SEOUL, KOMPAS.com - Istri mendiang diktator Korea Selatan, Chun Doo-hwan, pada Sabtu (27/11/2021) meminta maaf atas rasa sakit dan luka akibat pemerintahan suaminya.
Chun Doo-hwan dikenal brutal dalam menghancurkan lawan politik. Ia akhirnya lengser setelah dituntut paksa oleh massa dalam demonstrasi.
Pada Selasa (23/11/2021) Chun Doo-hwan meninggal di rumahnya di Seoul dalam usia 90 tahun, tapi tetap menjadi salah satu tokoh paling dibenci di Korsel.
Baca juga: Mantan Diktator Korea Selatan Chun Doo-hwan Meninggal di Usia 90 Tahun
Saat menjadi jenderal di militer, Chun Doo-hwan mengambil kendali Korea Selatan dalam kudeta setelah pembunuhan penguasa kuat Park Chung-hee pada 1979.
Chun Doo-hwan menjabat sebagai presiden Korea Selatan dari 1980 hingga 1988. Ia memerintah dengan tangan besi, dikenal sebagai "Penjagal Gwangju" karena memerintahkan pasukannya menumpas pemberontakan melawan kekuasaannya pada 1980 di kota itu.
"Atas nama suami saya, saya ingin meminta maaf sedalam-dalamnya kepada mereka yang menderita rasa sakit dan luka selama masa jabatannya," kata Lee Soon-ja, istri Chun Doo-hwan, pada hari terakhir upacara pemakaman suaminya itu selama lima hari.
Kantor berita AFP melaporkan, permintaan maaf itu singkat dan tidak merinci kesalahan Chun Doo-hwan.
Chun Doo-hwan sendiri tidak pernah meminta maaf selama hidupnya atas kekejamannya, dan berkutat dengan berbagai persidangan di tahun-tahun terakhir hidupnya.
Pemerintahannya ditandai dengan meluasnya penyiksaan terhadap para pembangkang dan pengekangan kebebasan berekspresi.
Sekitar 200 orang tewas atau hilang selama pemberontakan di Gwangju, menurut angka resmi, tetapi para aktivis menyebut jumlah korban mungkin tiga kali lebih banyak.
Baca juga: Akhir Hidup Adolf Hitler, Diktator Jerman Era Perang Dunia II
Chun Doo-hwan dihukum karena pengkhianatan dan dijatuhi hukuman mati pada 1996, tetapi hukumannya diringankan setelah banding dan dibebaskan usai mendapat ampunan presiden.
Lee Jae-myung, capres dari Partai Demokrat yang berkuasa untuk pilpres Korea Selatan tahun depan mengatakan, Lee Soon-ja istri Chun Doo-hwan menghina rakyat Gwangju dengan tidak secara khusus menyebutkan pemberontakan dan korbannya dalam permintaan maaf.
Namun, Min Jeong-ki yang merupakan ajudan lama Chun Doo-hwan mengatakan kepada media lokal, permintaan maaf Lee Soon-ja tidak mencakup pemberontakan karena terjadi sebelum Chun resmi menjabat sebagai presiden.
Baca juga: Akhir Hidup Benito Mussolini, Diktator Italia Era Perang Dunia II
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.