AMSTERDAM, KOMPAS.com - Jaksa Belanda pada Senin (20/12/2021) mengatakan, empat tersangka penembak pesawat Malaysia Airlines MH17 dengan rudal darat-ke-udara memiliki kepentingan militer sendiri.
Keempat tersangka itu diadili secara in absentia, karena meluncurkan rudal BUK yang menghantam pesawat MH17 di langit Ukraina timur yang dilanda perang pada 2014, menewaskan semua 298 orang di dalamnya.
Jaksa meluncurkan argumen penutup dalam persidangan Senin, mengatakan keempat tersangka itu memainkan peran penting dalam mengamankan sistem BUK, yang kemungkinan besar dimaksudkan untuk menyerang pesawat tempur Ukraina.
Baca juga: 17 Juli 2014, MH17 Jatuh Tertembak Rudal di Ukraina, Bagaimana Detik-detik Insiden Mencekam Itu?
"Jika ini niatnya, itu tidak mengubah tuduhan menjadikannya sebagai tindak pidana," kata jaksa penuntut umum Thijs Berger kepada hakim.
"Kesalahan target juga tidak ada bedanya dengan bukti bahwa kejahatan semacam itu telah dilakukan," lanjutnya dikutip dari AFP.
Para tersangka "menggunakan rudal BUK sebagai alat untuk melayani kepentingan militer mereka sendiri dan menembak MH17 dengan itu", tambahnya.
Para penyelidik internasional mengatakan, rudal BUK awalnya dibawa dari pangkalan militer Rusia, seolah-olah akan digunakan dalam perang melawan pasukan Ukraina.
Berger mengatakan, keempat pria yang diadili tersebut "tidak menekan tombol itu sendiri, tetapi ... menggunakannya untuk perjuangan bersenjata mereka dengan tujuan menghancurkan sebuah pesawat".
Sebanyak empat tersangka yang diadili adalah warga negara Rusia Igor Girkin, Sergei Dubinsky, dan Oleg Pulatov, serta warga negara Ukraina Leonid Kharchenko.
Baca juga: Jenderal Rusia Dituduh Izinkan Kirim Rudal yang Tembak Malaysia Airlines MH17
Girkin (49) juga dikenal dengan nama samarannya "Strelkov", adalah tersangka paling terkenal, mantan mata-mata Rusia dan penggemar sejarah yang turut memulai perang di Ukraina.
Dubinsky (57) yang juga dikaitkan dengan intelijen Rusia, diduga menjabat sebagai kepala intelijen militer separatis.
Pulatov (53) adalah mantan tentara pasukan khusus Rusia dan salah satu wakil Dubinsky.
Kharchenko (48) diduga memimpin unit separatis di Ukraina timur.
Keempatnya menolak untuk hadir di pengadilan di Belanda dan diadili secara in absentia.
Vonis di pengadilan dengan keamanan tinggi, dekat bandara Schiphol Amsterdam lokasi MH17 lepas landas dalam penerbangannya ke Kuala Lumpur, diperkirakan paling cepat dijatuhkan pada akhir 2022.
"Hukuman maksimumnya adalah penjara seumur hidup," kata juru bicara pengadilan kepada AFP.
Baca juga: Rusia Seret Ukraina ke Pengadilan atas Jatuhnya MH17 dan Kematian Warga Sipil
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.