Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Filipina Diduga Korupsi Narkoba, 300 Kolonel dan Jenderal Didesak Mundur

Kompas.com - 04/01/2023, 20:57 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

MANILA, KOMPAS.com - Ratusan polisi Filipina berpangkat tinggi pada Rabu (4/1/2023) didesak mengundurkan diri, seiring upaya pemerintah membersihkan praktik korupsi narkoba.

Menteri Dalam Negeri Filipina Benjamin Abalos mendesak semua kolonel dan jenderal--total sekitar 300 orang--menawarkan pengunduran diri secara sukarela setelah penyelidikan menemukan segelintir personel terlibat dalam narkotika.

Mereka dapat terus bekerja saat catatannya dinilai oleh komite beranggotakan lima orang.

Baca juga: Filipina Perintahkan Militer Perkuat Kehadiran, Pantau Aktivitas Beijing di Laut China Selatan

"Jika Anda tidak terlibat, tidak ada yang perlu dikhawatirkan," kata Abalos dalam konferensi pers di markas besar kepolisian nasional di Manila, dikutip dari kantor berita AFP.

Siapa pun yang tidak mengajukan pengunduran diri akan dipertanyakan, lanjutnya.

Abalos mengakui caranya radikal dan jalan pintas, karena penyelidikan sebelumnya terhadap polisi yang diduga korup membutuhkan waktu lama dan hanya menghasilkan sedikit hasil.

Ini bukan kali pertama tindakan keras seperti itu digunakan untuk membersihkan kepolisian Filipina.

Mantan Presiden Fidel Ramos pernah menindak polisi pada awal 1990-an, memerintahkan semua personel berusia di atas 56 tahun atau dengan masa kerja lebih dari 30 tahun untuk mengundurkan diri. Buntutnya, Kepala Polisi Filipina dan sembilan polisi senior lainnya mundur.

Adapun rencana terbaru ini disarankan oleh kepala polisi Jenderal Rodolfo Azurin dan polisi-polisi senior lainnya, ujar Abalos.

Azurin termasuk salah satu yang diharapkan mengajukan pengunduran diri ketika catatannya diperiksa.

"Ini satu-satunya cara untuk membersihkan instansi dengan cepat," lanjut Abalos.

"Sulit untuk berperang ketika sekutumu akan menembakmu dari belakang."

Baca juga: Toyota Innova Jadi Mobil Polisi Nasional Filipina, Begini Tampilannya

Polisi Filipina telah membunuh ribuan tersangka pengedar dan pengguna narkoba sejak pertengahan 2016, tetapi para kritikus menyebutkan bahwa orang kaya dan berkuasa sebanyak yang tidak tersentuh.

Tuduhan korupsi dan penyalahgunaan polisi marak terjadi di Filipina. Beberapa petugas dituduh menjual narkoba yang disita dalam operasi.

Eks Presiden Filipina Rodrigo Duterte sempat berjanji membasmi korupsi yang mengakar, tetapi berulang kali mengungkapkan frustrasi dan amarah atas luasnya masalah tersebut.

Analis keamanan berpendapat, Abalos mengambil rute politik yang lebih aman dan tidak konfrontatif untuk membersihkan Kepolisian Filipina.

"Jika tidak ada yang mengundurkan diri, maka dia mendapat lebih banyak pembenaran untuk mulai mengejar korupsi melalui jalur kekuasaan keras," kata Sam Ramos-Jones, direktur operasi di Philippine Strategic Associates, mengacu pada pengadilan.

Meskipun metode tersebut tidak akan menghilangkan akar korupsi dengan sendirinya, cara  ini dapat "mengirimkan pesan ke jajaran yang lebih rendah bahwa mungkin tidak akan ada lagi toleransi seperti kepemimpinan sebelumnya."

Baca juga: Kepala Penjara Filipina Gali Lubang 40x60 Meter di Kompleks Tahanan, Klaim untuk Cari Harta Karun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Longsor Papua Nugini | Trump Dinyatakan Bersalah

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Longsor Papua Nugini | Trump Dinyatakan Bersalah

Global
Beruang Liar di California Terobos Rumah demi Curi Sebungkus Oreo

Beruang Liar di California Terobos Rumah demi Curi Sebungkus Oreo

Global
Militer China Siap Hentikan Kemerdekaan Taiwan Secara Paksa

Militer China Siap Hentikan Kemerdekaan Taiwan Secara Paksa

Global
Keluarga Tawanan Israel Minta Netanyahu Terima Rencana Biden

Keluarga Tawanan Israel Minta Netanyahu Terima Rencana Biden

Global
Stormy Daniels Komentari Vonis Trump: Dia Harus Dipenjara

Stormy Daniels Komentari Vonis Trump: Dia Harus Dipenjara

Global
Jago Mengetik Cepat Pakai Hidung, Pria Ini Pecahkan Rekor Dunia

Jago Mengetik Cepat Pakai Hidung, Pria Ini Pecahkan Rekor Dunia

Global
Para Penyintas Serangan 7 Oktober Menuntut Kelompok Pro-Palestina di AS

Para Penyintas Serangan 7 Oktober Menuntut Kelompok Pro-Palestina di AS

Global
Korea Utara Kirim 600 Balon Sampah Lagi ke Korea Selatan, Apa Saja Isinya?

Korea Utara Kirim 600 Balon Sampah Lagi ke Korea Selatan, Apa Saja Isinya?

Global
Rangkuman Hari Ke-829 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Temui Prabowo | Italia Beda Sikap dengan AS-Jerman

Rangkuman Hari Ke-829 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Temui Prabowo | Italia Beda Sikap dengan AS-Jerman

Global
Mayoritas 'Exit Poll' Isyaratkan Partai Modi Menangi Pemilu India 2024

Mayoritas "Exit Poll" Isyaratkan Partai Modi Menangi Pemilu India 2024

Global
Bertemu Prabowo di Singapura, Zelensky Minta Dukungan dan Bilang Siap Perbanyak Pasok Produk Pertanian

Bertemu Prabowo di Singapura, Zelensky Minta Dukungan dan Bilang Siap Perbanyak Pasok Produk Pertanian

Global
Pentingnya Israel-Hamas Sepakati Usulan Gencatan Senjata Gaza yang Diumumkan Biden...

Pentingnya Israel-Hamas Sepakati Usulan Gencatan Senjata Gaza yang Diumumkan Biden...

Global
Menteri-menteri Israel Ancam Mundur Usai Biden Umumkan Usulan Gencatan Senjata Baru

Menteri-menteri Israel Ancam Mundur Usai Biden Umumkan Usulan Gencatan Senjata Baru

Global
Saat China Berhasil Daratkan Chang'e-6 di Sisi Jauh Bulan...

Saat China Berhasil Daratkan Chang'e-6 di Sisi Jauh Bulan...

Global
[UNIK GLOBAL] Penjual Sotong Mirip Keanu Reeves | Sosok 'Influencer Tuhan'

[UNIK GLOBAL] Penjual Sotong Mirip Keanu Reeves | Sosok "Influencer Tuhan"

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com