KOMPAS.com – Berita polisi Malaysia menembak WNI saat melakukan penggerebekan di Selangor memuncaki daftar Populer Global kali ini.
Di bawahnya, ada berita pengemis asal Indonesia di Malaysia bisa kantongi uang Rp 33 juta per bulan.
Berita di kanal Global Kompas.com yang paling banyak dibaca selanjutnya, yakni Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendapat saingan baru, yakni jenderal top yang gagal dipecatnya.
Baca juga: [POPULER GLOBAL] Korban GPS Nyasar ke Jembatan | Kenapa Orang AS Suka Trump
Untuk lebih lengkapnya, berikut rangkuman daftar Populer Global edisi Kamis (1/2/2024) hingga Jumat (2/2/2024) pagi yang dapat Anda simak:
Polisi Malaysia menembak mati seorang warga negara Indonesia (WNI) yang juga menjadi tersangka kasus pembunuhan dalam penggerebekan di Selangor pada Rabu (31/1/2024).
Peristiwa tersebut tepatnya terjadi di Blok 15, Apartemen Melati, Taman Bukit Subang, Shah Alam.
Kepala Polisi Selangor Datuk Hussein Omar Khan mengatakan, tim razia harus melepaskan tembakan saat mencoba mempertahankan diri dari serangan tersangka.
Baca selengkapnya di sini
Otoritas Malaysia menggelar operasi gabungan di pasar malam Iskandar Puteri, Johor pada Selasa (30/1/2024).
Dari operasi gabungan tersebut, ditangkap pengemis warga negara asing yang mampu mengumpulkan uang hingga RM10.000 (Rp 33,3 juta) sebulan. Salah satunya, yakni dari Indonesia.
Pengemis itu berdalih mengumpulkan sumbangan untuk membiayai sekolah tahfiz dan lembaga keagamaan.
Baca selengkapnya di sini
Baca juga: [POPULER GLOBAL] Marcos Jr dan Duterte Bersitegang | Machu Picchu Diblokade
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky menghadapi risiko setelah gagal membujuk Jenderal Valerii Zaluzhnyi untuk mengundurkan diri sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata Ukraina.
Beberapa politisi Ukraina mendesak rekonsiliasi antara kedua orang tersebut dan mengatakan bahwa hal itu masih mungkin terjadi, rumor mengenai pemecatan jenderal tersebut terus beredar di Kyiv.
Sementara Zelensky tidak diragukan lagi merupakan wajah Ukraina di luar negeri, Zaluzhnyi menyaingi popularitas presiden di dalam negeri.