Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UE Akui Paspor Vaksin Covid-19 dari 3 Negara ASEAN, Bagaimana Indonesia?

Kompas.com - 11/05/2022, 09:58 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Uni Eropa (UE) saat ini hanya mengakui paspor vaksin Covid-19 yang dikeluarkan oleh tiga negara di Asia Tenggara yakni Malaysia, Thailand, dan Singapura. Padahal, dunia tengah mengalami lonjakan perjalanan keluar negeri karena sejumlah pembatasan akibat pandemi mulai dicabut.

Pada awal April ini, UE mengakui sertifikat vaksinasi yang dikeluarkan oleh Malaysia. Sebelumnya, UE juga telah mengakui sertifikat vaksinasi asal Thailand pada Desember 2021, dan juga Singapura pada November 2021.

Sejauh ini, hanya Thailand dan Malaysia yang menjalin kerja sama dengan EU Digital Covid Certificate. Kerja sama ini mencakup 22 negara non-UE pada Februari 2022.

Baca juga: AS Selidiki Kematian 5 Anak Terkait Hepatitis Misterius, Yakin Bukan karena Vaksin Covid-19

Bagaimana nasib paspor vaksin Indonesia?

Hingga berita ini diturunkan, paspor vaksin Indonesia masih menghadapi kendala untuk diterima UE. Pemerintah Indonesia melalui KBRI di Brussels, Belgia, terus berkoordinasi agar paspor dengan sertifikat vaksinasi asal Indonesia juga dapat diakui oleh UE.

"Saat ini sistem saling pengakuan antara Peduli Lindungi dengan EU sedang dalam proses finalisasi legalitas. Diharapkan selesai pada pertengahan atau akhir bulan ini," jelas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Teuku Faizasyah kepada DW Indonesia.

Finalisasi legalitas sertifikat vaksinasi Covid-19 asal Indonesia di UE butuh pembahasan panjang, termasuk juga menunggu persetujuan dari 27 negara anggota Uni Eropa.

Meski demikian, sejauh ini Pemerintah Indonesia telah menjalin sejumlah kerja sama bilateral terpisah dengan sejumlah negara di Eropa terkait paspor vaksinasi Covid-19.

Baca juga: Korea Utara Tetap Tak Vaksin Warganya hingga 2 Tahun Pandemi Covid-19, Apa Sebabnya?

Dampaknya terhadap industri pariwisata ASEAN?

Analisis penerbangan independen dan pendiri perusahaan Sobie Aviation di Singapura, Brendan Sobie, menilai bahwa pengakuan vaksin telah menjadi masalah besar. Lebih lanjut, ia mengaku kecewa dengan lambatnya kemajuan industri penerbangan global saat pelaku bisnis mulai bangkit sejak satu tahun terakhir.

Pengakuan UE atas sertifikat vaksinasi Malaysia sangat lambat. Padahal Malaysia telah mengeluarkan sertifikat vaksin digital sejak awal peluncuran vaksinasi pada 2021. Konsultan pariwisata yang berbasis di Kuala Lumpur, Malaysia, Pear Anderson, menilai sejauh ini Malaysia telah menggunakan keamanan yang kuat terkait sistem sertifikat vaksinasinya.

Sementara dari Indonesia, Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Pariwisata Indonesia Azril Azahari menyebut sikap UE yang belum mengakui paspor vaksin Indonesia berdampak besar pada bisnis pariwisata di dalam negeri. Ia menyayangkan diplomasi pemerintah Indonesia yang dinilai lemah.

"Sebelumnya juga Arab Saudi juga tidak mengakui vaksin Sinovac, tapi berkat jalur diplomasi akhirnya jemaah haji dan umrah bisa berangkat ke sana. Di tahap ini semua industri jasa perjalanan hanya bisa menanti langkah pemerintah untuk bernegosiasi dengan Uni Eropa," ujar Azril Azahari kepada DW Indonesia.

Sejumlah negara seperti Filipina dan Vietnam juga menghadapi tantangan terkait pengakuan paspor vaksin Covid-19. Filipina lambat dalam memulai skema paspor vaksinnya pada 2021. Sementara Vietnam baru mengeluarkan sertifikat vaksinasi berbentuk digital pada April.

Baca juga: Australia Impor Sapi Berpenyakit Kulit dari Indonesia untuk Kembangkan Vaksin

Pemulihan pariwisata di ASEAN

Dampak terbatasnya akses turis asal Asia Tenggara untuk memasuki Uni Eropa sejauh ini sulit diukur. Pada 2019, warga dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Singapura, dan Vietnam, menghabiskan hampir 90 miliar dollar AS atau lebih dari 1.308 triliun rupiah untuk pengeluaran pariwisata internasional.

Menurut lembaga penelitian bidang Asia Tenggara di Singapura, ISEAS–Yusof Ishak Institute, jumlah tersebut mendekati sepertiga dari pengeluaran warga Cina dalam berwisata.

Namun sejak pandemi, pengeluaran perjalanan internasional dari turis di enam negara ASEAN itu merosot menjadi 24,8 miliar dollar AS pada 2020, dan kembali naik 38 miliar dollar AS pada 2021.

Baca juga: Pria 61 Tahun Disuntik 90 Dosis Vaksin Covid-19, Jual Sertifikat kepada Anti-vaksin

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com