PARIS, KOMPAS.com - Rusak, kotor, tapi dijual seharga 1.850 dollar AS atau sekitar Rp 27 juta.
Merek mewah Balenciaga meluncurkan model sepatu sneaker Paris High Top yang disebut rusak total.
Menurut situs perusahaan itu, sepatu itu dijual dalam edisi terbatas dan tersedia dengan warna hitam dan putih. Model sepatu rusak itu juga dilengkapi dengan tulisan merek besar perusahaan fesyen itu.
Baca juga: Balenciaga Jual Sepatu Hancur Lebur Jutaan Rupiah, Dicibir Warganet
Namun kreasi terbaru ini dibanjiri kritik di media sosial dengan muncul berbagai meme. Banyak yang mengejek, antara lain dengan menulis, "yang benar saja Balenciaga", "sepatu ini eksperimen untuk melihat berapa banyak orang akan membeli sampah bermerek."
Balenciaga…you can’t be serious. There are distressed sneakers, and then there’s this bullshit ???? pic.twitter.com/pRMGUsS405
— Mr. Champagne ???????? (@imnickintl) May 10, 2022
Balenciaga can only be doing a social experiment to see how much people will pay for branded trash. Cus their new “distressed” collection can’t be real and whoever buys it is a joke in life.
— ??? ???? ?? ?????????? (@MitsueTG) May 11, 2022
Di tengah kritikan ini, siapa perancang di balik sepatu model rusak dan kotor ini?
Sepatu ini diciptakan Demna Gvasalia, direktur kreatif Belanciaga sejak 2015.
Gvasalia lahir di Georgia pada 1981 saat negara itu di bawah kekuasaan Uni Soviet. Namun pada 1993, saat ia berusia 12 tahun, ia menjadi pengungsi karena keluarganya angkat kaki dari negara itu karena perang saudara.
Ia sempat kembali ke Georgia untuk kuliah ekonomi internasional Universitas Tbilisi di ibu kota negara itu.
Setelah lulus, ia melanjutkan studi di Royal Academy of Fine Arts di Antwerp, Belgia dan meraih gelar S2 di bidang fesyen pada 2006.
Saat ini ia tinggal di satu kota kecil di dekat Zurich, Swiss bersama pasangannya, musisi Perancis Loïck Gomez. Gvasalia mahir dalam enam bahasa.
Baca juga: Balenciaga Pakai iPhone Rusak untuk Mengundang Tamu ke Paris Fashion Week
Pengalamannya sebagai pengungsi tertuang dalam sejumlah rancangannya. Dalam Paris Fashion Week bulan Maret lalu, Gvasalia memberikan penghargaannya kepada para pengungsi.
"Saya menjadi pengungsi selamanya," katanya dalam satu pernyataan sebelum acara peragaan busana itu.
"Selamanya karena pengalaman itu selalu melekat pada kami. Ketakutan, rasa putus asa dan kenyataan tidak ada yang memperhatikan," tambahnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.