Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Siapa yang Diuntungkan dari Pemanasan Global?

Namun, penjelasan dari jawaban tersebut sebenarnya cukup rumit.

Jika Anda ingin mengetahui lebih mengapa Rusia menjadi pihak yang diuntungkan dari pemanasan global, simak penjelasannya di bawah ini.

Sebagaimana diyakini para ahli, pemanasan global membuat suhu bumi menjadi semakin tinggi.

Salah satu efek yang paling berasa dari pemanasan global adalah mencairnya es di kutub.

Presiden Rusia Vladimir Putin, sebelum KTT Iklim COP26 digelar pada November 2021, bahkan sempat mengatakan bahwa suhu bumi yang memanas justru menciptakan peluang perekonomian baru bagi negaranya.

Namun, saat COP26 digelar, entah faktor apa yang mengubah pikirannya sehingga dia menuturkan sangat penting untuk melindungi hutan untuk mengekang perubahan iklim.

Dia juga berjanji akan mengurangi emisi domestik dalam rekaman pidatonya yang ditayangkan pada COP26.

Jalur pelayaran utara

Pada 2017, kapal tanker Rusia berlayar di perairan Arktik, sebelah utara Rusia, tanpa pemecah es.

Alasannya: banyak es yang telah mencair karena pemanasan global, sehingga pelayaran yang dulunya sangat sulit kini menjadi lebih lancar.

Lewat jalur pelayaran yang dinamakan Rute Laut Utara tersebut, waktu tempuh dari Asia menuju Eropa, tepatnya di Pelabuhan Rotterdam, Belanda, hanya membutuhkan waktu sekitar 19 hari saja.

Waktu tempuh tersebut jauh lebih singkat daripada jalur pelayaran konvensional melewati Laut China Selatan, Selat Malaka, Selatan India, Terusan Suez, hingga berakhir di Pelabuhan Rotterdam yang membutuhkan waktu sekitar 40 hari.

Pada 2018, Rusia mengumumkan Rencana Pengembangan Rute Laut Utara guna meningkatkan pembangunan ekonomi Rusia di sepanjang Rute Laut Utara selama 15 tahun ke depan.

Rute pelayaran tersebut pada dasarnya membuka daerah tersebut sebagai alternatif Terusan Suez untuk pengiriman kargo antara Eropa dan Asia.

Jalur pelayaran ini akan menjadi “Jalur Sutra” baru yang bisa membuat Rusia mengalihkan sebagian "kue" dari Laut China Selatan dan Terusan Suez sebagai jalur pelayaran utama dunia saat ini.

Selain itu, Rusia menganggarkan 110 miliar dollar AS untuk membangun pelabuhan raksasa di Semenanjung Taymyr.

Menurut penghitungan Rusia, pelabuhan raksasa tersebut akan menyumbang 2 persen dari produk domestik bruto (PDB) sebesar 2 persen.

Untuk diketahui, PDB Rusia pada 2020 sebesar 1,4 triliun dollar AS. Jika penghitungan itu benar, maka pelabuhan tersebut akan berkontribusi terhadap GDP Rusia sebesar 28 miliar dollar AS per tahun atau sekitar Rp 400 triliun. Sebuah angka yang sangat fantastis.

Pelabuhan raksasa tersebut juga akan membuka 400.000 lapangan pekerjaan baru di Rusia, di mana hal ini menjadi salah satu solusi mengatasi pengangguran di “Negeri Beruang Putih”.

Rusia juga membangun pipa sepanjang 770 kilometer untuk mendistribusikan minyak bumi Rusia ke pelabuhan tersebut.

Minyak bumi ini kemudian akan disalurkan ke Eropa dan Asia melalui kapal tanker.

Jika beroperasi penuh, maka infrastruktur tersebut akan mengirimkan 25 juta ton minyak pada 2025 dan 100 juta ton pada 2030.

Pelabuhan raksasa tersebut hanyalah salah satu bagian dari skema pembangunan yang lebih besar di kawasan tersebut yang, sekali lagi, sangat mungkin tercapai akibat pemanasan global.

Eksplorasi migas di Arktik

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Survei Geologi AS (USGS) pada 2008, lebih dari 20 persen sumber daya minyak dan gas bumi (migas) diperkirakan berada di dalam Lingkaran Arktik.

Proyeksi menunjukkan bahwa terdapat sekitar 90 miliar barel minyak di wilayah darat dan laut di dalam dalam Lingkaran Arktik.

Saat ini, wilayah Arktik menarik minat banyak negara, terutama negara-negara di wilayah utara, untuk mengeksplorasi sumber daya alam di sini.

Rusia menjadi negara terdepan yang “diuntungkan” dari menghangatkan suhu bumi.

Dan berbicara soal keuntungan eksplorasi migas di artik, sebenarnya tidak hanya bisa dinikmati oleh Rusia saja, tetapi juga Amerika Serikat (AS), Denmark, Norwegia, dan Kanada.

Salah satu kesulitan yang dihadapi oleh upaya eksplorasi minyak bumi di Kutub Utara tidak diragukan lagi adalah kondisi yang ekstrem.

Di sisi lain, WWF melaporkan bahwa Arktik memanas dengan cepat akibat perubahan iklim.

Kondisi ini membuat beberapa negara mencoba mempertaruhkan klaim mereka atas apa yang mereka “ketahui” mengenai apa yang ada di dalam tanah.

Jika wilayah tersebut menjadi lebih hangat, maka upaya eksplorasi migas menjadi lebih “mudah” dibandingkan sebelumnya.

Ketika Washington dipimpin Donald Trump, Washington bersiap-siap membuka perairan Arktik AS untuk kegiatan pengeboran migas lewat perintah eksekutif pada 2017.

Beruntungnya, pada Januari 2021, AS Joe Biden naik keprabon dan mencabut perintah eksekutif yang dikeluarkan Trump.

Intangible

Tetapi, di atas segala keuntungan yang akan didapatkan Rusia dari pemanasan global, ada kerugian lain yang sebetulnya belum diperhitungkan.

Ambil contoh wilayah utara yang semakin panas bisa membuat pola kehidupan masyarakatnya berubah.

Atau lebih jauh lagi, tidak mampunyai hewan-hewan endemik yang tidak bisa beradaptasi akibat perubahan iklim. Dalam kasus paling buruk, bisa memicu kepunahan.

Kerugian-kerugian ini masuk kategori intangible, tak bisa diukur.

Sangat sulit untuk menghitung kerugian intangible karena dampaknya tidak bisa diukur secara langsung.

Tetapi percayalah, kerugian intangible bisa sangat berefek pada kehidupan manusia.

Contohnya, bila eksplorasi migas di Artik akan dilakukan, aksi tersebut mengubah ekosistem dan membuat kehidupan laut dan komunitas lokal menghadapi ancaman yang semakin serius.

Apalagi, di wilayah tersebut masih minim infrastruktur untuk menangani tumpahan minyak.

Jika terjadi tumpahan minyak, maka kemampuan menanggapi insiden tersebut akan sangat terbatas dan ini menimbulkan bahaya yang sangat fatal.

Pecahnya es dan kondisi cuaca buruk lain di Kutub Utara berpotensi membuat tumpahan minyak besar atau ledakan sumur menjadi bencana besar bagi kehidupan di daerah tersebut.

Membiarkan pengeboran migas di Arktik akan semakin menimbulkan tantangan baru terhadap kelestarian lingkungan.

Pasalnya, tidak adanya pengeboran migas di sana saja, satwa liar di Kutub Utara sudah merasakan beban berat akibat pemanasan suhu laut dan udara.

Selain itu, belum ada penelitian yang komprehensif bagaimana perubahan iklim dan pemanasan global memicu meningkatnya bencana alam di Rusia.

Jika itu berkolerasi, maka keuntungan yang didapatkan Rusia boleh jadi lebih sedikit dari efek destruktif yang didapatkannya.

Terlepas dari itu semua, wilayah-wilayah lain, terutama daerah khatulistiwa dan negara kepulauan, pemanasan global akan sangat terasa dampaknya.

Mulai dari cuaca tak menentu, kekeringan, kenaikan permukaan laut dan lain sebagainya.

Rusia boleh jadi menjadi negara yang diuntungkan dari pemanasan global. Tetapi sekali lagi, bahaya besar bisa selalu mengintai, terutama negara-negara lain di seluruh dunia.

https://www.kompas.com/global/read/2022/02/10/095531270/siapa-yang-diuntungkan-dari-pemanasan-global

Terkini Lainnya

Presiden Raisi Meninggal, Kedubes Iran Sampaikan Terima Kasih atas Belasungkawa Indonesia

Presiden Raisi Meninggal, Kedubes Iran Sampaikan Terima Kasih atas Belasungkawa Indonesia

Global
Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Internasional
Gelombang Panas India Capai 47,4 Derajat Celsius, Sekolah di New Delhi Tutup

Gelombang Panas India Capai 47,4 Derajat Celsius, Sekolah di New Delhi Tutup

Global
ChatGPT Tangguhkan Suara AI Mirip Scarlett Johansson

ChatGPT Tangguhkan Suara AI Mirip Scarlett Johansson

Global
Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah, 1 Penumpang Tewas, 30 Terluka

Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah, 1 Penumpang Tewas, 30 Terluka

Global
Rusia Tuduh AS Akan Taruh Senjata di Luar Angkasa

Rusia Tuduh AS Akan Taruh Senjata di Luar Angkasa

Global
Panglima Hamas yang Dalangi Serangan 7 Oktober Diburu di Luar Gaza

Panglima Hamas yang Dalangi Serangan 7 Oktober Diburu di Luar Gaza

Global
Teroris Serang Kantor Polisi Malaysia, Singapura Waspada

Teroris Serang Kantor Polisi Malaysia, Singapura Waspada

Global
Kesal dengan Ulah Turis, Warga Jepang Tutup Pemandangan Gunung Fuji

Kesal dengan Ulah Turis, Warga Jepang Tutup Pemandangan Gunung Fuji

Global
Iran Setelah Presiden Ebrahim Raisi Tewas, Apa yang Akan Berubah?

Iran Setelah Presiden Ebrahim Raisi Tewas, Apa yang Akan Berubah?

Internasional
AS Tak Berencana Kirimkan Pelatih Militer ke Ukraina

AS Tak Berencana Kirimkan Pelatih Militer ke Ukraina

Global
WNI di Singapura Luncurkan 'MISI', Saling Dukung di Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesional

WNI di Singapura Luncurkan "MISI", Saling Dukung di Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesional

Global
Sebelum Tewas, Raisi Diproyeksikan Jadi Kandidat Utama Pemimpin Tertinggi Iran

Sebelum Tewas, Raisi Diproyeksikan Jadi Kandidat Utama Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Biden Sebut Serangan Israel Bukan Genosida Saat Korban Tewas di Gaza Capai 35.562 Orang

Biden Sebut Serangan Israel Bukan Genosida Saat Korban Tewas di Gaza Capai 35.562 Orang

Global
Israel: 4 Jenazah Sandera Diambil dari Terowongan Gaza

Israel: 4 Jenazah Sandera Diambil dari Terowongan Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke