Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bendungan Terus Dibangun, Apa Manfaatnya bagi Masyarakat?

Salah satu infrastruktur yang tengah dibangun adalah di bidang sumber daya air (SDA) melalui pengadaan sejumlah bendungan di seluruh wilayah Indonesia.

Adapun beberapa bendungan lain sudah pernah beroperasi sebelumnya, misalnya Bendungan Jatigede di Kabupaten Sumedang, Bendungan Bendo di Kabupaten Ponorogo, Bendungan Tugu di Kabupaten Trenggalek, dan Bendungan Gongseng di Kabupaten Bojonegoro.

Bendungan memiliki banyak fungsi, sebut saja untuk menyediakan air baku selama musim kemarau, pembangkit listrik, pengairan, dan mengatasi banjir di suatu wilayah.

Akan tetapi, apakah pemanfaatan bendungan-bendungan aktif Indonesia bermanfaat sudah sesuai dengan tujuan awal?

Terkait hal ini, pengamat Bendungan Didiek Djarwadi menjelaskan, pembangunan bendungan mulai tahap pembuatan desain sudah direncanakan dan harus mendapatkan sertifikat layak bangun dan izin pelaksanaan sebelum dilaksanakan.

Sertifikat tersebut adalah dokumen yang dikeluarkan langsung oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) atas rekomendasi Komisi Keamanan Bendungan (KKB).

Setelah itu, proyek bendungan juga harus melalui evaluasi oleh KKB untuk mendapatkan izin penggenangan waduk dan izin operasional bangunan.

Selain itu, setiap lima tahun sekali bendungan dan bangunan pelengkapnya harus dievaluasi dengan melakukan inspeksi besar oleh KKB untuk mengetahui rating atau nilai bendungan dengan nilai maksimum 100.

"Hal ini dilaksanakan untuk menilai kinerja suatu bendungan," ungkap Didiek saat dihubungi Kompas.com, Rabu (29/3/2022).

Lebih lanjut, bendungan-bendungan aktif Indonesia akan mengalami pengurangan nilai sehubungan dengan waktu pengoperasiannya, seperti terjadi proses pendangkalan waduk oleh sedimen.

Namun, menurutnya, melalui inspeksi besar yang dilakukan secara rutin dan saksama, kinerja bendungan aktif Indonesia bisa dipertahankan.

Pertanyaan lain muncul terkait dampak pembangunan bendungan bagi lingkungan. 

Dilansir dari Arcadia, setelah Bendungan Aswan di Mesir dibangun, para ilmuwan melihat adanya penurunan tajam dalam produksi ikan di area sekitar karena jumlah nutrisi dan makanan yang berkurang.

Tangga ikan yang dibangun di bendungan untuk membantu ikan bermigrasi juga tidak dapat digunakan dengan baik oleh ikan, terlebih ketika air bendungan bergerak sangat cepat.

Lantas, bagaimana dengan Indonesia?

Didiek kembali menjelaskan, sungai-sungai di Indonesia tidak memiliki ukuran sebesar Sungai Nil di Mesir sehingga masalah tersebut bisa dihindari.

"Untuk ikan, memang ada spesies yang kalau bertelur akan bergerak ke hulu, dan setelah itu kembali ke hilir atau bahkan ke laut. Untuk mengetahui keberadaan spesies ikan jenis ini, tentu perlu dilakukan survei, penelitian, dan identifikasi di lapangan," tambah Didiek.

Jika terdapat spesies ikan yang begerak ke hulu dan hilir dalam kondisi tertentu, bendungan tetap bisa dibangun dan bisa dilengkapi dengan struktur fish ladder agar ikan bisa bermigrasi dengan bebas.

Jika fish ladder tidak bisa diusahakan dibangun karena bendungan memiliki desain tinggi, cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan membangun fish trap untuk mengumpulkan dan menangkap ikan yang akan bergerak ke hulu.

"Kemudian memindahkan dengan cara manual, seperti menjaring, mengangkut, dan melepaskan di waduk," Didiek kembali menjelaskan.

Menurut dia, karena pola migrasi ikan ke hulu dan hilir bisa dipelajari, kelangsungan hidup spesies ikan dapat dipertahankan.

https://www.kompas.com/properti/read/2022/03/31/150000621/bendungan-terus-dibangun-apa-manfaatnya-bagi-masyarakat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke