WASHINGTON DC, KOMPAS.com – 2021 menduduki peringkat keenam sebagai tahun terpanas dalam sejarah menurut Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) dan NASA.
Kondisi tersebut menyebabkan banyak peristiwa cuaca ekstrem di seluruh dunia dan menambah bukti bahwa dunia berada dalam tren pemanasan jangka panjang.
Data yang dikumpulkan NOAA dan NASA juga mengungkapkan bahwa delapan tahun terakhir adalah delapan tahun terpanas dalam sejarah.
Baca juga: 2020 Tahun Terpanas di Indonesia dan Dunia, Ini Penjelasan BMKG
Selain itu, 10 tahun terakhir juga merupakan dekade yang terpanas sejak pencatatan dimulai pada 1880 sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (14/1/2022).
“Sekarang tentu lebih hangat daripada kapan pun setidaknya dalam 2.000 tahun terakhir, dan mungkin lebih lama lagi,” kata Russell Vose dari Pusat Informasi Lingkungan Nasional NOAA.
Dia menambahkan, 2022 hampir pasti akan berada di antara 10 tahun terpanas dalam sejarah.
Gelombang panas ekstrem di Pasifik Barat Laut AS, hujan lebat akibat Badai Ida, serta banjir di Jerman dan China tahun lalu terkait dengan pemanasan global.
Baca juga: NASA Sebut 2020 Jadi Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah, Ini Sebabnya...
Pada 2021 pula, indikator utama perubahan iklim, jumlah panas yang diserap dan disimpan oleh lautan dunia, mencatatkan rekornya.
Lautan menyerap lebih dari 90 persen panas berlebih yang terperangkap di atmosfer bumi oleh gas rumah kaca. Air laut yang menjadi lebih hangat turut memengaruhi pola cuaca dan perubahan arus.
“Yang menarik secara ilmiah tentang hal itu adalah ia memberi tahu kita mengapa planet ini memanas,” kata Direktur Institut Studi Luar Angkasa Goddard Gavin Schmidt.
Dia menambahkan, bumi memanas karena aktivitas manusia meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca.
Baca juga: 2020 jadi Tahun Terpanas dalam Catatan Sejarah Iklim Bumi
Gas rumah kaca, seperti karbon dioksida, berasal dari pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak dan batu bara.
Menurut NOAA, suhu rata-rata 2021 adalah 0,84 derajat Celsius lebih panas dibandingkan rata-rata abad ke-20. Tingginya suhu rata-rata 2021 membuatnya berada di atas tahun 2018.
Di sisi lain, sebagian besar negara di dunia menyepakati Paris Agreement 2015 yang menargetkan agar suhu bumi tak naik sebesar 1,5 derajat Celsius.
Namun, karena keserakahan manusia terhadap bahan bakar fosil masih tinggi, Vose berpendapat suhu rata-rata global akan "hampir pasti" melebihi ambang batas 1,5 derajat Celsius pada awal 2040-an.
Baca juga: Diprediksi, 2020 Menjadi Tahun Terpanas dalam Satu Dekade Terakhir
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.