Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hingga 2020, Indonesia Nomor Dua di Asia Tenggara untuk Urusan Pencakar Langit

Kompas.com - 31/12/2020, 21:39 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Sementara Malaysia sebagai pesaing terdekat, sejatinya unggul dari jumlah supertall. Hingga akhir 2020, jiran ini punya empat supertall.

Keempatnya adalah Four Seasons Place sejangkung 342,5 meter, The Exchange 106 setinggi 445,5 meter, Petronas Twin Tower 1 dan 2 masing-masing 451,9 meter. 

Tak hanya itu, Malaysia juga punya satu megatall yang sudah memasuki tahap struktur tutup atap yang mengangkasa 644 meter.

Sedangkan Thailand tengah membangun One Bangkok O4H4 yang menjulang 436,1 meter.

Fakta ini selain menjadikan Thailand berada di peringkat pertama Asia Tenggara juga ada di urutan delapan dunia, disusul Indonesia nomor sembilan dunia, dan Malaysia di posisi ke-sepuluh.

Perlukah Indonesia membangun pencakar langit?

Editor in Chief CTBUH Daniel Safarik mengatakan lugas, "Ya", ketika menjawab Kompas.com, pada Kamis (3/12/2020).

Menurut dia, kota-kota di Indonesia berkembang sangat pesat dan ketersediaan lahan untuk hunian makin lama kian menyusut.

Menggabungkannya dengan banyak bagian dari wilayah urban Jakarta, sebagai contoh untuk saat ini yang tenggelam di bawah permukaan laut, ke depan bangunan tinggi akan banyak dibangun.

"Mungkin lokasinya lebih jauh dari pantai dan di tanah yang lebih kokoh, tetapi di area dengan lahan terbatas," kata Daniel.

Ilustrasi Uni Emirat Arab - Burj Khalifa di Dubai.PIXABAY Ilustrasi Uni Emirat Arab - Burj Khalifa di Dubai.
Meminjam ungkapan lama Cass Gilbert, arsitek gedung Woolworth di New York, "skyscrapers are machines to make the land pay", itulah alasan paling sederhana kenapa pencakar langit harus dibangun.

"Karena secara ekonomi masuk akal, di pasar tanah yang mahal dibangun gedung tinggi," imbuh dia.

Meski demikian, Daniel mengakui, pencakar langit sebenarnya ditujukan sebagai simbol perkembangan dan kemajuan ekonomi suatu negara kepada dunia.

Namun, ada juga negara yang memang membangun pencakar langit hanya sebagai prestise, seperti Burj Khalifa di Dubai, Uni Emirat Arab.

Dengan embel-embel "dekat Burj Khalifa", maka harga tanah dan properti yang ditawarkan akan menjadi lebih mahal.

Bagaimana dengan Indonesia? Apakah Thamrin Nine dengan Autograph Tower-nya akan mendongkrak harga tanah dan properti di sekitarnya menjadi lebih mahal dan prestisius?

Kita tunggu saja....

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com