KOMPAS.com – Kaleidoskop Internasional September 2021 diisi dengan sejumlah kabar dengan topik yang berbeda.
Ini termasuk soal Amerika Serikat (AS) yang terlilit utang lebih dari 28 triliun dollar AS atau melampaui Rp400.000 triliun dan terancam tak bisa membayarnya pada Oktober 2021.
Kemudian, ada juga kabar mengenai Australia yang batal membeli kapal selam dari Perancis. Hal itu pun sempat membuat hubungan di antara kedua negara memanas.
Baca juga: KALEIDOSKOP INTERNASIONAL JANUARI 2021: Jack Ma Hilang | Penyerbuan Capitol Hill
Selain itu, pada September 2021, dunia juga sempat diwarnai dengan kabar mengenai 50 orang tewas akibat bentrok yang terjadi antara pemberontak houthi dan pasukan pemerintah Yaman di Kota Marib, Yaman.
Untuk lebih lengkapnya, berikut ini adalah rangkuman Kaleidoskop Internasional September 2021 yang dapat disimak:
Pada September lalu, muncul kabar bahwa Pemerintah Amerika Serikat terancam tak bisa membayar hutang lebih dari 28 triliun dollar AS atau melampaui Rp400.000 triliun.
Jika benar-benar tak bisa membayar utang, bahaya besar telah mengintai “Negeri Paman Sam”.
Padahal perekonomian AS sedang berupaya pulih dari Covid-19.
Perusahaan jasa keuangan Moody's Analytics pun memperingatkan bahwa jika AS gagal membayar utang, negara tersebut terancam jatuh ke jurang resesi.
Bahkan, perusahaan tersebut memperingatkan resesi yang dialami AS kali ini bakal lebih mengerikan dibandingkan Great Recession.
Baca juga: KALEIDOSKOP INTERNASIONAL FEBRUARI 2021: Kudeta Myanmar | Penyelidikan WHO di Wuhan
Jika AS gagal membayar utangnya, sekitar 6 juta lapangan pekerjaan diperkirakan akan hilang dan tingkat pengangguran akan melambung hingga 9 persen.
Tapi, pada Desember 2021, Kongres AS justru meloloskan undang-undang kenaikan plafon utang pemerintah federal AS.
Ini artinya, pemerintahan Presiden AS Joe Biden bisa menambah utangnya lagi guna menghindari default (gagal bayar) untuk pertama kalinya.
UU tersebut sudah dikirimkan ke Gedung Putih dan tinggal menunggu tanda tangan Presiden Biden.
Jika resmi diteken, plafon utang AS bisa jadi akan meningkat sekitar 2,5 triliun dollar AS atau sekitar Rp 35 ribu triliun, dari 28 triliun dollar AS menjadi 31,4 triliun dollar AS.
Pada September lalu, publik juga diperdengarkan dengan kabar Pemerintah Australia yang menghentikan pengadaan belasan kapal salam diesel dengan Perancis yang padahal sudah diteken pada 2016.
Sebagai ganti atas proyek 40 miliar dollar AS itu, Australia beralih ke Amerika - Inggris, meneken perjanjian AUKUS untuk mengadakan delapan kapal selam nuklir.
Langkah Australia ini menimbulkan kemarahan dari pihak Perancis yang merupakan sekutu Amerika dan Inggris di NATO.
Perancis merasa dikhianati oleh Australia dan mengklaim tidak diberi tahu bahwa perjanjian akan dibatalkan.
Sebagai respon kekecewaan, Perancis pun menarik dubes di Amerika dan Australia.
China sendiri sempat mengecam kesepakatan AUKUS.
Menurut "Negeri Tirai Bambu", pengadaan kapal selam nuklir oleh Australia, Amerika, dan Inggris akan menimbulkan ketidakstabilan regional di kawasan Indo-Pasifik.
Selain itu, juga dinilai akan menggenjot perlombaan teknologi persenjataan nuklir.
China diketahui memiliki banyak kepentingan di Indo-Pasifik seperti klaim Laut Cina Selatan.
Baca juga: KALEIDOSKOP INTERNASIONAL APRIL 2021: Pasangan Gay Thailand Menikah | Tsunami Covid-19 India
Perdana Menteri Australia Scott Morrison membela diri soal keputusannya menghentikan kesepakatan pengadaan kapal selam dengan Perancis dan beralih ke Amerika dan Inggris.
Menurut dia, Pemerintah Australia mengambil keputusan yang tepat dan sudah memberi tahu Prancis soal batalnya pengadaan kapal selam.
Morrison menyebut bahwa dirinya bisa memahami kekesalan Perancis. Namun, dia kembali menegaskan bahwa sebagai PMm dirinya harus mengambil keputusan yang paling menguntungkan Australia.
Pada September 2021, perhatian publik juga sempat ditarik ke Yaman.
Di mana, saat itu, ada lebih dari 50 orang dilaporkan telah tewas di negara tersebut saat terjadi bentrok antara pemberontak Houthi dan pasukan pro-pemerintah Yaman hanya dalam hitungan hari.
Baca juga: KALEIDOSKOP INTERNASIONAL MEI 2021: Konflik Hamas-Israel | Lonjakan Covid-19 Asia Tenggara
Pertempuran tepatnya terjadi Kota Marib.
Marib sendiri adalah medan pertempuran utama dari Perang Yaman yang sudah berlangsung tujuh tahun.
Jika dihitung dalam sebulan, kurang lebih ada 400 orang tewas pada September setelah pemberontak yang didukung Iran itu menyerang Marib, benteng terakhir pemerintah di utara yang kaya minyak.
Houthi awalnya meningkatkan upaya mereka untuk merebut Marib pada Februari, dengan harapan mendapatkan kendali atas kota yang vital secara strategis dan sumber daya minyak di kawasan itu.
Baca juga: KALEIDOSKOP INTERNASIONAL JUNI 2021: 100 Tahun Partai Komunis China | Benjamin Netanyahu Lengser
Di Yaman, perang antara koalisi militer pimpinan Arab Saudi yang mendukung pemerintah Yaman melawan Houthi selama ini telah menewaskan puluhan ribu dan memaksa jutaan orang mengungsi.
Sekitar 80 persen dari 30 juta orang Yaman bergantung pada bantuan.
PBB menyebutnya krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Perang Yaman berkobar pada 2014 ketika Houthi merebut ibu kota Sanaa, mendorong intervensi yang dipimpin Arab Saudi untuk menopang pemerintah yang diakui secara internasional pada tahun berikutnya.
Baca juga: KALEIDOSKOP INTERNASIONAL JULI 2021: Jamur Hitam Mewabah di India | Banjir Bandang di Jerman
September 2021 menandai tujuh tahun sejak Houthi menguasai Sanaa.
Beberapa analis mengatakan, keseimbangan berubah condong mendukung pemberontak melawan koalisi.
Lalu ketika PBB dan AS mendorong untuk mengakhiri perang Yaman, Houthi menuntut pembukaan kembali bandara Sanaa, yang ditutup oleh blokade Arab Saudi sejak 2016 atau sebelum ada gencatan senjata maupun negosiasi.
Pembicaraan terakhir terjadi di Swedia pada 2018, ketika pihak-pihak yang berkonflik menyetujui pertukaran tahanan massal dan untuk menyelamatkan kota Hodeida.
Baca juga: KALEIDOSKOP INTERNASIONAL AGUSTUS 2021: Taliban Kuasai Afghanistan | AS Juara Umum Olimpiade Tokyo