WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Utusan iklim AS John Kerry menyentil negara-negara penghasil gas rumah kaca besar untuk bergerak lebih cepat mengatasi pemanasan global.
Negara-negara yang disebut Kerry tersebut meliputi China, India, Rusia, Brasil, Meksiko, Indonesia, dan Afrika Selatan.
Menurutnya, janji pemerintah di negara-negara penghasil emisi besar dalam mengurangi emisi karbon dioksida dan metana masih belum cukup untuk membatasi pemanasan global.
Baca juga: KTT G20 di Italia Sukses, Sepakat Atasi Pemanasan Global
Padahal, komunitas internasional sepakat untuk menjaga suhu bumi tidak naik lebih dari 1,5 derajat Celsius berdasarkan Kesepakatan Paris sebagaimana dilansir NDTV.
“Dan itu berarti China, India, Rusia, Brasil, Meksiko, Indonesia, Afrika Selatan, sekelompok negara yang harus bergerak," kata Kerry dalam Reuters Next.
Kendati demikian, Kerry menambahkan bahwa mereka juga harus dibantu.
“Dan kita harus membantu mereka. Ini bukan hanya tanggung jawab yang diturunkan pada mereka,” sambung Kerry.
Baca juga: AS dan UE Sepakat untuk Kurangi Emisi Gas Metana Penyabab Pemanasan Global
Kerry mengatakan, AS sudah terlibat dengan negara-negara tersebut untuk membantu mereka mempercepat bertransisi ke energi yang lebih bersih dan mengurangi emisi.
Keterlibatan AS tersebut contohnya adalah dukungan Washington untuk inisiatif energi bersih India.
Selain itu, kesepakatan bersama antara AS dengan China di mana Beijing berkomitmen untuk mempercepat pengurangan emisi.
Kerry menambahkan, investasi swasta dalam teknologi energi bersih lain juga penting untuk mengatasi perubahan iklim.
Baca juga: Tak Hanya Pemanasan Global, Ini 5 Penyebab Banjir Eropa 2021 Sangat Parah
Contoh teknologi energi bersih lain itu seperti hidrogen “hijau”, teknologi baterai termutakhir, reaktor nuklir modular, dan teknologi penangkap karbon.
Bulan lalu, dunia sepakat meninjau kembali janji pengurangan emisi nasional pada 2022 untuk membantu memastikan dunia dapat membatasi kenaikan suhu global tak lebih dari 1,5 derajat Celsius.
Janji tersebut mereka sepakati melalui COP26 di Glasgow, Skotlandia, yang berlangsung pada awal November.
Para ilmuwan selalu memperingatkan bahwa jika suhu bumi naik di atas 1,5 derajat Celsius, dampat lingkungan dan bencana yang destruktif akan sering terjadi.
Baca juga: Tepis Isu Pemanasan Global, Biden Sebut Trump Pembakar Iklim
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.