Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demo Iran Pecah di 80 Kota Usai Kematian Mahsa Amini

Kompas.com - 23/09/2022, 21:27 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

TEHERAN, KOMPAS.com - Badan Intelijen Iran telah memperingatkan warga yang mengikuti unjuk rasa yang semakin memanas belakangan ini bahwa mereka telah melanggar hukum dan bisa dituntut.

Pernyataan tersebut tertulis di situs berita Iran setelah unjuk rasa terjadi sejak meninggalnya Mahsa Amini, yang ditangkap karena mengenakan pakaian "tidak senonoh".

Aksi unjuk rasa tersebut sudah menyebar ke lebih dari 80 kota di Iran, dan didominasi partisipan perempuan yang melambaikan dan membakar jilbab, hingga memotong rambut mereka di depan umum.

Baca juga: Demo Iran Pecah di 15 Kota Usai Kematian Mahsa Amini, Wanita yang Ditahan Polisi karena Jilbab

Kelompok HAM mengatakan setidaknya 31 warga telah terbunuh dalam unjuk rasa tersebut, sementara stasiun televisi setempat mencatat 17 kematian.

Kamis lalu (22/9/2022) pengunjuk rasa di Teheran dan beberapa kota Kurdi bahkan membakar kantor dan kendaraan polisi.

"Setelah melihat eksploitasi beberapa peristiwa yang baru-baru ini (unjuk rasa) oleh kelompok oposisi, keterlibatan dalam perkumpulan ilegal ... (perilaku demikian) bisa berujung pada tuntutan yudisial," bunyi pernyataan dalam situs yang mengutip menteri.

Mahsa Amini meninggal di rumah sakit pada hari Jumat setelah tiga hari dalam keadaan koma.REUTERS/IRANWIRE via ABC INDONESIA Mahsa Amini meninggal di rumah sakit pada hari Jumat setelah tiga hari dalam keadaan koma.
Mahsa yang berusia 22 tahun mengalami koma ketika ditahan polisi sebelum akhirnya meninggal di rumah sakit.

Presiden Iran Ebrahim Raisi telah mengumumkan akan melakukan penyelidikan penyebab kematiannya. Pihak berwajib namun membantah tuduhan mereka telah menganiaya massa.

Video yang beredar di media sosial menunjukkan seorang pria yang ditembak oleh pihak keamanan berdarah di jalan, sehingga mengundang teriakan para pengunjuk rasa yang meminta tolong.

Video lain menunjukkan seorang polisi menembak pengunjuk rasa yang merobek spanduk pro-pemerintah di provinsi Khorasan Utara. Tidak jelas apakah pria tersebut luka-luka.

Baca juga:

"Jangan lepaskan para kriminal"

Massa pendukung pemerintah akan melakukan unjuk rasa mereka Jumat ini, menurut media setempat Iran.

"Ini keinginan warga Iran: jangan lepaskan para kriminal," tulis sebuah editorial di koran Kayhan.

Unjuk rasa karena kematian Mahsa adalah aksi protes terbesar yang pernah terjadi di Republik Islam tersebut sejak 2019.

Sekelompok pakar PBB, termasuk Javaid Rehman, wartawan khusus HAM di Iran, dan Mary Lawlor, wartawan khusus pembela situasi HAM, menuntut pertanggungjawaban.

"Kami terkejut dan sangat sedih mendengar kematian Mahsa," bunyi pernyataannya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com