Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ren Muhammad

Pendiri Khatulistiwamuda yang bergerak pada tiga matra kerja: pendidikan, sosial budaya, dan spiritualitas. Selain membidani kelahiran buku-buku, juga turut membesut Yayasan Pendidikan Islam Terpadu al-Amin di Pelabuhan Ratu, sebagai Direktur Eksekutif.

Tragedi Manusia Era Antroposen

Kompas.com - 28/03/2022, 16:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Betapa tidak, ada begitu banyak soal yang melilit kehidupan kita, dan sebagian besarnya tak membuat kita tumbuh. Tumbuh jauh ke dalam diri.

Sejauh apa pun kau pergi, hidup kan tetap mengajakmu pulang ke haribaan diri sejati. Kerana memang begitulah adanya.

Titik keberangkatan kita adalah, tujuan yang tertinggal di depan, dalam kehampaan nan sempurna.

Kita hadir di sini, sebentar saja. Lantas pergi kembali untuk selamanya. Selaik tamu yang tak boleh duduk lama di hadapan tuan rumah.

Sebegini rupa alam raya diciptakan. Memendam rahasia tak terbahasakan. Sebagaimana kita telah dihadirkan, dalam keabadian semua disemayamkan.

Namun apa lacur, dunia modern selalu membuat kita sibuk mengurusi banyak hal di luar sana. Seolah hal itu merupakan bagian penting dari kehidupan yang sedang kita jalani.

Meski pada kenyataannya, jauh panggang dari api. Dalam beberapa perkara, memang takkan ada sambungannya antara yang terjadi di Ukraina sana, dengan yang terjadi di kampung kami saat ini.

Namun jika menggunakan piranti rasa, niscaya kita bisa merasakan betapa tersiksanya para pengungsi yang menjadi korban adu gengsi dua kepala negara.

Hati semua manusia, sejak zaman dulu kala hingga suatu saat nanti, laksana jendela semesta. Kita dapat melihat dengan saksama ke dalam relungnya, melalui kebeningan hati sendiri.

Apa yang kita rasakan sebagai penderitaan, begitu juga halnya dengan yang dirasakan oleh orang lain.

Kita tak perlu berdebat untuk meyakininya. Jikalau piranti rasa yang digunakan, maka kita semua bersepakat bahwa pahit itu ada, meski nirwujud.

Pahit dan manis, misalnya, memang bisa didefinisikan oleh kata, tapi tak cukup hanya berhenti menjadi buah tutur semata.

Saat kau sedih, apakah itu kesedihan yang sama, dengan yang sebelumnya? Bila kau kecewa, samakah itu dengan kecewa yang lalu?

Kalau kau senang, mungkinkah itu senang yang sama, dengan yang silam? Ketika semua rasa bermunculan silih berganti dalam dirimu, dari mana kedatangannya, dan ke mana pula perginya?

Jadi sebenarnya kita ini cuma wahana pesanggrahan tabularasa, yang datang-pergi sesukanya saja. Tak ubahnya kita yang "menyembul" dari ketiadaan, mengada dalam keniskalaan, kembali lagi meniada—selamanya...

Mari kita telaah apa yang dikatakan sosok bijak bestari dari Tiongkok, Lao Tze (600-531 SM), yang pernah menerangkan kepada para muridnya, bahwa kebaikan dalam perkataan menciptakan keyakinan. Kebaikan dalam pikiran membuahkan keyakinan. Kebaikan dalam perbuatan menciptakan kasih sayang. Meski bila diselami lebih dalam, seorang anak manusia bisa baik dalam satu hal, tapi buruk dalam banyak hal lain. Sebaliknya, ia boleh jadi buruk dalam satu perkara, namun baik dalam lain perkara.

Mengenali kebaikan lalu melaksanakannya, serta mempelajari keburukan untuk menjauhinya, itu benar.

Tapi mengakrabi keburukan untuk dikerjakan, dan mendalami kebaikan lantas meninggalkannya, jelas salah.

Suatu perbuatan baik bisa menjadi kebaikan, bukan karena dilakukan untuk siapa, demi mendapatkan apa, dan karena alasan tertentu—melainkan memang harus dilakukan sesuai kadar ketentuannya.

Islam menggarisbawahi hal ini dengan jelas, bahwa perbuatan kebaikan hanya berbuah kebaikan lain, jikalau ditujukan untuk mendapatkan Ridha Allah yang Maha Mulia.

Dalam ajar pikukuh bagi Manusia Sunda, kita juga bisa menemukan khazanah yang tak jauh berbeda, berbunyi seperti ini: "Nulung kana butuh, nalang kana susah. Ngahudang kanu sare, nepak kanu poho. Nyaangan kanu poekan, nganteur kanu keu'eung (Menolong yang membutuhkan, membantu yang kesusahan. Membangunkan yang lengah, mengingatkan pada yang lupa. Menerangi yang sedang kegelapan, mengantar pada yang merasa gentar)."

Kesadaran Ilahiyah

Bumi berputar di porosnya. Lalu berevolusi mengelilingi matahari. Maka seluruh penghuninya pun ikut terlibat dalam tarian kosmik itu.

Mau atau tidak, sukarela pun terpaksa. Kita semua sedang mengedari pusat kesadaran semesta.

Tak ada yang lebih baik dan unggul di antara ciptaan-Nya. Sebab manusia paling berpengaruh di muka bumi pun, tetap butuh makan bila diserang lapar.

Pertanyaannya, siapakah oknum yang memunculkan lapar itu? Siapa gerangan yang menitipkan kantuk pada mata?

Siapa pula yang membangunkan tubuh yang tertidur. Lantas siapa yang terlibat dalam setiap mimpi?

Sejatinya, siapakah kau yang mendaku manusia itu? Saban waktu kita mengalami kebaharuan. Tak ada masa lalu. Tiada yang kan datang. Semua hanya ilusi semata—-dalam keabadian.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com