MOSKWA, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov memperingatkan kekuatan Barat agar tidak memasok Ukraina dengan senjata yang mampu menyerang wilayah Rusia, menyebut langkah itu akan menjadi "langkah serius menuju eskalasi yang tidak dapat diterima".
Pernyataan Lavrov, yang dilaporkan pada Kamis (26/5/2022) oleh kantor berita Rusia TASS, keluar saat Amerika Serikat (AS) dan sekutu Barat lainnya memberi senjata yang semakin canggih ke Ukraina sementata Moskwa terus maju dengan serangannya di Donbas.
Lavrov berharap "orang waras" di negara-negara Barat akan memahami bahaya langkah untuk lebih meningkatkan persenjataan Ukraina.
“Masih ada beberapa (senjata) yang tersisa di sana,” kata Lavrov dikutip oleh saluran Arab RT dilansir dari Al Jazeera pada Jumat (27/5/2022).
Washington dilaporkan mengadakan diskusi dengan Kyiv tentang bahaya eskalasi, dalam konflik yang sekarang berjalan lebih dari tiga bulan, jika ingin meluncurkan serangan jauh di dalam Rusia, mengutip pejabat AS dan diplomatik yang tidak disebutkan namanya.
Namun, pembicaraan di belakang layar tidak mengarah pada pengenaan pembatasan geografis eksplisit pada penggunaan senjata yang dipasok ke pasukan Ukraina, kata para pejabat kepada Reuters pada Kamis (26/5/2022).
Laporan itu muncul saat Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba memohon kepada negara-negara Barat untuk memberikan senjata berat kepada Kyiv.
Dia mengatakan dalam sebuah video yang diunggah di Twitter bahwa negaranya membutuhkan artileri yang lebih kuat, karena itu adalah "satu-satunya" faktor yang membuat mereka kalah dari Moskwa.
“Jika Anda benar-benar peduli dengan Ukraina, (kirim) senjata, senjata, dan senjata lagi,” kata Kuleba.
Baca juga: Bagaimana Rusia Membuat Mesin Propaganda Baru untuk Perang Ukraina
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden dan sekutu Washington semakin bersedia memberi Ukraina persenjataan jarak jauh, termasuk howitzer M777, sejenis senjata artileri, dalam beberapa pekan terakhir.
Para pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa Gedung Putih bahkan mempertimbangkan untuk memasok Kyiv dengan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi M142 (HIMARS), yang, tergantung pada amunisinya, dapat memiliki jangkauan ratusan kilometer.
Tetapi dinas intelijen negara itu juga telah memperingatkan peningkatan risiko eskalasi.
Direktur Intelijen Nasional Avril Haines mengatakan pada sidang Senat awal bulan ini bahwa beberapa bulan mendatang dapat menempatkan perang pada “lintasan yang lebih tidak terduga dan berpotensi meningkat”.
AS, dengan desain, tidak secara langsung memerangi pasukan Rusia, tetapi komandan Pentagon terus-menerus berhubungan dengan para pemimpin Ukraina.
Mereka juga memberikan informasi intelijen kritis yang memungkinkan Ukraina untuk menargetkan pasukan Rusia, di darat dan di laut, kata para pejabat.
Baca juga: Kisah Ibu di Rusia Coba Selamatkan 2 Putranya dari Pertempuran di Ukraina