Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekhawatiran akan Perang dengan Israel Meningkat di Lebanon

Kompas.com - 11/10/2023, 08:16 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber Al Jazeera

BEIRUT, KOMPAS.com - Kekhawatiran akan perang dengan Israel meningkat di antara masyarakat Lebanon setelah perang Hamas-Israel pecah sejak Sabtu (7/10/2023).

Di Lebanon, masyarakat bagaimanapun sudah tidak asing lagi dengan konflik.

"Jika harus ada perang, maka akan ada perang. Tahukah Anda berapa banyak perang yang telah kami lalui sejak saya masih hidup? Kami sudah terbiasa dengan itu," kata Ahmed Ali (55) kepada Al Jazeera di sebuah pusat transportasi di ibu kota Lebanon, Beirut.

Baca juga: Israel Ancam Akan Kembalikan Lebanon ke Zaman Batu

Hanya dalam masa hidupnya, Lebanon telah mengalami perang saudara yang menghancurkan, konflik dengan Israel, pertempuran internal antara faksi-faksi bersenjata, dan limpahan dari perang di negara tetangganya, Suriah.

Namun, sejak kelompok Palestina Hamas melancarkan operasi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada akhir pekan lalu, penduduk di Lebanon telah melihat dengan waswas.

Negara kecil di Levant yang berpenduduk hanya 6 juta jiwa ini berada di ambang konflik menyusul meningkatnya kekerasan lintas batas dengan Israel.

Pada Senin (9/10/2023), penembakan Israel dilaporkan telah menewaskan tiga anggota kelompok Hizbullah Lebanon.

Seorang wakil komandan Israel dan dua pejuang Palestina di Lebanon selatan juga dikatakan tewas.

Keesokan harinya, Hizbullah menembakkan peluru kendali ke arah kendaraan militer Israel. Israel membalas dengan menghantam sebuah pos pengamatan Hizbullah.

Eskalasi kekerasan ini telah memaksa ratusan warga Lebanon untuk tetap tinggal di dalam rumah mereka atau mengungsi ke pinggiran selatan Beirut.

Baca juga: Israel Sebut Tembakkan Artileri ke Suriah Sebagai Balasan

"Sebagian besar tetangga dari kerabat saya telah meninggalkan rumah mereka (karena berhati-hati)," kata Zein Abdeen (21) kepada Al Jazeera.

"Mereka yang memiliki anak kecil segera pergi, tetapi para pemuda yang tinggal sendirian tetap tinggal. Mereka tidak takut," tambahnya.

Kebuntuan lain?

Pada musim panas 2006, Hizbullah menangkap dua tentara Israel dengan tujuan untuk melakukan kesepakatan pertukaran tawanan dengan Israel. Namun, Israel merespons dengan mengebom rumah pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, yang memicu perang selama 34 hari.

Konflik ini berakhir dengan jalan buntu dan menelan korban jiwa yang besar, yakni sekitar 1.100 warga Lebanon dan 165 warga Israel tewas.

Sebagaimana dilaporkan Al Jazeera, perang ini memberikan Hizbullah dorongan reputasi yang sangat besar di seluruh dunia Arab yang lebih luas karena kemampuannya untuk menahan serangan Israel dengan kecepatan penuh.

Halaman:
Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com