Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Roman Abramovich dan Negosiator Ukraina Diduga Diracuni Saat Perundingan Damai

Kompas.com - 29/03/2022, 07:54 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP,Reuters

KYIV, KOMPAS.com - Miliarder Rusia Roman Abramovich dan negosiator Ukraina diduga diracuni setelah pertemuan di Kyiv awal bulan ini, menurut laporan Wall Street Journal dan kantor berita investigasi Bellingcat pada Senin (28/3/2022).

Sementara itu menurut kantor berita AFP, Abramovich dan negosiator Ukraina kemungkinan diracuni oleh kelompok garis keras Rusia yang hendak menyabotase perundingan damai.

Abramovich yang menerima permintaan Ukraina untuk membantu menegosiasikan diakhirinya invasi Rusia ke Ukraina, dan setidaknya dua anggota senior tim Ukraina, terpengaruh oleh insiden itu, kata laporan WSJ.

Baca juga: Abramovich Ambil Bagian dalam Tahap Awal Negosiasi Rusia dengan Ukraina

Ditanya tentang dugaan keracunan, negosiator Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan, "Ada banyak spekulasi, berbagai teori konspirasi".

Rustem Umerov anggota lain dari tim perunding mendesak orang-orang untuk tidak mempercayai informasi yang belum diverifikasi.

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba lalu menyarankan, "Siapa pun yang akan bernegosiasi dengan Rusia jangan makan atau minum apa pun, (dan) sebaiknya menghindari menyentuh permukaan benda".

Adapun Kremlin belum menanggapi permintaan komentar melalui e-mail dari Reuters.

Gejala mata merah dan kulit mengelupas

Menurut laporan WSJ, Abramovich dan para negosiator menunjukkan gejala yang meliputi mata merah, serta kulit mengelupas di wajah dan tangan mereka.

Namun, kini Abramovich dan negosiator Ukraina termasuk Umerov yang merupakan anggota parlemen Tatar Crimea telah membaik kondisinya dan nyawa mereka tidak dalam bahaya, menurut laporan WSJ.

Seseorang yang mengetahui masalah tersebut mengonfirmasi insiden itu kepada Reuters, tetapi mengatakan bahwa Abramovich tidak akan berhenti bekerja.

Baca juga: Daftar Crazy Rich Rusia yang Kena Sanksi Barat, Roman Abramovich Bagaimana?

Bellingcat melaporkan, para ahli yang memeriksa insiden itu menyimpulkan, keracunan dengan senjata kimia yang tidak ditentukan adalah penyebab paling mungkin.

Mengutip para ahli, Bellingcat mengatakan bahwa dosis dan jenis racun yang digunakan tidak cukup untuk mengancam nyawa.

"Dan kemungkinan besar dimaksudkan untuk menakut-nakuti para korban daripada menyebabkan kerusakan permanen. Para korban berkata, mereka tidak mengetahui siapa yang mungkin tertarik untuk menyerang," tambahnya,

Ketiga pria yang mengalami gejala tersebut hanya mengonsumsi air dan cokelat beberapa jam sebelumnya, kata Bellingcat. Anggota tim keempat yang juga mengonsumsi makanan dan minuman itu tidak mengalami gejala.

Kremlin mengatakan, Roman Abramovich memainkan peran awal dalam pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina, tetapi prosesnya sekarang berada di tangan tim perunding kedua pihak.

Baca juga: Menelusuri Hubungan Roman Abramovich dengan Vladimir Putin dan Rusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com