Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Sabo Dam, Solusi Cegah Banjir Bandang Sungai Radda di Sulsel

Menurut Direktur Sungai dan Pantai Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya Air (SDA) Bob Arthur Lombogia, sabo dam dibangun sebagai pengendali sedimen di Sungai Radda.

Tujuan dibangunnya sabo dam adalah menjaga erosi permukaan tanah, menstabilkan dasar dan tebing sungai, mengurangi kecepatan banjir, serta menampung aliran sedimen.

Sabo sendiri berasal dari bahasa Jepang, sa yang berarti pasir dan bo yang berarti pengendalian.

Teknologi sabo ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1970 sejak kedatangan Tenaga Ahli Bidang Teknik Sabo dari Jepang Mr. Tomoaki Yokota.

Saat itu, teknologi sabo dipandang sebagai salah satu alternatif terbaik dalam rangka upaya penanggulangan bencana alam akibat erosi, aliran sedimen, dan proses sedimentasi di Indonesia.

Sabo dam merupakan bangunan pengendali aliran debris atau lahar yang dibangun melintang pada alur sungai.

Tidak hanya akan dibangun di Luwu Utara, Pemerintah sejatinya telah membangun sabo dam sebagai solusi penanganan banjir lahar Gunung Merapi di Jawa Tengah (Jateng).

Tata letak pembangunan sabo dam di daerah gunung berapi dilakukan di daerah produksi hingga pengendapan sedimen.

Untuk di daerah tersebut, batuan dasar alur sungai sudah tertimbun endapan hasil letusan gununga pi, sehingga letaknya cukup dalam.

Oleh karena itu, pondasi sabo dam dibuat mengambang dengan anggapan bahwa batuan pada pondasi tersebut memiliki karakteristik yang cukup keras.

Sabo Dam ini dibangun secara seri. Artinya, bangunan yang satu mendukung bangunan lainnya, dengan jarak tertentu yang disyaratkan agar stabil dan aman dari gerusan lokal.

https://www.kompas.com/properti/read/2023/02/20/210000521/mengenal-sabo-dam-solusi-cegah-banjir-bandang-sungai-radda-di-sulsel

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke