Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO: Wabah Covid-19 di Korea Utara Ciptakan Risiko Kemunculan Varian Baru

Kompas.com - 18/05/2022, 08:58 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber Reuters

 

JENEWA, KOMPAS.com - Seorang pejabat senior Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Selasa (17/5/2022), bahwa tingkat penularan virus corona yang tinggi di antara orang yang tidak divaksinasi, seperti di Korea Utara, menciptakan risiko kemunculan varian baru yang lebih tinggi.

Korea Utara diketahui sedang bergulat dengan wabah Covid-19 pertama yang diakui.

Wabah ini telah memicu kekhawatiran atas krisis besar karena kurangnya vaksin dan infrastruktur medis di negara itu.

Baca juga: Kim Jong Un Kerahkan Tentara, Geram dengan Penanganan Covid Korea Utara

"Tentu saja mengkhawatirkan jika negara-negara tidak menggunakan alat yang sekarang tersedia," kata Direktur Kedaruratan WHO Mike Ryan dalam menanggapi pertanyaan tentang wabah Covid-19 di Korea Utara.

"WHO telah berulang kali mengatakan bahwa di mana Anda memiliki penularan yang tidak terkendali, selalu ada risiko yang lebih tinggi untuk varian baru muncul," terang dia, dilansir dari Reuters.

Pada konferensi pers yang sama, Sekjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus juga mengatakan, bahwa dirinya sangat prihatin tentang penyebaran virus di antara populasi yang tidak divaksinasi dengan banyak kondisi mendasar.

WHO sebelumnya mengatakan Korea Utara belum memberi tahu secara resmi tentang wabah yang jelas-jelas melanggar kewajiban hukum negara itu di bawah Peraturan Kesehatan Internasional WHO.

Ditanya tentang bagaimana tanggapan WHO, Ryan mengatakan bahwa badan tersebut siap membantu.

Tetapi, dia menjelaskan, WHO tidak memiliki kekuatan untuk campur tangan di negara yang berdaulat.

Baca juga: Korea Utara: Lebih dari 1 Juta Orang Dikhawatirkan Telah Terinfeksi Covid-19

Kim Jong Un geram

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un geram dengan tanggapan pandemi Korea Utara dan memerintahkan tentara untuk membantu mendistribusikan obat-obatan, kata media pemerintah pada Senin (16/5/2022).

Kasus Covid-19 di Korea Utara dilaporkan telah merenggut 50 nyawa dan lebih dari satu juta orang sakit demam, sejak kasusnya kali pertama dilaporkan pekan lalu.

Wabah terus merebak meskipun Kim Jong Un memerintahkan lockdown nasional dalam upaya memperlambat penyebaran penyakit di populasi yang tidak divaksinasi.

Sebagai tanda betapa seriusnya situasi, Kim Jong Un mengkritik keras pejabat kesehatan atas yang disebutnya kegagalan pencegahan epidemi-khususnya kegagalan menjaga apotek tetap buka 24/7 untuk mendistribusikan obat-obatan.

Baca juga: Korea Selatan Sampaikan Komitmen Mau Bantu Korea Utara Lawan Covid-19

Dia memerintahkan tentara untuk mulai menstabilkan pasokan obat-obatan di Pyongyang dengan cepat, lokasi Omicron terdeteksi pekan lalu dalam kasus Covid-19 pertama yang dilaporkan Korea Utara.

Kegagalan mendistribusikan obat-obatan dengan benar adalah "karena pejabat Kabinet dan sektor kesehatan masyarakat yang bertanggung jawab atas pasokan belum bekerja keras, tidak mengenali dengan benar krisis saat ini," lapor media pemerintah KCNA mengutip Kim Jong Un.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com