Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Populasi China Turun, Beberapa Generasi Muda Tak Tertarik Punya Anak

Kompas.com - 28/01/2023, 21:35 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: William Yang/DW Indonesia

BEIJING, KOMPAS.com - Pemerintah China menawarkan berbagai insentif bagi kaum muda untuk berkeluarga dan punya lebih banyak anak.

Tapi kebanyakan orang muda mengatakan, mereka tidak punya rencana untuk memiliki anak karena berbagai alasan.

Pekan lalu, China mencatat penurunan populasi untuk pertama kalinya dalam 60 tahun, dengan proyeksi jangka panjang menunjukkan kecenderungan penurunan selama 30 tahun ke depan.

Baca juga: Populasi China Turun Hingga 850.000 Jiwa, Pertama Kali Setelah 60 Tahun

Sebagai tanggapan, pemerintah meluncurkan berbagai langkah dalam upaya untuk meningkatkan angka kelahiran, termasuk menawarkan subsidi keuangan dan tunjangan lain untuk keluarga.

Namun, beberapa orang muda mengatakan kepada DW, mereka memiliki pandangan pesimistik tentang masa depan, dan ini tercermin dari perubahan sikap mereka terhadap pernikahan dan keluarga.

"Kaum muda di China umumnya merasa masa depannya suram dan hidup akan penuh tekanan," kata Emma Li, perempuan berusia 25 tahun yang tinggal di Shanghai.

"Punya anak adalah sebuah pilihan yang akan menambah stres dalam hidup. Banyak dari kita yang memutuskan untuk menjadi 'generasi terakhir' dalam keluarga kita."

Dia mengatakan, berita statistik tentang penurunan populasi tidak mengubah pandangannya tentang berkeluarga.

"Saya telah berdiskusi tentang pernikahan dan memiliki anak dengan banyak teman saya, dan banyak dari mereka tidak punya keinginan untuk mengikuti cara tradisional,” katanya kepada DW.

DW INDONESIA Prediksi perkembangan populasi beberapa negara dengan penduduk terbanyak.
Apa yang menghalangi kaum muda berkeluarga?

Yang lain mengatakan, gaya hidup yang penuh tekanan dan tuntutan dalam kehidupan sehari-hari menghalangi mereka untuk memulai sebuah keluarga.

"Jam kerja yang panjang, pekerjaan yang tidak memuaskan, dan tekanan untuk bertahan hidup dengan upah rendah selama inflasi membuat kami tidak mungkin membesarkan anak," kata Cynthia Liu, perempuan berusia 27 tahun yang tinggal di Beijing.

Yun Zhou, pengamat China dan asisten profesor sosiologi di University of Michigan mengatakan kepada DW, lebih banyak perempuan muda di China lebih fokus pada pengejaran karier dan kehidupan pribadinya.

"Diskriminasi gender di pasar tenaga kerja China dan harapan luar biasa sebagai ibu bagi perempuan adalah kendala yang menghalangi mereka untuk menikah atau punya anak," katanya.

Baca juga: Penyebab Populasi China Turun untuk Kali Pertama Setelah 60 Tahun

Penguncian selama pandemi corona dan peningkatan kontrol dari pihak berwenang, juga berdampak signifikan pada pandangan masyarakat tentang masa depan.

"Penguncian berulang kali selama tiga tahun terakhir telah merugikan banyak orang, termasuk tabungan dan rasa aman mereka," kata Adam Wang, pria berusia 26 tahun yang tinggal di kota Tianjin.

"Pabrik dan perusahaan tidak dapat menawarkan tunjangan dasar bagi pekerjanya, sementara makin banyak orang bersaing untuk menjadi pegawai negeri, karena tingkat pengangguran kaum muda mencapai titik tertinggi baru selama pandemi," katanya kepada DW.

Setelah penguncian di kota-kota di seluruh China sejak 2020, jumlah warga antara usia 16 dan 24 yang menganggur naik menjadi 20 juta pada Desember 2022. Angka dari Biro Statistik Nasional menunjukkan bahwa tingkat pengangguran kaum muda telah mencapai 19,9 persen pada Juli 2022.

Pandemi corona di China mengakibatkan pengangguran meningkat di kalangan muda.AFP/GETTY IMAGES/JADE GAO via DW INDONESIA Pandemi corona di China mengakibatkan pengangguran meningkat di kalangan muda.
Insentif pemerintah kurang berhasil

Terakhir kali populasi China mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya adalah pada tahun 1961, ketika terjadi kelaparan hebat. Sekarang PBB memproyeksikan populasi China akan terus menurun sampai tahun 2050.

Pemerintah telah meluncurkan serangkaian kebijakan untuk memberikan insentif kepada kaum muda agar memiliki lebih banyak anak.

Di beberapa kota, pemerintah menjanjikan subsidi untuk keluarga dengan tiga anak, sementara kota lain memberikan subsidi untuk mendorong warga membeli rumah dan mendorong orang berkeluarga.

Baca juga: Mengapa Populasi China Bisa Turun Drastis?

"Kota-kota kaya seperti Shenzhen dan Jinan telah menawarkan insentif sampai 20.000 yuan (Rp 44,13 juta) selama tiga tahun untuk keluarga yang punya tiga anak, tapi saya pikir hanya orang yang memang ingin punya lebih banyak anak yang akan mencoba mendapatkan subsidi itu, kata Cynthia Liu di Beijing kepada DW.

"Bagi perempuan yang tidak ingin punya anak lagi, mereka bisa dengan mudah mendapat lebih banyak uang dibanding tawaran insentif itu, dalam waktu hanya enam bulan."

"Di bagian lain China, otoritas lokal tidak menawarkan subsidi apa pun. Tindakan mereka mendorong orang untuk punya lebih banyak anak sebagian besar slogan-slogan kosong yang ditulis di dinding saja," tambah Liu.

Emma Li dari Shanghai mengatakan, banyak teman perempuannya yang juga belum menikah, dan anggota keluarganya berpendapat, pemerintah tidak memberi dukungan yang cukup untuk meyakinkan perempuan memiliki anak.

"Saya pikir tingkat kesuburan di China akan terus menurun, tetapi dalam waktu dekat kualitas hidup anak muda akan meningkat, karena mereka memiliki lebih banyak sumber daya untuk dibelanjakan buat diri mereka sendiri," pungkasnya.

Baca juga: Penduduk China Menurun, Tentara Bisa Kena Dampaknya

Artikel ini pernah dimuat di DW Indonesia dengan judul Bisakah Generasi Muda China Hentikan Tren Penurunan Populasi?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com