Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Trias Kuncahyono
Wartawan dan Penulis Buku

Trias Kuncahyono, lahir di Yogyakarta, 1958, wartawan Kompas 1988-2018, nulis sejumlah buku antara lain Jerusalem, Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir; Turki, Revolusi Tak Pernah Henti; Tahrir Square, Jantung Revolusi Mesir; Kredensial, Kearifan di Masa Pagebluk; dan Pilgrim.

Membaca Resolusi MU PBB (Bagian IV)

Kompas.com - 17/03/2022, 14:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

China meniti seutas tali

Negara-negara tetangga Rusia di Asia Timur-Laut—China, Mongolia, Korea Utara, Korea Selatan, dan Jepang—menjatuhkan pilihan yang berbeda-beda.

China dan Mongolia memilih abstain; sementara Korea Utara mengikuti Rusia, against. Jepang dan Korea Selatan, tidak hanya mendukung, kedua sekutu AS ini juga co-sponsor resolusi.

Korea Utara yang memosisikan diri paling dekat dengan Rusia, tidak hanya menentang resolusi, tetapi juga menuding AS sebagai “akar penyebab” perang di Ukraina.

Baca artikel sebelumnya: Membaca Resolusi MU PBB (Bagian I)

Kantor berita resmi Korea Utara (KCNA) menyalahkan “kebijakan hegemonik” dan “kekerasan” AS dan Barat sebagai penyebab krisis di Ukraina.

KCNA menulis, “Akar penyebab krisis Ukraina sepenuhnya terletak pada kebijakan hegemonik AS dan Barat, yang memaksakan diri mereka sendiri dan penyalahgunaan kekuasaan terhadap negara lain” (Reuters).

Dengan mendukung Rusia serta menentang resolusi, Korea Utara berharap bahwa Rusia akan membantu mereka terlepas dari sanksi yang dijatuhkan padanya karena uji coba senjata nuklir sejak 2006. Semacam “barter” dukungan.

Meniti tali

Itulah sikap Korea Utara, salah satu negeri yang “membandel” tak peduli dengan seruan dunia terus melakukan uji coba nuklir.

Beberapa hari lalu, Korea Utara melakukan uji coba senjata nuklir yang disebut sebagai “rudal monster”.

Ini uji coba kesepuluh sejak pelucuran rudal balistik antar-benua (Intercontinental Ballistic Missile/ICBM) untuk pertama kalinya pada tahun 2017.

Namun, menurut berita yang tersiar uji coba beberapa hari lalu, gagal. Jadi, kalau Korea Utara memilih against resolusi, memang wajar.

Tetapi, mengapa China (salah satu pemilik hak veto di Dewan Keamanan PBB), memilih abstain?

Baca artikel sebelumnya: Membaca Resolusi MU PBB (Bagian II)

Meskipun, Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun mengatakan situasi di Ukraina “menyayat hati”, tetapi juga “sangat kompleks dan sensitif.”

Zhang juga mengatakan, “Dengan menyesal rancangan resolusi itu… belum dikonsultasikan secara penuh… juga tidak mempertimbangkan secara penuh sejarah dan kompleksitas krisis saat ini… Itu tidak menyoroti pentingnya prinsip keamanan yang tidak dapat dibagi-bagi.”

Sebelumnya, dalam sidang Dewan Keamanan PBB, China (dan India) juga abstain saat voting rancangan resolusi yang menyerukan agar Rusia menghentikan serangannya pada Ukraina dan segera menarik mundur pasukannya. Kenapa tidak mem-veto?

Tidak mudah memahami sikap China yang abstain. Sebab, China menyatakan, posisi dasar China dalam masalah Ukraina konsisten dan jelas.

Kata Jubir Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, “Kami selalu menganjurkan menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua negara dan menyelesaikan sengketa internasional secara damai sesuai dengan tujuan dan prinsip Piagam PBB.” (China News Service)

Kata Wenbin, yang terpenting saat ini adalah sebisa mungkin meredakan situasi di lapangan agar konflik tidak semakin eskalasi atau bahkan lepas kendali.

Setiap tindakan yang diambil oleh PBB dan pihak-pihak terkait harus fokus pada perdamaian dan stabilitas regional dan keamanan umum semua pihak, sehingga dapat memainkan peran positif dalam mengurangi ketegangan dan mempromosikan solusi diplomatik.

Bukankah resolusi MU PBB juga dimaksudkan untuk meredakan situasi di lapangan agar konflik tidak meluas?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Global
[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

Global
Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Global
Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com