WASHINGTON, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken memperingatkan Menlu China Wang Yi tentang konsekuensi yang dapat diterima jika China memberikan dukungan material untuk invasi Rusia ke Ukraina.
Blinken mengatakan dalam sebuah wawancara setelah bertemu dengan Wang Yi membahas kekhawatiran Washington bahwa Beijing sedang mempertimbangkan memasok senjata ke Moskwa.
Dilansir oleh Reuters, Menlu dari dua negara adidaya itu bertemu di lokasi yang dirahasiakan di sela-sela konferensi keamanan global di Munich.
Baca juga: Menlu Antony Blinken Tegaskan Dukungan AS terhadap Kepemimpinan Indonesia di ASEAN
Itu terjadi hanya berselang beberapa jam setelah Wang Yi menyebut AS bersikap "histeris" dalam menanggapi perselisihan mengenai jatuhnya balon mata-mata China yang dicurigai oleh AS.
Hubungan antara kedua negara telah memanas sejak AS menuding China menerbangkan balon mata-mata di atas wilayah udaranya, lalu menembak balon itu atas perintah Presiden Joe Biden.
Sengketa itu juga terjadi pada saat Barat mengamati dengan cermat tanggapan Beijing terhadap perang Ukraina.
Dalam sebuah wawancara yang akan ditayangkan pada Minggu (19/2/2023) pagi di NBC News "Meet the Press with Chuck Todd", Blinken mengatakan AS sangat prihatin bahwa China sedang mempertimbangkan untuk memberikan dukungan ke Rusia.
Dia menekankan kepada Wang Yi bahwa hal tersebut akan memiliki konsekuensi serius dalam hubungan AS-China.
Baca juga: Kisah Kapal Tua dalam Sengketa Filipina-Beijing di Laut China Selatan
"Ada berbagai jenis bantuan membinasakan yang setidaknya mereka pertimbangkan untuk diberikan, termasuk senjata," kata Blinken.
Dia menambahkan bahwa Washington akan segera merilis rincian lebih lanjut.
Berbicara kepada wartawan, seorang pejabat senior Kementerian Luar Negeri AS mengatakan China mencoba untuk mendapatkan keduanya.
Beijing mengeklaim ingin berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas dunia, tetapi pada saat yang sama mengambil langkah serius untuk mendukung invasi Rusia ke Ukraina.
"(Menlu) cukup blak-blakan dalam memperingatkan tentang implikasi dan konsekuensi dari China memberikan dukungan material kepada Rusia atau membantu Rusia dengan penghindaran sanksi sistematis," kata pejabat senior itu yang berbicara dengan syarat anonimitas.
Sebelumnya, China dan Rusia telah menandatangani kemitraan "tanpa batas" pada Februari 2022.
Itu terjadi tak lama sebelum Putin memerintahkan invasi Rusia ke Ukraina.
Hubungan ekonomi kedua negara pun kemudian berkembang pesat karena koneksi Rusia dengan Barat telah menyusut.
Barat telah mewaspadai tanggapan China terhadap perang Ukraina, dengan memberikan beberapa peringatan bahwa kemenangan Rusia akan mewarnai tindakan China terhadap Taiwan.
Beijing telah menahan diri untuk tidak mengutuk perang tersebut atau menyebutnya sebagai "invasi”.
Baca juga: Zelensky Yakin Rusia Akan Menginvasi Negara Lain, Tak Berhenti di Ukraina
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.