Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Junihot Maranata
Dosen

Konsen pada dunia pendidikan bermutu dan berkelanjutan

Gaya "Servant Leadership" Ratu Elizabet II

Kompas.com - 20/09/2022, 14:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

RATU Elizabeth II dari Inggris wafat pada 8 September 2022 pada usia 96 tahun. Ia telah berkuasa selama 70 tahun 214 hari. Hal itu membuatnya tercatat sebagai pemegang kekuasaan terpanjang dalam sejarah Kerajaan Inggris.

Takseorang pun tahu di masa depan dia akan menjadi apa? Hal ini juga terjadi pada Ratu Elizabeth II.

Ratu Elizabeth II lahir pada 21 April 1926 sebagai putri tertua Pangeran Albert, Duke of York, yang kemudian diangkat menjadi Raja George VI. Albert menjadi raja usai penguduran saudaranya, yaitu Raja Edward VIII. 

Edward VIII turun tahta demi menikahi janda Amerika, Wallis Simpson.

Setelah kematiaan George VI tahun 1952, otomatis Elizabeth II menggantikan posisi ayahnya dan dinyatakan sebagai ratu.

Penobatan Ratu Elizabeth II secara resmi dilakukan pada 2 Juni 1953, usai berakhirnya masa berkabung untuk sang ayah.

Baca juga: Usai Pemakaman Ratu Elizabeth II, Ini yang Akan Terjadi Selanjutnya

Hingga akhir hidupnya, ia mengabdikan diri pada Kerajaan Inggris. Pada 9 September 2015 ia tercatat menjadi ratu yang paling lama memerintah dalam sejarah Inggris melampaui rekor Ratu Victoria selama 63 tahun 216 hari. 

Tujuh dekade bertakhta dengan keyakinan tak tergoyahkan

 

Tujuh dekade lamanya Ratu Elizabeth II berada di atas takhta. Kepemimpinanya ditandai dengan pelayanan publik dan pengabdian pribadi dengan melewati banyak badai.

Badai-badai itu ada yang bersifat pribadi maupun publik, seperti isu pembubaran Kerajaan Inggris, pergolakan politik, tragedi nasional, kematian keluarga, skandal yang melibatkan anak-anak dan cucu-cucunya.

Namun, dia menghadapi semua dengan keyakinan dan tekad yang tak tergoyahkan.

Sekitar tahun 1951, dia sering membela ayahnya di acara-acara publik karena kesehatan ayahnya yang menurun akibat kanker paru-paru.

Ketika ayahnya meninggal mendadak pada usia 56 tahun, Elizabeth sedang tur di Kenya bersama suaminya, Philip.

Di tengah perjalanan safari, Elizabeth yang masih berusia 25 tahun mendapat kabar bahwa ayahnya telah meninggal dan dia sekarang menjadi Ratu dan Kepala Negara Persemakmuran.

Saat mendengar kabar bahwa ayahnya telah meninggal dunia, Elizabeth dikabarkan bereaksi tenang. Dia membahas cara yang lebih praktis agar ia bisa sesegera mungkin kembali ke Inggris.

Dia bahkan masih bisa menulis surat permintaan maaf atas pembatalan turnya, sebelum berangkat pada senja hari ke lapangan terbang terdekat dan pesawat sudah menunggunya.

Namun, begitu pesawat mengudara, dia masuk ke toilet. Saat keluar dari toilet, dia muncul dengan wajah tegang, bahkan secara jelas dilihat oleh para penumpang lain bahwa dia telah "menangis dalam toilet dengan waktu yang agak lama".

Sejak awal, Ratu Elizabeth II tampaknya mencontoh keteladanan iman yang aktif dan dinamis dari nenek buyutnya, Ratu Victoria, yang selalu menjelaskan kepada anak-anaknya dan orang-orang yang ada di istananya bahwa iman dan pelayanan harus berjalan beriringan.

Keteladanan iman yang diberikan nenek buyutnya, Ratu Victoria tersebut, telah melahirkan gaya kepemimpinan yang melayani kepada negara dan Persemakmurannya dan menjadi landasan pemerintahan Ratu Elizabeth II.

Baca juga: Sisi Lain Ratu Elizabeth, Jago Berkuda dan Penggemar Berat James Bond

Berusaha untuk selalu melayani rakyat

Dalam pidato ulang tahunnya yang ke-21, Elizabeth yang saat itu masih berstatus seorang putri, meminta dukungan rakyatnya dan pertolongan Tuhan.

“Saya nyatakan di hadapan Anda semua bahwa seluruh hidup saya baik panjang atau pendek akan dikhususkan untuk melayani Anda … Tuhan tolong saya untuk membuat kebaikan ini adalah sumpahku, dan biarlah kiranya Tuhan memberkati kalian semua yang mau ambil bagian di dalamnya,” kata dia saat itu.

Dalam siaran Natal pertamanya sebagai Ratu tahun 1952, dia berkata, “Berdoalah untuk saya … semoga Tuhan memberi saya kebijaksanaan dan kekuatan untuk melaksanakan janji-janji khusyuk yang akan saya buat, dan agar saya dapat dengan setia melayani Dia dan Anda sepanjang hari dalam hidup saya."

Sebelum penobatannya sebagai ratu, Uskup Agung Geoffrey Fisher mempersiapkan Elizabeth secara rohani dengan sebuah buku renungan pribadi berupa pembacaan Alkitab dan doa dari tanggal 1 Mei hingga Hari Penobatan, tanggal 2 Juni 1953.

Sang Ratu menganggap serius perannya, tidak hanya sebagai kepala negara tetapi juga sebagai kepala Gereja Inggris.

Tahun 2016, dia menulis kata pengantar untuk buku hadiah yang diterbitkan bersama oleh UK Bible Society, Ratu Hamba dan Raja yang Dia Layani. Dalam kata pengantar itu dia menggambarkan peran sentral dari iman Kristen-nya dan Alkitab.

Ketika negara-negara Barat menjadi lebih sekuler, pesan-pesan Ratu mengikuti lintasan yang berlawanan. Siaran persnya tahun 2000 dikhususkan untuk mengupas tentang kisah kehidupan dan pengajaran Kristus yang diakuinya sebagai "penyedia kerangka kerja di mana saya mencoba untuk memimpin hidup saya".

Tahun 2008, Ratu berkata, “Saya berharap bahwa, seperti saya, Anda akan terhibur oleh teladan Yesus dari Nazaret yang meskipun seringkali dalam keadaan yang sangat sulit, namun Dia berhasil menjalani kehidupan yang terbuka, tidak mementingkan diri sendiri dan pengorbanan …

Dia menjelaskan bahwa kebahagiaan dan kepuasan manusia yang sejati terletak pada memberi daripada menerima; lebih banyak dalam melayani daripada dilayani.”

Tahun 2014, Ratu Elizabeth menggambarkan imannya sebagai "jangkar dalam hidup saya....

Sebagai teladan rekonsiliasi dan pengampunan, Dia mengulurkan tangan-Nya dalam cinta, penerimaan, dan penyembuhan.... 

Teladan Kristus membantu saya melihat nilai melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar, siapa pun yang melakukannya dan apa pun yang mereka percayai.”

Perumpamaan favorit Ratu Elizabeth II adalah tentang Orang Samaria yang Baik Hati dengan penekanannya pada pelayanan-pengorbanan.

Baca juga: Putri Margaret, Adik Ratu Elizabeth II yang Kontroversial

Dalam siarannya tahun 2020 dari Kastil Windsor di mana dia dan Pangeran Philip mengisolasi karena pandemi Covid-19, dia berkata, “Kami terus terinspirasi oleh kebaikan orang asing dan mendapatkan kenyamanan – bahkan di malam tergelap – ada harapan di fajar yang baru. Yesus Kristus telah menegaskan hal ini dengan perumpamaan tentang Orang Samaria yang Baik Hati.

Pria yang dirampok dan ditinggalkan di pinggir jalan diselamatkan oleh seseorang yang tidak menganut agama atau budayanya. Kisah kebaikan yang luar biasa ini masih relevan sampai sekarang.

Orang Samaria yang baik hati telah muncul di masyarakat yang menunjukkan kepedulian dan rasa hormat kepada semua orang, tanpa memandang jenis kelamin, ras atau latar belakang, mengingatkan kita bahwa kita masing-masing istimewa dan setara di mata Tuhan.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Produsen Susu Australia Lirik Peluang dari Program Makan Siang Gratis Prabowo

Produsen Susu Australia Lirik Peluang dari Program Makan Siang Gratis Prabowo

Global
Keluh Kesah Warga Jepang soal Turis Gunung Fuji, Kini Pemandangan Ditutup

Keluh Kesah Warga Jepang soal Turis Gunung Fuji, Kini Pemandangan Ditutup

Global
Spanyol dan Norwegia Resmi Akui Negara Palestina, Irlandia Segera Menyusul

Spanyol dan Norwegia Resmi Akui Negara Palestina, Irlandia Segera Menyusul

Global
Influencer Pendidikan China Terlampau Disiplin, Pendekatan Belajarnya Picu Kontroversi

Influencer Pendidikan China Terlampau Disiplin, Pendekatan Belajarnya Picu Kontroversi

Global
Sempat Alami Masalah Kesehatan, Ini Kondisi Terkini Mike Tyson

Sempat Alami Masalah Kesehatan, Ini Kondisi Terkini Mike Tyson

Global
Kata Biden soal Serangan Israel ke Rafah yang Bakar Hidup-hidup Pengungsi di Tenda

Kata Biden soal Serangan Israel ke Rafah yang Bakar Hidup-hidup Pengungsi di Tenda

Global
Sejumlah 'Influencer' Kaya Raya di China Hilang dari Media Sosial, Ada Apa?

Sejumlah "Influencer" Kaya Raya di China Hilang dari Media Sosial, Ada Apa?

Global
Uni Eropa: Ukraina Berhak Pakai Senjata Barat untuk Serang Rusia

Uni Eropa: Ukraina Berhak Pakai Senjata Barat untuk Serang Rusia

Global
Suhu di Pakistan Melebihi 52 Derajat Celcius Saat Gelombang Panas

Suhu di Pakistan Melebihi 52 Derajat Celcius Saat Gelombang Panas

Global
Mengapa Irlandia Jadi Negara Eropa Paling Pro-Palestina?

Mengapa Irlandia Jadi Negara Eropa Paling Pro-Palestina?

Global
PM Spanyol: Mengakui Negara Palestina Penting untuk Capai Perdamaian

PM Spanyol: Mengakui Negara Palestina Penting untuk Capai Perdamaian

Global
Dinamika Geopolitik Timur Tengah: ICC Ingin Tangkap Netanyahu

Dinamika Geopolitik Timur Tengah: ICC Ingin Tangkap Netanyahu

Global
Apa Itu Koridor Philadelphia di Gaza, Mengapa Sangat Diinginkan Israel?

Apa Itu Koridor Philadelphia di Gaza, Mengapa Sangat Diinginkan Israel?

Internasional
Demo Pro-Palestina di Paris, 10.000 Orang Protes Serangan Israel ke Rafah

Demo Pro-Palestina di Paris, 10.000 Orang Protes Serangan Israel ke Rafah

Global
Jaring Penghalang Pemandangan Gunung Fuji Jepang Dibolongi Orang

Jaring Penghalang Pemandangan Gunung Fuji Jepang Dibolongi Orang

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com