Selain itu, Rusia menganggarkan 110 miliar dollar AS untuk membangun pelabuhan raksasa di Semenanjung Taymyr.
Menurut penghitungan Rusia, pelabuhan raksasa tersebut akan menyumbang 2 persen dari produk domestik bruto (PDB) sebesar 2 persen.
Untuk diketahui, PDB Rusia pada 2020 sebesar 1,4 triliun dollar AS. Jika penghitungan itu benar, maka pelabuhan tersebut akan berkontribusi terhadap GDP Rusia sebesar 28 miliar dollar AS per tahun atau sekitar Rp 400 triliun. Sebuah angka yang sangat fantastis.
Pelabuhan raksasa tersebut juga akan membuka 400.000 lapangan pekerjaan baru di Rusia, di mana hal ini menjadi salah satu solusi mengatasi pengangguran di “Negeri Beruang Putih”.
Rusia juga membangun pipa sepanjang 770 kilometer untuk mendistribusikan minyak bumi Rusia ke pelabuhan tersebut.
Minyak bumi ini kemudian akan disalurkan ke Eropa dan Asia melalui kapal tanker.
Jika beroperasi penuh, maka infrastruktur tersebut akan mengirimkan 25 juta ton minyak pada 2025 dan 100 juta ton pada 2030.
Pelabuhan raksasa tersebut hanyalah salah satu bagian dari skema pembangunan yang lebih besar di kawasan tersebut yang, sekali lagi, sangat mungkin tercapai akibat pemanasan global.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Survei Geologi AS (USGS) pada 2008, lebih dari 20 persen sumber daya minyak dan gas bumi (migas) diperkirakan berada di dalam Lingkaran Arktik.
Proyeksi menunjukkan bahwa terdapat sekitar 90 miliar barel minyak di wilayah darat dan laut di dalam dalam Lingkaran Arktik.
Saat ini, wilayah Arktik menarik minat banyak negara, terutama negara-negara di wilayah utara, untuk mengeksplorasi sumber daya alam di sini.
Rusia menjadi negara terdepan yang “diuntungkan” dari menghangatkan suhu bumi.
Dan berbicara soal keuntungan eksplorasi migas di artik, sebenarnya tidak hanya bisa dinikmati oleh Rusia saja, tetapi juga Amerika Serikat (AS), Denmark, Norwegia, dan Kanada.
Salah satu kesulitan yang dihadapi oleh upaya eksplorasi minyak bumi di Kutub Utara tidak diragukan lagi adalah kondisi yang ekstrem.
Di sisi lain, WWF melaporkan bahwa Arktik memanas dengan cepat akibat perubahan iklim.