Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Terowongan Bawah Tanah Hamas di Gaza, Tantangan bagi Israel

Kompas.com - 26/10/2023, 10:49 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: Cathrin Schaer/DW Indonesia

GAZA, KOMPAS.com - Terowongan yang dibangun oleh kelompok Hamas kemungkinan akan menjadi salah satu tantangan terbesar bagi militer Israel jika mereka memutuskan untuk melancarkan invasi darat ke Jalur Gaza.

"Skala tantangan di Gaza, di mana ratusan mil terowongan saling bersilangan di bawah tanah di daerah kantong tersebut, sangatlah unik,” tulis John Spencer, ketua studi peperangan perkotaan di Modern War Institute, bagian dari Akademi Militer Amerika Serikat, West Point, dalam sebuah artikel minggu ini

"Kompleks bawah tanah yang luas ini adalah masalah besar, yang belum ada solusi sempurnanya, dan menunggu pasukan darat Israel.”

Baca juga: Siapa Hamas dan Mengapa Menyerang Israel?

Jaringan yang terdiri dari sekitar 1.300 terowongan diperkirakan memiliki panjang sekitar 500 kilometer, dengan beberapa terowongan sedalam 70 meter di bawah tanah. Beberapa laporan menunjukkan bahwa sebagian besar terowongan hanya memiliki tinggi dua meter dan lebar dua meter.

Para ahli mengatakan, kemungkinan besar di sinilah tempat 200 atau lebih sandera yang diculik Hamas pada serangan teror terhadap Israel 7 Oktober lalu.

Di dalam terowongan juga akan terdapat timbunan senjata, makanan, air, generator, bahan bakar dan peralatan lainnya.

Menemukan terowongan Hamas

Awalnya, terowongan bawah tanah di kawasan ini digunakan untuk menyelundupkan barang antara Gaza dan Mesir, lalu Gaza dan Israel.

Seiring waktu, karena meningkatnya pengawasan Israel dengan drone dan peralatan mata-mata elektronik lainnya di Gaza, Hamas mulai menginvestasikan tenaga dan uang untuk memperluas jaringan terowongan.

Namun, baru pada operasi militer tahun 2014 di Gaza, tentara Israel mengetahui luas terowongan Hamas yang sebenarnya.

Setelah itu, pemerintah Israel mulai membangun penghalang di sepanjang perbatasan Gaza yang membentang di bawah tanah untuk mencegah terowongan mengakses sisi Israel.

Tidak mudah untuk menemukan terowongan-terowongan itu, yang mungkin berada di bawah segala jenis bangunan.

Namun ada berbagai cara untuk melakukannya, termasuk menggunakan radar dan teknik deteksi lainnya, yang mengukur pola termal, tanda magnetik, dan akustik.

Para ahli mengatakan, terowongan tersebut akan semakin memperumit skenario pertempuran yang sudah rumit dan sulit.

"Terowongan ini memungkinkan anggota kelompok untuk bergerak di antara serangkaian posisi pertempuran dengan aman dan bebas,” jelas Spencer.

"Singkatnya, terowongan ini merupakan penyeimbang yang hebat, menetralisir keunggulan Israel dalam persenjataan, taktik, teknologi dan organisasi.”

Baca juga: Kenapa Iron Dome Israel Gagal Cegah Serangan Roket Hamas?

Kerusakan hebat di Jalur Gaza setelah serangan balasan Israel.MIDDLE EAST IMAGES/ABACA via DW INDONESIA Kerusakan hebat di Jalur Gaza setelah serangan balasan Israel.
Pertempuran yang sulit dan panjang dengan banyak korban

"Di masa lalu, gas air mata atau bahan kimia telah digunakan untuk membersihkan terowongan", kata salah satu pakar terkemuka di bidang ini, Daphne Richemond-Barak, dalam bukunya, Underground Warfare.

Namun hal ini "kemungkinan besar saat ini akan dianggap melanggar hukum (internasional) saat ini,” tulisnya.

Sejak 2014, militer Israel telah mengerahkan unit khusus untuk berperang di terowongan. Unit-unit semacam itu sering berlatih dalam lingkungan simulasi realitas fisik atau virtual di Israel.

Unit khusus tersebut mencakup tentara yang dilatih menggunakan sensor khusus untuk mengetahui apa yang terjadi di terowongan, serta tentara lain yang bertempur di bawah tanah. Unit-unit ini juga dibantu oleh robot serta anjing terlatih saat mengakses terowongan.

John Spencer, yang juga salah satu pendiri Kelompok Kerja Internasional untuk Perang Bawah Tanah, menyatakan bahwa dia belum pernah melihat kekuatan militer lain melakukan pekerjaan persiapan perang terowongan sebanyak yang dilakukan tentara Israel.

Namun Daphne Richemond-Barak dalam sebuah artikel untuk harian Inggris, Financial Times, bulan ini menjelaskan: "Israel perlu melakukan operasi udara dan darat yang berkepanjangan dan ekstensif untuk merusak infrastruktur bawah tanah ini,”.

Tentara Israel bisa saja membanjiri atau menghancurkan dan menutup terowongan, namun hal ini akan sangat sulit, terutama jika terjadi serangan di wilayah perkotaan, dan hal ini dapat memakan waktu berbulan-bulan.

"Bahkan dalam skenario seperti itu--yang akan menimbulkan korban jiwa yang tidak terpikirkan--kecil kemungkinannya bahwa keseluruhan jaringan terowongan Gaza akan hancur,” tulisnya.

Baca juga: Sejarah Konflik Palestina dan Israel

Artikel ini pernah dimuat di DW Indonesia dengan judul Jaringan Terowongan Bawah Tanah Hamas di Jalur Gaza.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Hampir 100 Truk Bantuan Masuk Gaza lewat Dermaga AS

Hampir 100 Truk Bantuan Masuk Gaza lewat Dermaga AS

Global
Presiden Perancis dan Para Menteri Arab Bahas Pendirian Negara Palestina

Presiden Perancis dan Para Menteri Arab Bahas Pendirian Negara Palestina

Global
Usai Keputusan ICJ, Warga Palestina Ingin Tindakan, Bukan Kata-kata

Usai Keputusan ICJ, Warga Palestina Ingin Tindakan, Bukan Kata-kata

Global
[POPULER GLOBAL] Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah | Cerita Ayah Tak Mampu Beli iPhone bagi Putrinya

[POPULER GLOBAL] Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah | Cerita Ayah Tak Mampu Beli iPhone bagi Putrinya

Global
ICJ Perintahkan Israel Buka Penyeberangan Rafah di antara Mesir dan Gaza

ICJ Perintahkan Israel Buka Penyeberangan Rafah di antara Mesir dan Gaza

Global
Pria Ini Pesan Burger McDonald's dengan Menghapus Semua Unsur, Ini yang Didapat

Pria Ini Pesan Burger McDonald's dengan Menghapus Semua Unsur, Ini yang Didapat

Global
Surat Perintah Penangkapan Netanyahu Disebut Tak Berlaku di Hongaria

Surat Perintah Penangkapan Netanyahu Disebut Tak Berlaku di Hongaria

Global
Singapore Airlines Ubah Aturan Sabuk Pengaman dan Rute Setelah Turbulensi Fatal

Singapore Airlines Ubah Aturan Sabuk Pengaman dan Rute Setelah Turbulensi Fatal

Global
Singapore Airlines Minta Maaf Setelah Penumpang Terluka Keluhkan Diamnya Maskapai

Singapore Airlines Minta Maaf Setelah Penumpang Terluka Keluhkan Diamnya Maskapai

Global
Kepala CIA Bakal ke Paris, Bahas Lagi Gencatan Senjata di Gaza

Kepala CIA Bakal ke Paris, Bahas Lagi Gencatan Senjata di Gaza

Global
Beberapa Sumber: Putin Inginkan Gencatan Senjata di Ukraina Garis Depan

Beberapa Sumber: Putin Inginkan Gencatan Senjata di Ukraina Garis Depan

Global
Mampukah Taiwan Pertahankan Diri jika China Menyerang?

Mampukah Taiwan Pertahankan Diri jika China Menyerang?

Internasional
Kematian Presiden Raisi Membuat Warga Iran Terbagi Jadi Dua Kubu

Kematian Presiden Raisi Membuat Warga Iran Terbagi Jadi Dua Kubu

Internasional
China Uji Coba Rebut Taiwan dalam Lanjutan Latihan Perang

China Uji Coba Rebut Taiwan dalam Lanjutan Latihan Perang

Global
Tanah Longsor di Papua Nugini, Diyakini Lebih dari 100 Orang Tewas

Tanah Longsor di Papua Nugini, Diyakini Lebih dari 100 Orang Tewas

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com