Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produksi Opium Meningkat Tajam di Myanmar, Petani Tak Punya Pilihan

Kompas.com - 28/01/2023, 22:31 WIB
BBC News Indonesia,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

Namun, produksi opium membutuhkan lebih banyak tenaga kerja dibandingkan obat sintetik, sehingga ini menjadi tanaman komersial yang menarik di tengah krisis ekonomi yang menghilangkan banyak sumber pekerjaan alternatif.

Pendapatan petani opium pada tahun lalu meningkat menjadi 280 dollar AS (Rp 4,18 juta) per kilogram, yang menunjukkan daya tarik opium sebagai komoditas serta adanya permintaan yang tinggi. Sebab opium adalah sumber utama dari banyak narkotika, seperti heroin, morfin, dan kodein.

Baca juga: Serangan Udara Junta Myanmar Jatuhkan 7 Bom Dekat Perbatasan India

Laporan PBB itu juga menyebut bahwa luas tanaman opium poppy pada 2022 meningkat sepertiga kali lipat menjadi 40.100 hektare. Ini menunjukkan bahwa praktik pertanian opium semakin canggih.

Nilai dari opium pun terus meningkat ke level tertinggi sejak UNODC melacak metrik terkait ini pada 2002.

Wilayah yang merupakan pertemuan antara perbatasan Myanmar, Thailand, dan Laos yang disebut sebagai “segitiga emas” pun secara historis telah menjadi sumber utama produksi opium dan heroin.

Douglas mengatakan negara-negara tetangga Myanmar harus memantau dan mengatasi situasi ini.

Baca juga: Aset Keluarga Kepala Junta Myanmar Ditemukan dalam Penggerebekan Narkoba Thailand

“Mereka perlu mempertimbangkan sejumlah pilihan yang sulit.”

Pilihan itu, sambungnya, juga harus mempertimbangkan tantangan yang akan muncul dari orang-orang di daerah penanam opium tradisional, termasuk di kawasan terpencil dan rawan konflik.

“Pada akhirnya, budidaya opium adalah soal ekonomi dan tidak bisa diselesaikan hanya dengan menghancurkan tanamannya, itu akan meningkatkan kerentanan,” kata Benedikt Hofmann, perwakilan UNODC untuk Myanmar.

"Tanpa alternatif dan stabilitas ekonomi, budidaya dan produksi opium kemungkinan akan terus berkembang,” ujar Hofmann.

Baca juga: PM Malaysia Anwar Ibrahim ke Indonesia Temui Jokowi, Bahas Sawit hingga Kudeta Myanmar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com