Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengakuan Tentara Rusia yang Menolak Bertempur di Ukraina: Banyak Rekan yang Tewas karena Ini

Kompas.com - 04/06/2022, 23:16 WIB
BBC INDONESIA,
Bernadette Aderi Puspaningrum

Tim Redaksi

MOSKWA, KOMPAS.com - Beberapa tentara Rusia menolak bertempur di Ukraina lagi karena pengalaman yang mereka alami di garis depan pada awal invasi Rusia ke Ukraina, menurut pengacara dan aktivis hak asasi manusia Rusia.

"Saya tidak ingin (kembali ke Ukraina) untuk membunuh dan dibunuh," kata Sergey yang bertempur selama lima pekan di Ukraina pada awal tahun ini kepada BBC dilansir pada Jumat (3/6/2022).

Sergey, bukan nama sebenarnya, menerima bantuan hukum agar tidak dikerahkan lagi ke garis depan. Dia merupakan salah satu dari ratusan prajurit Rusia yang diketahui menerima bantuan tersebut.

Sergey mengaku trauma dengan pengalamannya di Ukraina.

Baca juga: 100 Hari Perang Rusia-Ukraina: Menilik Kerugian Perang di Kedua Sisi

Tanpa peralatan dasar

"Saya mengira kami, militer Rusia, adalah yang paling hebat di dunia," ujarnya dengan pahit.

Kenyataan di lapangan jauh berbeda. Para prajurit Rusia dikerahkan tanpa peralatan mendasar, semisal perangkat untuk melihat di kegelapan, kata Sergey.

"Kami seperti kucing buta. Saya terkaget-kaget dengan keadaan militer kami. Tidak perlu biaya besar untuk memberi perlengkapan kepada kami. Kenapa itu tidak dilakukan?" keluhnya.

Sergey bergabung dengan angkatan bersenjata Rusia melalui jalur wajib militer—sebagian besar pria Rusia berumur 18-27 tahun harus menjalani setidaknya satu tahun wajib militer.

Namun, setelah beberapa bulan, dia memutuskan menandatangani kontrak profesional selama dua tahun sehingga dia menerima gaji sebagai prajurit.

Pada Januari lalu, Sergey dikirim ke dekat perbatasan Ukraina. Perintah yang dia dapatkan adalah latihan militer.

Selang satu bulan kemudian, 24 Februari, dia diperintahkan melintasi perbatasan. Pada hari itu Rusia melancarkan invasi ke Ukraina.

Tak perlu waktu lama, unitnya mendapat serangan dari pasukan Ukraina.

Baca juga: Kremlin Klaim Rusia Capai Target dalam 100 Hari Perang di Ukraina

Saat mereka rehat sejenak pada malam hari di sebuah lahan pertanian yang ditinggalkan pemiliknya, komandan berkata, "Sebagaimana mungkin kalian ketahui sekarang, ini (serangan) bukanlah lelucon."

Sergey mengaku dia benar-benar terkejut.

"Pikiran pertama saya saat itu 'Apa ini benar-benar terjadi? Apa ini benar-benar terjadi pada saya?!"

Banyak korban berjatuhan

Menurut Sergey, unitnya terus-menerus digempur baik saat bergerak maupun rehat sejenak pada malam hari.

Di unitnya, 10 prajurit tewas dan 10 lainnya luka-luka. Hampir semua rekannya berusia di bawah 25 tahun.

Dia mendengar sendiri betapa tidak berpengalamannya para prajurit Rusia, sampai mereka "tidak tahu cara menembak serta tidak bisa membedakan ekor dan kepala mortir".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Polisi San Francisco Tangkap 70 Pengunjuk Rasa yang Terobos Konsulat Israel

Polisi San Francisco Tangkap 70 Pengunjuk Rasa yang Terobos Konsulat Israel

Global
Roket-Drone Hezbollah Sebabkan Kebakaran di Israel

Roket-Drone Hezbollah Sebabkan Kebakaran di Israel

Global
AS Cari Dukungan PBB Terkait Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

AS Cari Dukungan PBB Terkait Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Global
Sosok Claudia Sheinbaum, Perempuan Pertama yang Terpilih Jadi Presiden Meksiko

Sosok Claudia Sheinbaum, Perempuan Pertama yang Terpilih Jadi Presiden Meksiko

Internasional
Nenek Ini Meninggal di Panti Jompo, tapi Ditemukan Bernapas di Rumah Duka

Nenek Ini Meninggal di Panti Jompo, tapi Ditemukan Bernapas di Rumah Duka

Global
Para Pemimpin Dunia Puji Kemenangan Claudia Sheinbaum Jadi Presiden Meksiko

Para Pemimpin Dunia Puji Kemenangan Claudia Sheinbaum Jadi Presiden Meksiko

Global
Israel Konfirmasi Semakin Banyak Sandera Tewas, Ini Alasannya

Israel Konfirmasi Semakin Banyak Sandera Tewas, Ini Alasannya

Global
G7 Dukung Perjanjian Damai di Gaza, Minta Hamas Segera Menerimanya

G7 Dukung Perjanjian Damai di Gaza, Minta Hamas Segera Menerimanya

Global
[POPULER GLOBAL] Ini Alasan Korut Kirim Balon Sampah | Kakak Adik Nikahi 1 Perempuan

[POPULER GLOBAL] Ini Alasan Korut Kirim Balon Sampah | Kakak Adik Nikahi 1 Perempuan

Global
Kedubes Israel di Romania Dilempari Bom Molotov

Kedubes Israel di Romania Dilempari Bom Molotov

Global
Alasan Kenapa Trump Tetap Bisa Maju ke Pilpres AS 2024 Andaikan Dipenjara

Alasan Kenapa Trump Tetap Bisa Maju ke Pilpres AS 2024 Andaikan Dipenjara

Global
Memanas, Korea Selatan Berencana Setop Perjanjian Militer Buntut Korea Utara Kirim Balon Sampah

Memanas, Korea Selatan Berencana Setop Perjanjian Militer Buntut Korea Utara Kirim Balon Sampah

Global
Kisah Collier Landry, Bocah 11 Tahun yang Yakinkan Detektif bahwa Ayahnya Membunuh Ibunya

Kisah Collier Landry, Bocah 11 Tahun yang Yakinkan Detektif bahwa Ayahnya Membunuh Ibunya

Global
Sri Lanka: 455 Orang Ditipu untuk Berperang bersama Rusia di Ukraina

Sri Lanka: 455 Orang Ditipu untuk Berperang bersama Rusia di Ukraina

Global
Israel Masih Gempur Rafah hingga Khan Younis, Korban Terus Berjatuhan

Israel Masih Gempur Rafah hingga Khan Younis, Korban Terus Berjatuhan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com