meningkat hingga 468,71 miliar dollar Hong Kong (HKD) dalam enam bulan pertama.

Ini adalah volume tertinggi dalam paruh pertama tahun berjalan sejak sebelumnya pernah terjadi pada tahun 1997, pendapatan dari sektor properti mencapai 483,6 miliar HKD.

Dari keseluruhan properti, pembelian rumah bekas atau rumah seken menjadi pembelian terbanyak dengan nilai 280,06 miliar HKD atau hampir 60 persen dari omset.

Baca juga: Pemerintah Malaysia Didesak Buka Kembali Sektor Ritel

Kepala analis Midland Realty Buggle Lau Kai-fai mengatakan, pasar properti telah kembali menggeliat meski pandemi Covid-19 belum sepenuhnya berakhir.

“Bahkan di tengah kabut pandemi, pasar properti telah pulih kembali. Kita lihat, jumlah dan nilai transaksi meningkat, di mana pasar perumahan bekas telah menjadi pasar utamanya,” ujar Kai-Fai.

Selain itu, permintaan properti untuk pemanfaatan di sektor perkantoran juga mengalami pertumbuhan transaksi yang cepat.

Salah satu transaksi terbesar yang terjadi adalah penjualan Kowloon Bay International Trade and Exhibition Center senilai 10,5 miliar HKD pada bulan Juni lalu.

Direktur pelaksana di Centaline Commercial Stanley Poon Chi-ming menambahkan pasar perkantoran memberi sinyal pemulihan positif dan akan menguat setelah lockdown ditiadakan dan investor dari China daratan akan kembali.

"Titik terbawah dari pasar properti industri dan komersial telah berakhir, kini pasar properti trennya mengalami kenaikan secara perlahan," kata Poon.

Pembelian di segmen properti komersial dan industri pada semester pertama naik 136 persen, tertinggi sejak paruh kedua 2018 sebelum investor menarik diri karena kerusuhan dan pandemi virus corona.

Transaksi pada semester kedua tahun ini diperkirakan akan meningkat 25 persen lagi dari semester pertama. Terlebih kondisi pandemi sudah mulai mereda di China.