Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pasar Apartemen Tiarap, Sejumlah Pengembang Fokus Jual Rumah Tapak

Namun, kondisi sektor apartemen di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir semakin memprihatinkan terutama setelah dihantam Pandemi Covid-19.

Bahkan, meski penanganan pandemi relatif berhasil, namun belum ada tanda-tanda menggembirakan dari sektor ini.

Menurut Head Research Department Colliers Indonesia Ferry Salanto kondisi pasar apartemen di Indonesia ternyata sudah menunjukan tanda-tanda penurunan performa sebelum pandemi Covid-19 terjadi, yakni pada tahun 2019.

Penyebab utamanya tak lain dan tak bukan, kebanyakan pembeli apartemen adalah para investor bukan pengguna akhir atau end user.

“Sebelum tahun 2019, penjualan apartemen sudah menurun. Hal ini karena pembeli apartemen adalah para investor bukan end user,” ungkap Ferry.

Pandemi Covid-19 kemudian memperburuk situasi pasar apartemen karena jumlah penyewa pun semakin berkurang.

Selain itu, kondisi ekonomi dari perusahaan-perusahaan multinasional juga turut mempengaruhi kondisi sektor apartemen di Indonesia.

Hal tersebut karena mayoritas penyewa apartemen adalah karyawan perusahaan multinasional termasuk para ekspatriat.

Banyak perusahan yang mengalami masalah ekonomi selama pandemi. Karena itu, mereka berusaha mengurangi beberapa beban termasuk jumlah karyawan asing yang mereka kirim untuk bekerja di Indonesia.

"Tentu saja, hal tersebut membuat sejumlah unit apartemen yang biasanya ditempati langsung kosong,” jelas Ferry.

Pengamatan Ferry dikuatkan oleh data Knight Frank Indonesia. Dari total pasokan apartemen yang tersedia di Jakarta hingga Juni 2022 sebanyak 9.348 unit, hanya terisi 58,8 persen.

Itu artinya sekitar 5.496 unit apartemen yang sudah berpenghuni. Sedangkan 3,851 unit sisanya masih menanti penyewa.

Kondisi inilah yang memaksa sejumlah pengembang untuk mengerem peluncuran proyek apartemen baru. Sebaliknya, mereka justru fokus dan menggenjot penjualan rumah tapak.

PT Perintis Triniti Properti Tbk atau Triniti Land contohnya. Pengembang ini menyetop sementara peluncuran produk apartemen baru. Sebagai gantinya untuk mempertahankan pendapatan, perseroan meluncurkan tiga proyek perumahan.

Ketiga proyek tersebut adalah Sequoia Hills di Sentul, Jawa Barat, Holdwell Business Park di Lampung, dan Tanamori di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Menurut CEO Triniti Land Ishak Chandra, risiko membangun perumahan lebih kecil ketimbang apartemen. Dana untuk membangun rumah sebanyak unit yang terjual.

"Hal ini berbeda dengan membangun apartemen. Berapa pun unit yang terjual, satu gedung harus dibangun. Ini jelas risikonya lebih tinggi," ujar Ishak.

Selain itu, penjualan rumah lebih cepat ketimbang apartemen. Hal ini terbukti dari kontribusi Sequoia Hills yang mencapai 48 persen atau Rp 300,2 miliar dari total marketing sales sebesar Rp 640 miliar.

Hal senada dikemukakan Direktur Pengembangan Bisnis PT Intiland Development Tbk Permadi Indra Yoga. Perusahaan saat ini mengejar penjualan rumah tapak.

"Sekarang komposisinya 60 persen revenue perusahaan dikontribusi oleh penjualan rumah tapak," imbuh Indra.

Kemudian, segmen pengembangan kawasan industri mencatatkan prapenjualan Rp 214 miliar atau 26 persen total marketing sales.

Sementara serta segmen pengembangan mixed-use dan high rise (termasuk apartemen) hanya senilai Rp 110 miliar atau setara 14 persen.

Untuk itulah Intiland Development menggeber pemasaran Virya Semanan di Jakarta Barat. Berbagai platform mereka implementasikan, termasuk pemasaran digital yang bekerja sama dengan Lamudi.

Kendati kuantitasnya terbatas, hanya 30 unit, namun karena produknya sesuai dengan pangsa sasaran yakni kalangan yang tidak sensitif terhadap harga, Virya disambut antusias konsumen.

Commercial Director Lamudi Yoga Priyautama mengungkapkan, dalam tiga bulan 14 unit sudah terjual, dari total target marketing revenue senilai Rp 90 miliar.

Menurut Yoga, lokasi Virya Semanan termasuk area favorit dengan jumlah peminat yang cukup tinggi.

Hal ini karena Jakarta Barat merupakan daerah kedua di Jakarta yang harga lahannya relatif termurah dengan kisaran Rp 23,5 juta per meter persegi.

Sehingga, permintaan rumah tapak di kawasan Jakarta Barat terus mengalami kenaikan, tahun ini 23 persen lebih tinggi ketimbang tahun 2021.

Dalam catatan Lamudi, dibanding apartemen, permintaan rumah tapak akan terus naik. Bahkan, secara Nasional, peningkatan permintaan rumah tahun 2022 ini mencapai 38 persen dibanding tahun lalu.

"Fenomena ini sekaligus mengindikasikan bahwa segmen rumah tapak sangat prospektif baik untuk investasi maupun ditinggali," tuntas Yoga.

https://www.kompas.com/properti/read/2022/09/30/180000121/pasar-apartemen-tiarap-sejumlah-pengembang-fokus-jual-rumah-tapak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke