Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Sebut AS Harus Pasang Bendera China di Jet F-22 dan “Mengebom” Rusia

Kompas.com - 08/03/2022, 17:01 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

NEW ORLEANS, KOMPAS.com - Dalam pidatonya kepada para donor Partai Republik di New Orleans, Donald Trump mengatakan Amerika Serikat (AS) harus memasang bendera China di jet F-22 dan "mengebom Rusia" sebagai pembalasan atas invasi ke Ukraina.

The Washington Post melaporkan pernyataan tersebut dibuat pada Sabtu malam (5/3/2022).

Baca juga: Kota Sumy Digempur Rusia, 9 Warga Tewas, Penduduk Akan Mulai Tinggalkan Kota

Mantan presiden AS itu lalu berkelakar: “Dan kemudian kami (AS) berkata, 'China yang melakukannya, kami tidak melakukannya, China yang melakukannya,' dan kemudian mereka mulai berkelahi satu sama lain dan kami duduk dan menonton.”

Menurut The Post, Trump juga menyebut NATO sebagai "macan kertas". Menurutnya militer AS telah memenangkan "pertempuran" melawan pasukan Rusia saat dia menjadi presiden, dan mengklaim bertindak lebih keras terhadap Vladimir Putin daripada pemimpin AS lainnya.

Trump telah menghadapi kritik keras karena memuji pemimpin Rusia sejak invasi dimulai. Sementara kemudian mengatakan invasi itu salah.

Dalam pidatonya kepada “sekitar 250 pendonor utama Partai Republik di hotel elit Four Seasons”, The Post mengatakan, Presiden ke-45 AS itu mengeklaim Putin tidak akan menginvasi Ukraina jika dia masih berada di puncak pemerintahan.

“Saya mengenal Putin dengan sangat baik. Dia tidak akan melakukannya. Dia tidak akan pernah melakukannya,” kata Trump sebagaimana dilansir Guardian pada Senin (7/3/2022).

Baca juga: Kisah Kirill Tereshin, Berjuluk Popeye dari Rusia, Pompa Bisep lewat Operasi Berbahaya

Rusia dilaporkan ikut campur dalam pemilihan AS 2016 untuk menguntungkan Trump. Investigasi atas campur tangan itu menghasilkan tuntutan pidana terhadap para pembantu Trump, dengan bukti luas bahwa Trump mungkin berusaha menghalangi keadilan.

Sebagai presiden, di Helsinki pada Juli 2018, Trump merendah kepada Putin di depan umum dan bertemu dengannya secara pribadi, tanpa pembantu dekat.

Pada 2019, Trump menahan bantuan militer ke Ukraina dalam upaya untuk menjelek-jelekkan Biden (lawan politik saat itu), yang menghasilkan pemakzulan pertama dari dua pemakzulan.

“Tidak ada yang lebih keras di Rusia daripada saya,” kata Trump di New Orleans.

The Post melaporkan bahwa Trump juga memuji Kim Jong-un, diktator Korea Utara, karena memiliki “kontrol penuh” atas negaranya.

Sebagian besar sisa pidato, kata surat kabar itu, kembali mengulang kebohongan Trump bahwa kekalahannya oleh Biden disebabkan oleh kecurangan pemilu.

Baca juga: Perundingan Rusia-Ukraina Ronde Ketiga Gagal Berikan Hasil yang Diharapkan, Invasi Berlanjut

Trump menyerang dua Republikan yang telah menolak pandangannya itu: pemimpin minoritas Senat, Mitch McConnell, yang disebut Trump "bodoh, korup", dan mantan wakil presidennya sendiri, Mike Pence, yang memimpin sertifikasi hasil pemilu setelah kerusuhan mematikan di Gedung Capitol pada 6 Januari 2021.

The Post melaporkan "beberapa" orang mengatakan Trump berbicara terlalu lama dan "terdengar seperti dia mengoceh lebih banyak dalam 30 menit terakhir".

Di bawah tekanan hukum atas bisnis dan urusan politiknya, Trump tampaknya akan mencalonkan diri lagi pada 2024. Dia tetap mendominasi dalam jajak pendapat di sejumlah bidang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com