Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengembangkan Koridor Taman Nasional, Perluas Besaran Ekonomi Kawasan

Jalan yang kini menjadi padat dengan pembangunan sporadis pita sepanjang jalan nasional, kini tak berbeda dengan kota-kota lain.

Jalan antar kota antar daerah, terbangun acak sepanjang sisinya, tak bersisa. Keseragaman yang menyesakkan, sepanjang 70-an kilometer.

Di sana sini terdapat ATM, minimarket, ATM lagi, ayam goreng krispi, minimarket lagi, toko ponsel, dan seterusnya.

Padahal, poros ini penting sejak dulu. Tahun 1809-1811, Gubernur Jenderal Daendels membangun Jalan Raya Pos dari Anyer ke Panarukan dan rute Batavia-Bandoeng melalui Buitenzorg hingga Tjiandjoer.

Jalur utama ini melalui pegunungan karst dan lembah aliran Sungai Citarum, yang sampai 1852 penyebrangan Sungai Citarum masih dilakukan dengan cara menaiki perahu.

Baru tahun 1979 di zaman Orde Baru selesai dibangun Jembatan Tol Rajamandala.

Akhir pekan kemarin dalam perjalanan mendaki gunung Gede Pangrango, saya harus melalui jalan bersejarah ini.

Pada saat pandemi ini, mungkin sama seperti 1808, ketika wabah penyakit melanda para pekerja di proyek Jalan Raya Pos Daendels.

Melewati poros tersebut hari ini, luar biasa melelahkan. Maut seolah mengancam setiap saat.

Bis, truk, angkot, motor, sepeda, mobil pribadi, motor ibu-ibu, tumpah ruah.

Ekspektasi pengendara jalan nasional yang ingin kecepatan tertentu, harus mengerem karena masyarakat lokal memakai jalan nasional tersebut bak jalan lokal yang menghubungkan gang kampung satu dengan lain nya.

Di sana sini banyak ancaman ibu-ibu lampu sign ke kiri, beloknya ke kanan. Dan ojol melaju sambil berselancar dengan gawainya di atas motor berjalan. Ngeri!

Akibatnya, dapat kita rasakan. Bahaya mengancam di mana-mana karena kecepatan brutal jalan nasional bisa berakibat fatal.

Namun, bagi masyarakat setempat, koridor bersejarah ini adalah urat nadi ekonomi, walaupun perekonomiannya masih tanda tanya.

Banyak restoran legendaris untuk istrirahat kaum komuter Bandung-Jakarta di titik-titik utama sepanjang jalan kini sudah tidak lagi ada.

Kisah sejarah jalan pos, juga dibarengi legenda setempat yang tak lepas dari sistem gunung Gede Pangrango.

Dari puncak Gede, keanggunan dan pesona mistis alun-alun Suryakencana, hingga kini tetap memancarkan nilai-nilai lokal yang abadi.

Kelestarian kisah eyang Suryakencana tetap hadir hingga kini. Bagi kita yang sempat menginap di pelukan alun-lun ketinggian 2,700 meter di atas permukaan laut ini, kita dapat menikmati pesona kesakralan legenda 24 leuit (tempat simpan beras) dan pohon kelapa.

Malam hari, taburan bintang di galaksi menambah kesakralan.

Koridor Taman Nasional Gede Pangrango

Geliat ekonomi poros Bandung, Cianjur Sukabumi, Bogor, tak pelak menjadi nadi bagi Jawa Barat.

Di koridor ini pula tersimpan sejarah, sumber daya yang kaya, dan last frontier konservasi berupa taman nasional.

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango atau disingkat sebagai TNGGP dibentuk tahun 1975 ketika Situ Gunung ditetapkan menjadi Taman Wisata.

Pada 6 Maret 1980 cagar alam ini ditingkatkan statusnya menjadi TNGGP, satu dari lima taman nasional yang pertama di Indonesia, dengan luas keseluruhan 15.196 hektar.

Dilansir dari Kemenkeu, kini TNGGP menyumbang Rp 6,7 miliar Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada tahun 2020.

Meskipun pada tahun 2021 sempat beberapa kali ditutup akibat pembatasan sosial berskala besar, TNGGP masih sanggup menyumbang PNBP sebesar Rp 4,92 miliar.

Kalau kawasan nasional diperluas, menjangkau kawasan urban pendukungnya, maka pasti besaran ekonomi kawasan menjadi jauh lebih berarti.

Urbanisasi yang terjadi di koridor ini membutuhkan perhatian para ahli planologi Indonesia, agar keberlanjutan bisa sejalan dengan vibrancy koridor.

Perkembangan di dunia tentang ini semakin maju. Dalam aktivitas saya sebagai fellow di Salzburg Global Seminar, sebuah think tank globalisasi bermarkas di Austria, telah membantu konsep conservation development yang menjadi tren di dunia.

London terlebih dahulu ditetapkan sebagai National Park City. Dan baru-baru ini melalui program Urban Parks Partnership, kami membantu Adelaide memproklamirkan sebagai National Park City ke-2 di dunia.

Ide inovasi ini intinya adalah menjadikan konsep taman nasional sebagai "nyawa" strategi pembangunan kota.

Nah, kenapa tidak Indonesia memulai koridor Taman Nasional ini sebagai visi kawasan National Park Urban area di koridor Bandung-Bogor?

Walau ditutup tahun 2012 karena konon KAI kekurangan subsidi pemerintah, rencananya jalur KA bersejarah Bandung ke Cianjur dan Sukabumi akan segera direvitalisasi.

Saya membayangkan perayaan dibukanya jalur kereta tersebut pada 16 Mei 1884, peresmian kerata oleh De Inspecteur Generaal der staatspoorwegen.

Perjalanan kereta 6 jam dari Bogor, dan dilanjutkan dengan kemeriahaan pesta diiringi musik-musik di arena pacuan kota Tegalega.

Membayangkan betapa vibrant-nya kehidupan dengan ekonomi masyrakat yang kuat. Betapa cantiknya koridor taman nasional.

https://www.kompas.com/properti/read/2022/02/16/143000321/mengembangkan-koridor-taman-nasional-perluas-besaran-ekonomi-kawasan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke