Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menakar Prospek Bisnis Jalan Tol Tahun 2021

Kompas.com - 17/01/2021, 21:00 WIB
Hilda B Alexander

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun 2020 adalah tahun yang sangat sulit bagi semua pelaku usaha, termasuk investor, dan badan usaha jalan tol (BUJT).

Industri infrastruktur jalan tol sedang diuji ketahanan model bisnisnya, terutama di segmen operasional dan konstruksi.

Namun demikian, Sekjen Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) Krist Ade Sudiyono menuturkan, di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, secara garis besar kinerja industri jalan tol 2020 masih cukup baik.

Sampai dengan akhir tahun 2020, Pemerintah berhasil menambah ruas jalan tol yang beroperasi sepanjang 258 kilometer. Dengan demikian, total panjang jalan tol yang beroperasi menjadi 2.333 kilometer. 

Tahun 2020, Pemerintah juga telah mengintroduksi beberapa proyek inisiasi baru seperti Tol Yogyakarta-Bawen, Serpong-Bogor, Cikunir-Karawaci, Kamal-Teluk Naga-Rajeg, dan sebagainya.

Baca juga: Resmi, Tarif 8 Ruas Tol Naik Serentak Minggu 17 Januari

Hal yang sama juga untuk kinerja jalan tol yang sudah beroperasi. Goncangan di awal pandemi dengan melemahnya trafik jalan tol tidak berlangsung lama, seiring dengan pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada pertengahan tahun 2020 trafik kembali meningkat.

Pada akhir 2020, trafik harian beberapa ruas jalan tol bervariasi antara 70 persen hingga 90 persen mendekati trafik di awal tahun sebelum pandemi.

"Pola “V-Shape” yang terjadi di jalan tol saat ini menunjukkan volume lalu lintas memasuki fase pemulihan," ucap Krist.

Tantangan Tahun 2021

Jalan Tol Manado-BitungJasa Marga Jalan Tol Manado-Bitung
Meskipun proses vaksinasi mulai dilakukan Januari 2021, namun ketentuan protokol Covid-19 masih harus tetap dijalankan.

Menurut Krist, kondisi ini memmengaruhi proses penyelesaian beberapa pekerjaan kontruksi, dan penerapan protokol kesehatan yang ketat di tol operasional.

Dari perspektif bisnis, upaya menjaga iklim investasi dan kepastian usaha jalan tol, diprediksi menjadi lebih berat.

"Upaya menarik investor baru menjadi lebih menantang karena perbedaan ekspektasi baik dari sisi regulator, investor, maupun pemangku kepentingan lainnya," kata Krist.

Selain aspek tingkat kelayakan proyek, nilai valuasi dan ketersediaan pendanaan proyek, dan kompleksitas kompetensi yang dibutuhkan untuk memasuki bisnis jalan tol, akan menjadi diskursus dan narasi utama, selain berkembangnya tuntutan nilai publik yang semakin kuat ke depan.

Sehingga aktualisasi kinerja operasi jalan tol diprediksi masih akan tertekan, karena perbedaan asumsi dasar bisnis plan dan konsistensi penerapan model bisnis yang disepakati.

Krist mencontohkan, asumsi proyeksi trafik jalan tol yang tergerus akibat pandemi Covid-19. Demikian juga penyesuaian tarif berdasarkan inflasi dua tahun aktual.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com