Mereka akan mendapatkan donor darah sebanyak 5-10 mililiter dengan jarak setidaknya empat bulan - sekali dengan darah normal, dan sekali dengan darah buatan lab.
Darah ini juga telah ditandai dengan senyawa radioaktif, yang biasa digunakan dalam prosedur medis, sehingga para ilmuwan dapat melihat seberapa lama darah bertahan di dalam tubuh relawan.
Diharapkan darah buatan ini lebih kuat dari darah biasa.
Sel-sel darah merah normalnya bertahan sekitar 120 hari di dalam tubuh sebelum mereka harus digantikan.
Donor darah biasanya mengandung campuran antara darah lama dan baru, sementara darah buatan lab selalu baru dibuat, sehingga mereka bisa bertahan selama 120 hari penuh.
Para ilmuwan meyakini, di masa depan akan dibutuhkan lebih sedikit dan lebih jarang donor darah.
Meski begitu, masih ada tantangan dalam segi finansial dan teknologi.
Donor darah biasa butuh biaya sekitar 130 poundsterling (Rp2,3 juta). Sementara membuat darah di lab butuh jauh lebih banyak uang, meskipun tim peneliti menolak menyebutkan angka.
Tantangan lain adalah, sel punca yang dipakai untuk sumber memanen semakin lama akan melemah, sehingga membatasi jumlah sel darah merah yang bisa dihasilkan.
Butuh lebih banyak riset untuk memproduksi jumlah yang dibutuhkan secara klinis.
“Penelitian pertama di dunia ini meletakkan dasar untuk pembuatan sel darah merah yang dapat dipakai sebagai transfusi darah dengan aman untuk pasien dengan gangguan langka, seperto sel sabit,” kata Dr Farrukh Shah, direktur transfusi medis di NHS Blood and Transplant.
“Potensi dari penelitian ini dapat sangat signifikan menguntungkan pasien.”