Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bernardus Djonoputro
Ketua Majelis Kode Etik, Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP)

Bernardus adalah praktisi pembiayaan infrastruktur dan perencanaan kota. Lulusan ITB jurusan Perencanaan Kota dan Wilayah, dan saat ini menjabat Advisor Senior disalah satu firma konsultan terbesar di dunia. Juga duduk sebagai anggota Advisory Board di Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung ( SAPPK ITB).

Selain itu juga aktif sebagai Vice President EAROPH (Eastern Region Organization for Planning and Human Settlement) lembaga afiliasi PBB bidang perencanaan dan pemukiman, dan Fellow di Salzburg Global, lembaga think-tank globalisasi berbasis di Salzburg Austria. Bernardus adalah Penasehat Bidang Perdagangan di Kedubes New Zealand Trade & Enterprise.

Menyoal Strategi Pariwisata, Kesalahan Fatal Branding 10 Bali Baru

Kompas.com - 18/01/2021, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

JIKA dibaca sekilas, strategi dan masterplan pariwisata mempunyai kaitan amat erat. Untuk awam bisa sama, bahkan mirip.

Namun, di dalam konteks birokrasi Indonesia menjadi amat sangat berbeda. Salah mengartikan, bisa fatal. Karena tupoksi, anggaran, dan siapa yang menyusun, ternyata berbeda-beda.

Indonesia, zamrud katulistiwa dengan pesona dan modal kecantikan destinasinya, harus punya strategi jitu dalam mengembangkan sektor ini.

Persaingan kelas dunia, dan kekhasan atraksi, membuat strategi pariwisata Indonesia niscaya harus bervisi kelas dunia.

Persis satu tahun lalu di Davos, di sela-sela World Economic Forum (WEF) 2020, saya sempat berbincang dengan rekan dari Swiss berkaitan dengan peluang pariwisata Indonesia.

Dengan posisi ke-40 pada 2019 dalam Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) yang dilansir WEF, Indonesia memang harus bisa meningkatkan kualitas destinasi sesuai segmen pasar dan minat turis dunia.

Saya pernah menulis sebelumnya, mencerna tantangan pengembangan pariwisata itu seperti mencoba menelusuri kompleksitas anggur merah.

Perlu cita rasa, pengetahuan yang senantiasa terasah, dan "nose" atau insting kepekaan yang digunakan mencocokkan dengan konsumen sesuai karakternya.

Kekhasan atraksi, pengembangan destinasi kelas dunia, dan peningkatan pelayanan, jasa dan industri pendukung, harus dikembangkan melalui strategi yang visioner.

Saya pun yakin strategi itu-lah yang menjadi basis pemikiran Presiden Joko Widodo mencanangkan 10 destinasi prioritas yang akan difokuskan pengelolaannya oleh pemerintah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+