Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Qatar Sebut 400-500 Pekerja Migran Tewas dalam Proyek Piala Dunia

Kompas.com - 30/11/2022, 08:26 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

DOHA, KOMPAS.com - Pejabat tinggi Piala Dunia Qatar 2022 mengatakan pada Selasa (30/11/2022) bahwa lebih dari 400 pekerja migran tewas dalam kecelakaan kerja di negara itu dalam beberapa tahun sebelum turnamen dimulai.

Sekjend Komite Penyelenggar Pengiriman dan warisan Qatar, Hassan Al-Thawadi, menyebut angka 400-500 ketika ditanya berapa banyak pekerja yang meninggal melakukan pekerjaan untuk Piala Dunia Qatar dalam sebuah wawancara televisi Inggris.

Dia mengatakan jawabannya mengacu pada statistik nasional untuk semua kematian terkait pekerjaan di Qatar mencakup semua sektor dan kebangsaan pada periode 2014-2020.

Baca juga: Piala Dunia: Iran Kalah dari AS, Warga Justru Gelar Perayaan

Dikatakan ada 414 kematian pekerja selama periode delapan tahun.

Jumlah pekerja migran di Qatar dilaporkan telah mencapai angka lebih dari 2,5 juta dari 2,9 juta penduduk negara Teluk kecil itu.

Sementara, nasib para tenaga kerja migran di sana telah dikritik keras, terutama pada proyek konstruksi besar yang telah mengubah Qatar dalam dekade terakhir.

Qatar sendiri selama ini tidak pernah memberikan angka pasti untuk jumlah kematian pekerja asing meskipun telah membantah klaim oleh kelompok HAM bahwa ribuan orang meninggal.

Pihak berwenang bersikeras bahwa hanya 37 pekerja di proyek Piala Dunia yang meninggal dan hanya tiga dalam kecelakaan terkait pekerjaan.

Thawadi juga mengulangi angka ini dalam wawancara.

"Satu kematian adalah kematian yang terlalu banyak,” kata Thawadi, sebagaimana dikutip dari AFP.

Baca juga: Piala Dunia: Pelatih AS Minta Maaf Usai US Soccer Hapus Lambang Bendera Iran

Namun, komentarnya membawa kecaman baru dari kelompok hak asasi manusia.

"Selama dekade terakhir, ribuan pekerja telah kembali ke rumah masing-masing dalam peti mati, tanpa penjelasan yang diberikan kepada orang yang mereka cintai," kata Steve Cockburn dari Amnesty International.

Menurut mereka, panas ekstrem Qatar dan kondisi kerja yang melelahkan kemungkinan besar telah berkontribusi pada ratusan kematian ini.

“Tetapi, tanpa penyelidikan penuh skala sebenarnya dari nyawa yang hilang tidak akan pernah diketahui," jelas Amnesty International.

Di bawah tekanan dari serikat pekerja internasional, Qatar setidaknya telah melakukan reformasi yang dipuji.

Negara ini telah membongkar sistem perburuhan 'kafala' yang memberi majikan hak yang kuat atas apakah pekerja dapat meninggalkan pekerjaan mereka atau bahkan negara.

Qatar juga telah memperkenalkan upah minimum 1.000 riyal (sekitar 260 dollar AS) dan jam terbatas di mana pekerja dapat keluar dalam cuaca yang sangat panas.

Baca juga: Di Piala Dunia Qatar, Para Pekerja Migran Menikmati Hasil Keringatnya Lewat Pertandingan Sepak Bola

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com