Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jenazah Korban Covid-19 Menumpuk di Rumah Duka dan RS China, Puluhan Dikremasi Diam-diam

Kompas.com - 21/12/2022, 11:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

BEIJING, KOMPAS.comChina digemparkan kabar penumpukan jenazah korban Covid-19 di kamar mayat dan krematorium.

Muncul sejumlah laporan yang menyebutkan puluhan korban tewas Covid-19 diam-diam dikremasi di beberapa rumah duka di Beijing dalam sepekan terakhir, sebagaimana dilansir The Telegraph, Senin (19/12/2022).

Pada Rabu (15/12/2022) pekan lalu, Rumah Duka Dongjiao Beijing memproses 30 hingga 40 jenazah korban Covid-19, kata seorang pekerja yang meminta untuk tidak disebutkan namanya kepada Financial Times.

Baca juga: China Klaim Tak Ada Kematian Covid-19 Baru Setelah Ubah Kriteria Pencatatan

Seorang reporter AP yang mengunjungi rumah duka tersebut pada Jumat (16/12/2022) diberitahu oleh kerabat korban bahwa setidaknya ada dua orang jenzah yang sebelumnya positif Covid-19 dan dikremasi di sana.

Sekitar enam orang di sana menyampaikan, salah satu akta kematian korban tercantum "pneumonia" sebagai penyebab kematiannya.

Pada Sabtu (17/12/2022), wartawan Reuters menyaksikan mobil-mobil jenazah mengantre di luar krematorium Covid-19 di Beijing.

Para pekerja dengan pakaian hazmat membawa jenazah-jenazah ke luar dari mobil jenazah ke dalam fasilitas tersebut. Reuters tidak dapat segera memastikan apakah kematian itu disebabkan oleh Covid-19.

Baca juga: Dunia Khawatirkan Gelombang Baru Covid-19 di China

Wartawan Financial Times juga melihat banyak kantong jenazah di rumah sakit rujukan untuk pasien Covid-19.

Di satu sisi, otoritas kesehatan China pada Senin mengakui hanya ada dua kematian akibat Covid-19 sejak 3 Desember.

Munculnya berbagai laporan mengenai penumpukan jenazah di rumah duka dan krematorium di China terjadi setelah “Negeri Panda” mencabut aturan lockdown yang ketat tanpa disertai kampanye vaksinasi dosis booster yang efektif.

Menurut data dari The Economist, permodelan menunjukkan 1,5 juta orang bisa meninggal dalam skenario terburuk jika virus corona dibiarkan menyebar sangat bebas di China.

Baca juga: AS: Korban Covid-19 China Setelah Pelonggaran Jadi Perhatian Dunia

Sekitar 96 persen orang juga bisa tertular Covid-19 dalam tiga bulan ke depan, menurut skenario terburuk dalam permodelan tersebut.

Yanzhong Huang dari lembaga think tank Council on Foreign Relations menyampaikan, jumlah korban tewas akibat Covid-19 yang diumumkan pemerintah China berbeda dari realitanya.

Dia menuturkan, langkah tersebut bisa saja didorong karena upaya pemerintah untuk menghindari kepanikan massal atas lonjakan kematian akibat Covid-19.

Beberapa analis lain menyebut angka kematian akibat Covid-19 terbaru yang diumumkan pemerintah China sangat rendah.

Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan ada 5.237 kematian akibat Covid-19 dan 380.453 kasus dalam tiga tahun terakhir. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara besar lainnya.

Baca juga: Infeksi Covid-19 China Melonjak, Sekolah di Shanghai Diperintahkan Kembali ke Kelas Daring

Ramai di media sosial China

Petugas medis berbaju pelindung saling mengobrol saat warga menunggu masuk ke klinik demam sebuah rumah sakit di Beijing, Selasa, 13 Desember 2022.AP PHOTO/ANDY WONG Petugas medis berbaju pelindung saling mengobrol saat warga menunggu masuk ke klinik demam sebuah rumah sakit di Beijing, Selasa, 13 Desember 2022.

Pada Senin, pengumuman dua kematian akibat Covid-19 yang disampaikan pemerintah China dengan cepat menjadi topik trending teratas di Weibo, platform media sosial di China yang mirip Twitter.

“Apa gunanya statistik yang tidak lengkap?” tanya seorang akun Weibo.

“Bukankah ini menipu publik?” tulis yang lain.

Di Beijing, ketakutan akan menyebarnya Covid-19 membuat jalan-jalan kosong. Panic buying dilaporkan terjadi, membuat stok obat-obatan di apotek kosong.

Baca juga: Kondisi Beijing Setelah Pembatasan Covid-19 Berakhir

“Menurut saya 60-70 persen kolega saya terinfeksi saat ini,” kata Liu, seorang pekerja kantin universitas berusia 37 tahun di Beijing, kepada Reuters.

Salah satu ahli epidemiologi terkemuka China, Wu Zunyou, pada akhir pekan memperingatkan bahwa “Negeri Panda” menghadapi gelombang pertama dari tiga gelombang yang akan terjadi.

Wu mengatakan gelombang saat ini akan berlangsung hingga pertengahan Januari dan terutama akan terjadi di sejumlah China.

Gelombang pertama tersebut akan memicu gelombang kedua hingga pertengahan Februari saat perayaan Tahun Baru Imlek.

Puncak ketiga akan terjadi dari akhir Februari hingga pertengahan Maret karena mereka yang terinfeksi dari kampung halaman kembali ke tempat kerja mereka.

Baca juga: Tak Butuh Bantuan AS Tangani Covid-19, China Yakin Bisa Atasi Sendiri

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com