Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Miliarder Dunia Hadapi Hari Kiamat, Bikin Bunker hingga Beli Tanah di Selandia Baru

Kompas.com - 21/10/2022, 20:36 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

NEW YORK, KOMPAS.com - Saat Douglas Rushkoff diundang untuk berbicara dengan sekelompok miliarder teknologi di sebuah resor pribadi di gurun pasir, dia merasa sudah mempersiapkan dirinya dengan maksimal.

Ternyata dia salah.

Douglas, seorang penulis, ahli teori dan profesor di City University of New York, diminta untuk membahas "masa depan teknologi."

Baca juga: Dmitry Medvedev: Jika Crimea Diserang, Hari Kiamat Akan Tiba

Douglas mendapat bayaran yang banyak, sekitar sepertiga dari gaji profesornya selama setahun, selain juga ditanggung penerbangannya dan naik "limousine" selama tiga jam ke lokasi yang dirahasiakan.

"(Ketika saya tiba), bukannya membawa saya ke atas panggung, mereka membawa lima orang ini ke ruangan tempat saya bersiap-siap. Dan mereka berkata, 'ini tempatnya'," katanya kepada program Drawing Room milik ABC Radio National.

Kelima orang itu adalah "investor teknologi papan atas dunia, pejabat lembaga keuangan" dan setidaknya dua dari mereka adalah miliarder.

Awalnya, Douglas ditanya hal-hal yang dianggapnya biasa.

"Mereka menanyakan semua pertanyaan umum yang diajukan investor teknologi, seperti, 'apa yang lebih baik, Bitcoin atau Ethereum? Virtual reality atau augmented reality?'" katanya.

Tapi lama-lama arah pembicaraan berupa, ia jadi tahu mengapa diundang ke gurun.

"Bagaimana saya mempertahankan otoritas saya atas pasukan keamanan yang saya miliki setelah "peristiwa" itu?" salah satu pria bertanya.

Selandia Baru atau Alaska?

Douglas mengatakan "peristiwa itu" yang dimaksud adalah sebutan untuk akhir zaman, yang bisa berupa "kehancuran lingkungan, kerusuhan sosial, ledakan nuklir, badai matahari, virus yang tak bisa dihentikan, atau peretasan komputer berbahaya yang akan menghancurkan segalanya."

Kelima orang ini adalah orang kaya-raya yang yakin peradaban manusia dapat runtuh kapan saja.

Mereka sangat ingin mendengar pendapat Douglas bagaimana caranya bisa menghindar dari itu.

Seseorang bahkan bertanya, tempat mana yang paling aman saat hari terakhir itu terjadi: Selandia Baru atau Alaska?

Yang lain sudah menyiapkan bunker dan penjaga keamanan.

Ada banyak pertanyaan soal penjaga ini, seperti 'Bagaimana membayar mereka saat kripto tidak berharga lagi? Apa yang akan menghentikan mereka mendengar perintah? Mungkin penjaga robot akan lebih baik?'

Baca juga: 4 Tempat Menakjubkan yang Tak Bisa Dikunjungi, dari Kubah Kiamat hingga Pulau Ular Beracun

Beberapa miliarder sudah memiliki bunker dan pasukan penjaga yang siap bergabung dengan mereka setelah hari itu tiba.THE VIVOS GROUP via ABC INDONESIA Beberapa miliarder sudah memiliki bunker dan pasukan penjaga yang siap bergabung dengan mereka setelah hari itu tiba.
"Hampir seluruh pembicaraan membicarakan skenario Walking Dead," katanya, yang mengacu serial kiamat zombi yang diangkat ke layar kaca.

Tapi Douglas merasa tidak bisa membantu menjawabnya.

Ya, dia memang seorang ahli bidang "manusia otomatis di era digital", tetapi dia lebih menganggap dirinya sendiri sebagai "ahli teori media Marxis" daripada seorang futuris.

Saat pertemuan terjadi, profesor ini akhirnya punya kesimpulan soal "orang-orang terkaya dan paling berkuasa yang pernah bersamanya" itu.

"Saya mulai melihat mereka sebagai orang yang menyedihkan," katanya.

Tidak sendiri

Pertemuan di gurun yang aneh tersebut membuat Douglas bertanya mengapa beberapa orang yang punya hak-hak istimewa di dunia, malah memikirkan tentang kehancuran dunia.

Dia menulis pengalamannya di situs Medium, kemudian menulis buku dengan judul Survival of the Richest: Escape Fantasies of the Tech Billionaires.

Ternyata bukan hanya lima orang paling kaya itu yang merencanakan untuk kabur dari kiamat.

Salah satu pendiri PayPal, pendukung Donald Trump, dan libertarian Peter Thiel, adalah salah satu dari beberapa miliarder yang sudah punya warga negara Selandia Baru dan membeli sebidang tanah di kawasan terpencil di negara itu.

Pada bulan Agustus, rencana Peter terhalang ketika Dewan Wilayah Queenstown Selandia Baru menolak rencananya untuk membangun penginapan mewah yang berbentuk seperti bunker.

Dewan perencanaan Selandia Baru telah menghalangi rencana Peter Thiel untuk membangun resor mewah di Wanaka.KENGO KUMA AND ASSOCIATES/QUEENSTOWN LAKES DISTRICT COUNCIL via ABC INDONESIA Dewan perencanaan Selandia Baru telah menghalangi rencana Peter Thiel untuk membangun resor mewah di Wanaka.
Ada pula mereka yang dikenal sebagai seasteaders, yang yakin struktur bangunan yang jauh dari perairan internasional adalah "jalan keluar" terbaik dari masyarakat.

Seperti yang ditulis Douglas dalam buku barunya, In the Minecraft-meets-Waterworld future envisioned by 'aquapreneurs', orang kaya harus hidup di negara-kota yang mandiri dan mengambang bebas."

The Seasteading Institute, yang didirikan oleh Patri Friedman, cucu dari ekonom pasar bebas Milton Friedman, bertujuan untuk "membangun komunitas startup yang mengapung di lautan, dengan apa pun ukuran otonomi politiknya."

Satu perusahaan bernama Vivos memanfaatkan kekhawatiran soal kiamat dengan menjual apartemen mewah di bawah tanah, yang dulunya sebuah fasilitas di era Perang Dingin, kemudian direnovasi.

Bayangkan, bangunan bekas tempat penyimpanan rudal, sekarang lengkap dengan kolam renang dan bioskop.

Douglas mengatakan idenya tidak terbatas pada struktur fisik.

Dia menunjukkan bagaimana Jeff Bezos ingin pergi ke luar angkasa dan Mark Zuckerberg memiliki metaverse virtualnya, yang dia sebut variasi lain dari "melarikan diri" dari kita semua.

"Ray Kurzweil, salah satu kepala ilmuwan di Google, punya tujuan utama membangun komputer yang dapat menampung otaknya," katanya.

Baca juga: Jam Kiamat Tak Bergerak 3 Tahun, Bumi Tetap 100 Detik Menuju Kehancuran

Lebih tinggi dari orang lain?

Ketimbang hanya berfokus pada kebiasaan miliarder teknologi dan rencana mereka saat kiamat terjadi, Douglas jauh lebih tertarik dengan pandangan dan sistem yang membuat orang-orang ini punya ide yang aneh-aneh.

Douglas Rushkoff secara tidak sengaja masuk ke dunia mega miliarder yang bersiap untuk kiamat.
REBECCA ASHLEY via ABC INDONESIA Douglas Rushkoff secara tidak sengaja masuk ke dunia mega miliarder yang bersiap untuk kiamat.
Dalam tulisannya, ia menemukan istilah untuk pelarian ala Sillicon Valley ini: the Mindset.

"Secara sederhana, pola pikirnya ... adalah berapa banyak uang dan teknologi yang diutuhkan untuk melarikan diri dari kenyataan yang diciptakan sendiri, dengan menggunakan uang dan teknologi seperti sekarang ini," katanya.

"Mereka merasa dirinya dewa. Stewart Brand, salah satu pahlawan teknologi kontra-budaya berkata, 'Kami adalah dewa'. Dan orang-orang ini memahaminya secara harfiah."

Menurut Douglas ini adalah pola pikir ketika mereka merasa dirinya di atas orang lain.

"Saya merasa ini adalah fantasi mereka. Mereka bukan hanya membuat rencana, tapi punya keinginan untuk menjauh dari kita semua, dengan cara apa pun," kata Douglas.

Cara mencegah malapetaka

Selama pertemuan di gurun, Douglas mencoba menyampaikan beberapa gagasannya kepada para miliarder teknologi soal pertumbuhan dan keberlanjutan, dan secara kritis melihat masa kini.

"Saya berkata, 'Cara untuk mencegah kepala keamanan Anda menembak Anda ketika berada di bunker nanti adalah dengan membiayai perayaan Bat Mitzvah putrinya hari ini'."

"Cara mencegah malapetaka adalah dengan mulai memperlakukan orang lain dengan lebih baik sekarang."

"Tapi itu bukan cara Amerika. Itu tentu bukan pola pikir ... bagi mereka yang ingin berkuasa di atas umat manusia lainnya."

Jadi apa pesan utama Douglas untuk umat manusia?

"Kita perlu menyadari kalau kita menjalani semua ini bersama-sama, dan kita melakukan lebih sedikit (tak berambisius), menjadi lebih membumi, dan lebih sosial... Ini mengubah apa yang kita anggap sebagai kesuksesan."

Dan khusus bagi para pengusaha teknologi: "(Tanyakan) bagaimana bisa bekerja keras untuk membuat dunia ini lebih baik?"

Baca juga: Gletser Besar Antartika Diprediksi Meleleh Lebih Cepat, disebut Awal Skenario Kiamat

Diproduksi dan dirangkum oleh Hellena Souisa dari laporan ABC News.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com