Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemimpin Uni Eropa Tolak Keanggotaan Ukraina Lewat “Jalur Cepat”

Kompas.com - 11/03/2022, 08:15 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber Reuters

VERSAILLES, KOMPAS.com - Para pemimpin Uni Eropa (EA) berkumpul pada Kamis (10/3/2022), untuk menyepakati tanggapan bersama terhadap perang di Ukraina.

Dalam pertemuan itu, muncul pandangan yang berbeda tentang seberapa jauh sanksi ekonomi yang akan diterapkan, seberapa cepat untuk memotong impor energi Rusia, dan pemberian keanggotaan Ukraina lewat “jalur cepat”.

Rusia telah mengobarkan perang terhadap Ukraina sejak Kamis (24/3/2022), ketika menyerang dari darat, laut, dan udara untuk menyingkirkan pemerintah pro-Barat dalam upaya untuk membatalkan tawaran bekas republik Soviet untuk bergabung dengan UE dan NATO.

Baca juga: Ukraina Menyatakan Tak Lagi Mendesak Keanggotaan NATO

Pertempuran itu dilaporkan telah mengirim lebih dari 2 juta pengungsi yang melarikan diri ke UE, yang telah menjatuhkan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia dan menawarkan dukungan politik dan kemanusiaan ke Ukraina, serta beberapa pasokan senjata.

"Kami menginginkan Ukraina yang bebas dan demokratis dengan siapa kami berbagi takdir yang sama," kata Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen dalam menunjukkan simpati dan dukungan moral.

Tetapi, para pemimpin Uni Eropa lain menjelaskan bahwa Ukraina tidak akan diizinkan untuk bergabung dengan UE dengan cepat.

Usulan keanggotaan Uni Eropa telah diupayakan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan mendapat dukungan dari tetangga Ukraina di sisi timur UE.

"Tidak ada prosedur jalur cepat," kata Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, penentang utama perluasan UE, dikutip dari Reuters.

Baca juga: Presiden Zelensky Desak Uni Eropa Beri Keanggotaan Ukraina Segera

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan UE harus memperdalam kemitraannya dengan Ukraina daripada berbicara tentang keanggotaan, yang akan membutuhkan kebulatan suara dari 27 negara anggota.

Scholz tidak mengomentari apakah UE harus melarang impor minyak Rusia, yang juga akan membutuhkan persetujuan semua anggota dan sejauh ini telah dikesampingkan oleh Berlin.

Rusia memasok sekitar sepertiga dari kebutuhan gas dan minyak mentah Jerman.

Namun sanksi yang lebih keras didukung oleh Perdana Menteri Latvia Krisjanis Karins.

"Kita harus menghentikan ini. Ukraina sedang berjuang melawan pertarungan kita, mereka sedang berperang melawan militer. Kita harus memasok mereka dengan segala cara yang mungkin," katanya kepada wartawan.

"Dengan sanksi, kita harus melangkah lebih cepat dan lebih jauh," jelas Krisjanis.

Bertemu di Istana Versailles yang mewah di luar Paris, para pemimpin Uni Eropa menapaki garis tipis antara keinginan mereka untuk mendukung Ukraina dan untuk menghindari risiko tersedot ke dalam perang dengan Rusia yang bersenjata nuklir.

"Bisakah kita membuka prosedur keanggotaan dengan negara yang sedang berperang? Saya rasa tidak. Bisakah kita menutup pintu dan berkata, 'tidak pernah'? Itu tidak adil," ungkap Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Baca juga: Rangkuman Hari ke-15 Invasi Rusia ke Ukraina, Moskwa Serang RS, Kontraksi Perdagangan Global

Dia mengajak pemimpin UE lain untuk berhati-hati soal pemberian keanggotaan Ukraina.

"Mari kita berhati-hati," ucap Macron.

Tepat sebelum KTT, Macron dan Scholz menuntut gencatan senjata segera di Ukraina selama panggilan telepon bersama dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Invasi Rusia, yang disebut Moskwa sebagai operasi militer khusus, telah menghancurkan tatanan keamanan Eropa yang muncul dari abu Perang Dunia Kedua dan runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991.

Perdana Menteri Belgia Alexander de Croo menggambarkan momen itu sebagai peristiwa 11 September milik Uni Eropa, merujuk pada serangan al Qaeda tahun 2001 di Amerika Serikat yang memicu "perang melawan teror" internasional selama bertahun-tahun.

Melihat ke dalam untuk mempersiapkan apa yang mereka khawatirkan bisa menjadi tahun-tahun perselisihan yang memburuk dengan Rusia, para pemimpin juga berusaha untuk menyepakati seberapa cepat mereka dapat mengurangi impor energi Rusia, bagaimana mereka dapat meningkatkan kemampuan pertahanan mereka, dan bagaimana mereka dapat membendungnya. inflasi harga pangan.

"Perang di Ukraina adalah trauma yang sangat besar. Tapi itu juga sesuatu yang pasti akan membawa kita untuk sepenuhnya mendefinisikan kembali struktur Eropa," kata Macron.

Baca juga: Presidensi G20 Indonesia Tetap Fokus ke Agenda di Tengah Konflik Rusia-Ukraina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com