Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangan Balik Ukraina Malah Makan Banyak Korban dari Pihaknya Sendiri

Kompas.com - 18/08/2023, 15:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber ABC News

KYIV, KOMPAS.com - Serangan balik Ukraina telah memakan banyak korban dari pihaknya sendiri.

Serangan yang dimulai kira-kira sepuluh minggu lalu ini berimbas pada pasukan mereka sendiri.

ABC News berbicara dengan dua mantan tentara AS yang dikontrak di divisi pasukan khusus militer Ukraina dan keduanya terluka selama operasi di timur Ukraina dua minggu lalu.

Baca juga: Rangkuma Hari Ke-540 Serangan Rusia ke Ukraina: NATO Bicara Syarat Perdamaian | Turkiye Peringatkan Rusia

Kedua tentara tersebut saat ini berada di sebuah rumah sakit di Kyiv. Mereka berharap akan dipindahkan ke Jerman untuk operasi minggu ini demi bisa mengeluarkan pecahan peluru dari tubuh mereka.

Orang-orang itu mengatakan misi tim mereka adalah untuk menguasai sebuah desa di pinggiran kota Donetsk, yang telah diduduki oleh milisi yang dikendalikan Rusia sejak 2014.

Salah satu pria, mantan tentara AS dari Texas yang menggunakan tanda panggilan "Tango," mengatakan unitnya yang terdiri dari lusinan orang bertugas menggempur lawan, meski dua rekan mereka terbunuh ketika tim disergap saat maju ke wilayah yang diduduki Rusia.

Empat puluh persen dari unit itu terluka parah sehingga pertempuran itu dianggap tidak efektif.

Veteran tentara AS lainnya, yang menggunakan tanda panggilan "Goldfish" mengatakan bahwa mereka menghadapi perlawanan yang sangat terorganisir dari pasukan Rusia.

"Itu jelas merupakan kekuatan yang sangat profesional yang kami lawan," kata veteran tentara AS dari Alaska itu.

Dia berbicara kepada ABC News di kamar rumah sakitnya di Kyiv dimana dia berbagi kamar dengan tiga tentara Ukraina lainnya yang terluka.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-539 Serangan Rusia ke Ukraina: Koridor Baru Ekspor Biji-bijian | Drone Menuju Moskwa

ABC News juga menghubungi dua tentara Ukraina lainnya yang diwawancarai pada fase awal perang dan mereka mengatakan bahwa mereka juga terluka dalam beberapa minggu terakhir.

Seorang pria Barat, dengan pengalaman militer bertahun-tahun, yang juga sekarang dikontrak dengan militer Ukraina, mengatakan dia mengalami cedera serius pada fase awal serangan balasan pada bulan Juni.

Berbicara kepada ABC News dengan syarat anonim, tentara itu mengatakan operasi ofensif yang dia ikuti tidak terorganisir, mengkritik beberapa keputusan taktis.

“Kami kehilangan tiga Leopard (tank canggih buatan Jerman) dalam satu hari karena mereka hanya disuruh maju ke ladang ranjau,” katanya.

Dia menambahkan bahwa tentara Ukraina yang baru dimobilisasi seringkali tampak kurang pelatihan yang diperlukan untuk operasi ofensif yang rumit di medan perang.

Prajurit, yang bergabung dengan militer Ukraina lebih dari setahun yang lalu, mengatakan puluhan orang dari batalionnya telah terlibat dalam operasi ofensif sejak awal Juni dan sekitar 80 persen dari orang-orang itu terluka. Namun, dia menambahkan tidak ada korban jiwa.

Dia mengeklaim peralatan militer barat seperti kendaraan tempur infanteri Bradley yang dipasok AS tidak digunakan secara maksimal karena beberapa tentara Ukraina tidak memiliki pelatihan atau pengalaman yang diperlukan.

"Tampaknya mereka (tentara Ukraina) telah diajari untuk menggunakannya tetapi tidak menggunakannya (secara efektif) dalam arti taktis (di medan perang)," katanya.

Baca juga: Drone Ukraina Menuju Moskwa Lagi, Rusia Jatuhkan 3 Unit

Terlepas dari luka-luka mereka yang diderita selama misi gagal mereka dua minggu lalu, mereka berpendapat bahwa serangan balasan Ukraina dilaksanakan dengan baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

[POPULER GLOBAL] Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah | Cerita Ayah Tak Mampu Beli iPhone bagi Putrinya

[POPULER GLOBAL] Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah | Cerita Ayah Tak Mampu Beli iPhone bagi Putrinya

Global
ICJ Perintahkan Israel Buka Penyeberangan Rafah di antara Mesir dan Gaza

ICJ Perintahkan Israel Buka Penyeberangan Rafah di antara Mesir dan Gaza

Global
Pria Ini Pesan Burger McDonald's dengan Menghapus Semua Unsur, Ini yang Didapat

Pria Ini Pesan Burger McDonald's dengan Menghapus Semua Unsur, Ini yang Didapat

Global
Surat Perintah Penangkapan Netanyahu Disebut Tak Berlaku di Hongaria

Surat Perintah Penangkapan Netanyahu Disebut Tak Berlaku di Hongaria

Global
Singapore Airlines Ubah Aturan Sabuk Pengaman dan Rute Setelah Turbulensi Fatal

Singapore Airlines Ubah Aturan Sabuk Pengaman dan Rute Setelah Turbulensi Fatal

Global
Singapore Airlines Minta Maaf Setelah Penumpang Terluka Keluhkan Diamnya Maskapai

Singapore Airlines Minta Maaf Setelah Penumpang Terluka Keluhkan Diamnya Maskapai

Global
Kepala CIA Bakal ke Paris, Bahas Lagi Gencatan Senjata di Gaza

Kepala CIA Bakal ke Paris, Bahas Lagi Gencatan Senjata di Gaza

Global
Beberapa Sumber: Putin Inginkan Gencatan Senjata di Ukraina Garis Depan

Beberapa Sumber: Putin Inginkan Gencatan Senjata di Ukraina Garis Depan

Global
Mampukah Taiwan Pertahankan Diri jika China Menyerang?

Mampukah Taiwan Pertahankan Diri jika China Menyerang?

Internasional
Kematian Presiden Raisi Membuat Warga Iran Terbagi Jadi Dua Kubu

Kematian Presiden Raisi Membuat Warga Iran Terbagi Jadi Dua Kubu

Internasional
China Uji Coba Rebut Taiwan dalam Lanjutan Latihan Perang

China Uji Coba Rebut Taiwan dalam Lanjutan Latihan Perang

Global
Tanah Longsor di Papua Nugini, Diyakini Lebih dari 100 Orang Tewas

Tanah Longsor di Papua Nugini, Diyakini Lebih dari 100 Orang Tewas

Global
Wanita Ini Kencan 6 Kali Seminggu agar Tak Beli Bahan Makanan, Hemat Rp 250 Juta

Wanita Ini Kencan 6 Kali Seminggu agar Tak Beli Bahan Makanan, Hemat Rp 250 Juta

Global
Penikaman di China oleh Seorang Pria, 8 Orang Tewas

Penikaman di China oleh Seorang Pria, 8 Orang Tewas

Global
Imbas Perang di Gaza, Otoritas Palestina Berisiko Alami Keruntuhan Keuangan

Imbas Perang di Gaza, Otoritas Palestina Berisiko Alami Keruntuhan Keuangan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com