PHNOM PENH, KOMPAS.com - Dua orang influencer asal Taiwan dijatuhi hukuman penjara di Kamboja setelah memalsukan penculikan di negara tersebut dan menyiarkan secara langsung pelariannya.
Dua influencer itu, yakni Chen Neng-chuan (31) yang menggunakan nama panggilan "Goodnight Chicken", dan Lu Tsu-hsien (34) yang dikenal sebagai "Anow".
Sebagaimana dilaporkan The Cambodian China Times, keduanya dijatuhi hukuman dua tahun penjara dan denda 4 juta riel Kamboja (sekitar Rp 15 juta) karena dianggap memicu kegaduhan sosial.
Baca juga: Pakai GPS, Perempuan Ini Masuk Jembatan Gantung dan Terjebak
Chen terkenal dengan video paranormalnya, dengan 129.000 subscriber di YouTube dan lebih dari 405.000 pengikut di TikTok.
Pada Senin (12/2/2024) malam, Chen memulai siaran langsung dan mengeklaim dirinya telah terperosok masuk ke sebuah kawasan pejahat di kota Sihanoukville, Provinsi Preah Sihanouk, Kamboja.
Dalam siaran langsung tersebut, Chen diduga dikejar oleh seseorang yang mengenakan pakaian militer dan kemudian dipukuli sebelum siaran langsung tersebut diputus secara tiba-tiba, demikian dilaporkan ET Today.
Istri Chen yang menangis juga mengatakan bahwa suaminya telah hilang, media lokal melaporkan saat itu.
Keesokan harinya, Chen memulai siaran langsung lainnya dan mengeklaim bahwa dia telah berhasil melarikan diri dari kompleks penipu tersebut.
Dalam video tersebut, kepalanya gundul, bajunya berlubang besar dan dia terlihat ketakutan karena dia mengaku telah dirampok dan dipukuli.
Setelah siaran langsung dipublikasikan, banyak netizen yang skeptis dengan klaimnya dan seorang anggota Global Anti-scam Organisation (GASO) juga menunjukkan beberapa ketidaksesuaian dalam video Chen.
Selain itu, keluarga Chen tidak mengajukan laporan polisi dan Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan bahwa mereka tidak menerima permintaan bantuan, menurut Focus Taiwan.
Baca juga: Setelah Mengemis, Perempuan Ini Kedapatan Beli Makanan di Restoran oleh Si Pemberi
Siaran langsung Chen mendorong pihak berwenang setempat untuk melakukan penyelidikan.
Polisi setempat mengeluarkan surat pemberitahuan orang hilang, namun kemudian menemukannya di sebuah apartemen, bersama dengan alat peraga yang digunakan untuk melakukan penculikan.
Setelah video siaran langsung Chen terungkap sebagai tipuan, sebuah klip video CCTV muncul secara online yang menunjukkan Chen sendirian di jalan merekam video kedua.
Sebuah konferensi pers juga diadakan pada 15 Februari di mana Gubernur Provinsi Preah Sihanouk, Kuoch Chamroeun, memberikan rincian tentang kasus ini.
Menurut The Cambodian China Times, gubernur mengatakan bahwa Chen dan komplotannya tiba di Kamboja pada 11 Februari dan mereka awalnya berencana untuk mengambil gambar di sebuah rumah sakit di Phnom Penh, namun lokasi tersebut tidak sesuai dengan yang mereka harapkan.
Mereka kemudian memutuskan untuk mencoba melakukan pengambilan gambar di sebuah bangunan hotel yang terbengkalai, namun hal ini juga tidak berjalan sesuai rencana.
Setelah itu, mereka pindah ke provinsi Preah Sihanouk, mengunjungi beberapa bangunan yang terbengkalai sebelum membeli alat peraga yang diperlukan untuk pengambilan gambar pada 12 Februari malam.
Setelah menyelesaikan siaran langsung, Chen dan Lu naik mobil kembali ke penginapan untuk beristirahat.
Baca juga: Dapat Warisan, Perempuan Ini Ingin Bagi-bagi Rp 425 Miliar
Chamroeun menambahkan bahwa keduanya sengaja menggambarkan Kamboja sebagai masyarakat yang berbahaya.
"Mereka menulis naskahnya sebelum datang ke Kamboja," katanya kepada media.
Chen dan Lu berlutut memohon kesempatan kedua dalam konferensi pers tersebut.
"Saya sangat menyesal, tolong beri saya kesempatan," kata Chen kepada Chamroeun.
Chen juga mengatakan kepada media bahwa Preah Sihanouk Kamboja sebenarnya adalah tempat yang sangat aman dan sangat indah.
Ia lalu berharap diberi kesempatan untuk mempromosikan negara ini kepada para turis dan membantu menghilangkan kesalahpahaman tentang negara ini.
Lu juga menambahkan bahwa mereka telah merencanakan untuk membuat konten untuk memperkenalkan pemandangan dan orang-orang Kamboja dalam beberapa hari terakhir masa tinggal mereka dan berharap pemerintah Kamboja dapat memberi mereka kesempatan untuk melakukannya.
Terlepas dari permintaan maaf dari keduanya, Chamroeun mengatakan bahwa mengutuk mereka secara lisan saja tidak akan cukup.
"Jika kita memaafkan mereka, di lain waktu akan ada orang lain yang mengarang kebohongan serupa yang akan menodai citra Kamboja," katanya.
Keduanya akan dideportasi dari negara itu setelah mereka menjalani hukuman, tambah Chamroeun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.