HUARINA, KOMPAS.com - Danau Titicaca di Pegunungan Andes yang merupakan danau tertinggi di dunia mengering akibat gelombang panas.
Tepian darat yang mengering dan dalaman Danau Titicaca yang menyusut telah memicu kekhawatiran bahwa cara hidup yang telah lama ada di sekitar danau terbesar kedua di Amerika Selatan ini mulai lenyap.
Gelombang panas yang brutal telah merusak musim dingin di belahan bumi selatan.
Baca juga: Lebih dari Separuh Danau Besar Dunia Mengering, Apa yang Terjadi?
Seperti banyak tempat lain yang mengalami dampak mematikan akibat perubahan iklim, danau air tawar luas yang terletak di perbatasan Bolivia dan Peru itu kini memiliki permukaan air yang mendekati titik terendah sepanjang masa.
Secara global, Juli adalah bulan terpanas yang pernah tercatat, ketika musim kemarau yang berkepanjangan membawa dampak yang sangat besar bagi manusia dan hewan.
"Titicaca hanya berjarak 30 cm dari rekor terendahnya pada 1996 akibat kekeringan parah," kata Lucia Walper, seorang pejabat dari dinas hidrologi dan meteorologi Bolivia, Jumat (4/8/2023), dikutip dari Reuters.
Dia menambahkan bahwa kekeringan dapat berlangsung hingga November 2023 di beberapa bagian negara tersebut.
Baca juga: Italia Hadapi Peringatan Kekeringan Baru, Kanal-kanal Venesia Mengering
Para petani di komunitas Huarina yang berdekatan sangat membutuhkan bantuan.
"Lihatlah, daerah ini benar-benar kering. Tidak ada air," kata Isabel Apaza.
"Saya tidak tahu apa yang akan kami lakukan lagi karena kami tidak punya makanan untuk sapi atau domba kami," ucapnya.
Menurut para ahli di Universitas Teknik Oruro, Bolivia, perairan Danau Titicaca selama beberapa dekade terakhir mengalami pasang surut pada ketinggian sekitar 3.800 meter di atas permukaan laut (mdpl), yang membuatnya semakin rentan terhadap penguapan akibat radiasi matahari.
Di sepanjang tepian darat danau yang membentang luas, daerah yang dulunya subur kini telah berubah menjadi debu.
"Ini seperti bumi yang terbakar," keluh pemimpin Huarina, Gabriel Flores.
Kekeringan bersejarah di Amerika Selatan juga telah menghantam sektor pertanian penting di negara tetangga Argentina, sehingga mendorong Dana Moneter Internasional (IMF) untuk meramalkan kontraksi ekonomi sebesar 2,5 persen tahun ini.
Sementara itu, di Uruguay, Waduk Canelon Grande, sumber utama air minum untuk ibu kota Montevideo, menyusut pada bulan Juni karena permukaan airnya turun sangat rendah sehingga rumput menutupi sebagian besar dasar danau.
Baca juga: Danau Terbesar di China Mengering, Status Waspada Merah Keluar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.