Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Perusahaan Teknologi Raksasa yang PHK Massal hingga Belasan Ribu Pegawai

Kompas.com - 21/01/2023, 14:34 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Google pada Jumat (20/1/2023) menjadi perusahaan teknologi raksasa terbaru yang mengumumkan PHK massal.

Alphabet Inc, perusahaan induk Google, mengumumkan bahwa mereka memangkas 12.000 pekerjaan di seluruh dunia.

Dikutip dari kantor berita AFP, berikut adalah daftar enam perusahaan teknologi raksasa yang melakukan PHK massal, padahal dulu sempat digdaya.

Baca juga: Menyusul Microsoft, Google PHK 12.000 Pekerjanya

1. Google

Kepala eksekutif Google dalam memo staf yang dibagikan kepada Reuters menyampaikan, Alphabet selaku perusahaan induk memangkas 12.000 pekerjaan.

Pemangkasan ini mencakup tim di seluruh sektor, termasuk perekrutan dan beberapa fungsi perusahaan, serta beberapa tim teknik dan produk.

PHK bersifat global dan turut meliputi staf di Amerika Serikat, kata Google.

2. Amazon

Ilustrasi logo Amazon.Inquirer.com Ilustrasi logo Amazon.
Raksasa ritel online ini pada 5 Januari 2023 mengumumkan, akan memangkas lebih dari 18.000 pekerjaan.

Alasan Amazon PHK adalah ekonomi yang tidak pasti dan telah melakukan perekrutan dengan cepat selama pandemi.

Selama pandemi Covid, Amazon melakukan perekrutan besar-besaran untuk memenuhi lonjakan pengiriman. Jumlah staf di seluruh dunia dilipatgandakan mulai awal 2020 hingga awal 2022.

PHK Amazon adalah yang terbesar dalam pengurangan tenaga kerja baru-baru ini di sektor teknologi AS, dan yang terbesar untuk perusahaan berbasis di Seattle tersebut.

Pada akhir September 2022, grup Amazon memiliki 1,54 juta karyawan di seluruh dunia.

Baca juga: PHK Besar-besaran Amazon hingga 18.000 Pekerja, Ada Apa?

3. Meta

CEO Meta yaitu Mark Zuckerberg pada November 2022 mengumumkan PHK 11.000 pekerjaan atau sekitar 13 persen staf.

Zuckerberg menyebutnya sebagai perubahan paling sulit yang pernah dibuat dalam sejarah Meta, perusahaan yang memiliki Facebook, Instagram, dan WhatsApp.

Mark Zuckerberg kepada 87.000 pegawainya pernah berkata, dia memperkirakan peningkatan e-commerce dan aktivitas online selama pandemi akan terus berlanjut, tetapi kemudian mengakui dirinya salah.

Kinerja Meta yang buruk pada 2022 membuat harga sahamnya anjlok, serta penurunan tajam dalam penjualan dan stagnasi jumlah penggunanya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com