Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khader Adnan yang Mogok Makan 86 Hari di Penjara Israel Meninggal, Situasi Memanas Lagi

Kompas.com - 03/05/2023, 10:28 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber

TEPI BARAT, KOMPAS.com - Demonstrasi meluas di Tepi Barat pada Selasa (2/5/2023) setelah kematian seorang tahanan Palestina terkemuka dalam penjara Israel.

Penjara Israel mengatakan, Khader Adnan meninggal setelah mogok makan selama hampir tiga bulan.

Pengumuman itu disampaikan di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel dan Palestina.

Baca juga: Motif China Bantu Tengahi Konflik Israel-Palestina

Sekitar 200 orang berkumpul di luar rumah Adnan di kota Arraba, di Tepi Barat yang diduduki Israel. Mereka membawa spanduk dan papan dengan foto Adnan, dan menyerukan balas dendam.

Istri Adnan: jangan ada setetes darah pun tumpah

Istri Adnan, Randa Musa, mengatakan kepada warga yang berkumpul di rumahnya bahwa dia tidak menginginkan ada setetes darah pun tumpah sebagai pembalasan atas kematian suaminya.

“Kami tidak ingin ada roket ditembakkan, atau serangan lanjutan di Gaza,” ujarnya dengan suara lirih kepada massa.

Adnan sendiri adalah pemimpin kelompok militan Jihad Islam.

Dia telah melakukan mogok makan berkepanjangan lebih dari satu dekade lalu.

Adnan memperkenalkan bentuk protes baru terhadap penahanan massal warga Palestina oleh Israel, tanpa tuduhan atau pengadilan.

Pada 2015, dia sempat bicara kepada wartawan dengan kondisinya di dalam tahanan.

“Ini terjadi bukan karena saya sangat kuat. Suatu hari nanti saya akan lelah dan jatuh sakit. Saya kerap menangis, saya kesakitan, saya muntah darah dan perut saya mengeluarkan cairan. Saya memilih bersama Allah SWT karena manusia tidak punya kekuatan apa pun. Saya mengikuti petunjuk Allah SWT. Seringkali saya merasa ada keajaiban, ketika saya merasa sangat lemah, sesuatu yang ajaib terjadi pada saya, seperti ketika beberapa perempuan Israel mendatangi ruang perawatan saya di rumah sakit dan mengatakan mereka datang untuk menunjukkan rasa solidaritas pada saya. Ada pula warga Palestina yang datang, atau isyarat-isyarat lain,” ujarnya ketika itu.

Baca juga: China Nyatakan Siap Fasilitasi Pembicaraan Damai Israel-Palestina

Adnan yang berusia 45 tahun menjadi tahanan pertama yang meninggal karena mogok makan dalam penjara Israel.

Jihad Islam: kejahatan terhadap Adnan tak akan berlalu tanpa pembalasan

Seorang pejabat Jihad Islam, Dawood Shahab, mengatakan apa yang terjadi pada Sheikh Khader Adnan adalah benar-benar suatu kejahatan dan pendudukan Israel memegang tanggungjawab langsung atas itu.

"Termasuk dengan segala piranti kotor, pengadilan palsu, jaksa-jaksa militer, badan keamanan dan penjara. Semua merupakan mitra dalam kejahatan ini, yang kelak akan mereka bayar dengan harga sangat mahal. Kejahatan ini tidak akan berlalu tanpa pembalasan,” katanya, dikutip dari Associated Press (AP).

PHRI: Israel bertanggung jawab atas kematian Adnan

Direktur Advokasi Internasional Physicians for Human Rights Israel (PHRI), Dana Moss, mengatakan pihak berwenang Israel bertanggungjawab atas kematian Khader Adnan.

“Adnan meninggal hari ini setelah 86 hari mogok makan. Mogok makan adalah salah satu dari sedikit alat tanpa kekerasan yang tersisa bagi warga Palestina ketika mereka berjuang melawan sistem hukum Israel yang tidak adil, yang diatur dalam konteks pendudukan jangka panjang, oleh rezim apartheid," jelas dia.

Baca juga: Pimpin Misa Paskah, Paus Fransiskus Ungkap Keprihatinan atas Kekerasan Baru Israel-Palestina

Moss mengatakan, PHRI telah sejak lama memperingatkan kematian seorang warga Palestina karena mogok makan.

"Kami menilai tanggung jawab atas kematiannya ada di pihak Israel. Baik badan urusan penjara Israel yang tidak mengirimnya ke rumah sakit, malah meninggalkannya di fasilitas medis penjara yang tidak memiliki perlengkapan untuk mengatasi dampak mogok makan jangka panjang; maupun Menteri Kesehatan Israel yang tidak memaksakan perawatannya di rumah sakit umum, serta tentunya rumah sakit Israel yang tidak menerima untuk merawatnya, yang jelas melanggar aturan etika dan profesional,” jelas dia.

Tahanan Palestina selama ini kerap dinilai sebagai pahlawan nasional dan setiap ancaman yang dirasakan terhadap mereka selama dalam tahanan Israel dapat memicu ketegangan serta aksi kekerasan.

Sebaliknya, Israel melihat Adnan dan tahanan Palestina lainnya sebagai ancaman keamanan yang dituduh terlibat dalam serangan berdarah yang menelan korban jiwa.

Adnan 12 kali ditahan Israel, enam kali mogok makan panjang

Selama beberapa tahun ini Adnan telah berulangkali ditangkap Israel, dan setelah memulai aksi mogok makan sepuluh tahun lalu, ia menjadi simbol keteguhan sikap menghadapi pendudukan Israel.

Dia pernah mogok makan selama 66 hari pada tahun 2012, 56 hari pada tahun 2015, dan 58 hari pada tahun 2018. Israel sempat membebaskan Adnan sejenak pada tahun 2015.

Adnan mulai mogok makan setelah ditangkap kembali pada tanggal 5 Februari lalu.

Baca juga: Iran Kembali Serukan Kemerdekaan Palestina Lewat Peringatan Hari Al-Quds

Menurut Palestinian Prisoners Club, yang mewakili narapidana saat ini dan juga mantan narapidana, Adnan telah ditangkap 12 kali dan secara keseluruhan ditahan selama delapan tahun di berbagai penjara Israel.

Sebagian besar lewat apa disebut sebagai “tahanan administratif” atau tersangka ditahan tanpa dakwaan atau diajukan ke pengadilan.

Kematiannya terjadi saat Israel dipimpin oleh pemerintah paling kanan dalam sejarah, dan penjara serta tahanan Palestina diawasi langsung oleh Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, seorang ultranasionalis yang telah memperketat pembatasan terhadap tahanan Palestina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com