Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Rayakan Kemenangan Pakistan Viral, Ratusan Pelajar Kashmir Dituntut UU Teror India

Kompas.com - 28/10/2021, 16:49 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

SRINAGAR, KOMPAS.com - Polisi di Kashmir yang dikelola India mengajukan kasus pidana di bawah undang-undang anti-teror yang ketat, terhadap mahasiswa dari dua perguruan tinggi kedokteran di wilayah tersebut, karena merayakan kemenangan Pakistan melawan India di kejuaran kriket, Piala Dunia T20.

Pakistan mengalahkan musuh bebuyutannya India dalam pertandingan kriket yang diadakan di Uni Emirat Arab pada Minggu (24/10/2021) malam.

Kekalahan India memicu serangan terhadap mahasiswa Kashmir di negara bagian Punjab barat, dan seorang anggota Muslim dari tim India dilecehkan secara online.

Baca juga: Kashmir Memanas, 2 Tentara India Tewas Disergap Terduga Pemberontak

Sentimen anti-India mengalir jauh di Kashmir, wilayah Himalaya yang diklaim seluruhnya oleh India dan Pakistan yang menguasai sebagiannya.

Pemberontakan rakyat melawan pemerintahan India meletus di Kashmir yang dikelola India pada 1990-an. Pemberontak menuntut penggabungan dengan Pakistan yang mayoritas Muslim atau sebuah negara merdeka.

Dalam kondisi itu, pertandingan kriket India-Pakistan pekan lalu membangkitkan reaksi keras terutama di lembah yang menjadi sengketa.

Penduduk secara terbuka menyatakan dukungan mereka kepada Pakistan, untuk membuat pernyataan politik.

Setelah pertandingan Minggu (24/10/2021), ada perayaan di wilayah yang disengketakan, atas kemenangan pertama Pakistan melawan India di Piala Dunia kriket.

Di antara mereka yang bersorak adalah mahasiswa dari perguruan tinggi kedokteran terkemuka di kawasan itu: Sekolah Tinggi Kedokteran Pemerintah dan Institut Ilmu Kedokteran Sher-i-Kashmir, keduanya terletak di kota utama Srinagar.

Video perayaan mereka di luar asrama tempat tinggal mereka menjadi viral di media sosial.

Baca juga: Keluarga Almarhum Separatis Kashmir India Dikasuskan Setelah Diduga Bungkus Jenazah dengan Bendera Pakistan

Pada Selasa (26/10/2021), seorang pejabat senior polisi mengatakan kepada Al Jazeera, bahwa dua kasus di bawah Undang-Undang Pencegahan Aktivitas Melanggar Hukum (UAPA) telah diajukan terhadap sejumlah siswa yang tidak diketahui.

Mereka dituduh menyebabkan “penghinaan terhadap sentimen nasional selama pertandingan kriket”.

Tidak ada siswa yang disebutkan namanya dalam First Information Report (FIR) yang diajukan oleh polisi dan sejauh ini tidak ada penangkapan yang dilakukan.

Tetapi langkah itu telah memicu kemarahan di wilayah tersebut. Selusin mahasiswa Kashmir diserang oleh massa, di setidaknya dua perguruan tinggi di Punjab, karena merayakan kemenangan Pakistan melawan India.

Para siswa mengeklaim sedang menonton pertandingan di kamar mereka, ketika orang-orang yang membawa tongkat menyerang mereka, melukai beberapa orang dengan serius.

Kasus UAPA terhadap mahasiswa kedokteran diajukan menyusul rentetan cekcok online. Beberapa pengguna media sosial mengatakan para mahasiswa harus "dikirim ke Pakistan" dan ditolak dari pekerjaan pemerintah di masa depan.

Baca juga: Tokoh Separatis Meninggal, India Kunci Wilayah Kashmir

Selama turnamen Piala Asia 2014, hampir 60 siswa Kashmir diskors oleh sebuah perguruan tinggi di negara bagian utara Uttar Pradesh, setelah mereka merayakan kemenangan Pakistan atas India. Tuduhan itu kemudian dibatalkan.

Ravinder Raina, presiden Partai Bharatiya Janta (BJP) yang berkuasa di Kashmir yang dikelola India, mengatakan semua orang yang mendukung “negara musuh” Pakistan, akan segera dipenjara.

“Orang-orang yang merayakan kemenangan Pakistan di Kashmir atau tempat lain, kasusnya telah didaftarkan. Orang-orang ini akan diidentifikasi dan mereka akan segera berada di balik jeruji besi,” kata Raina, yang berbasis di kota selatan Jammu, kepada wartawan.

Mehbooba Mufti, mantan kepala menteri Kashmir yang dikelola India, mengkritik serangan terhadap warga Kashmir, menyusul reaksi mereka terhadap kemenangan Pakistan.

“Mengapa kemarahan seperti itu terhadap warga Kashmir karena merayakan kemenangan Pakistan?” dia bertanya di Twitter.

“Orang tidak lupa berapa banyak yang dirayakan dengan membagikan permen ketika (wilayah) dipotong-potong dan dilucuti dari status khusus,” tulisnya, merujuk pada langkah India 2019.

Baca juga: Pemimpin Separatis Kashmir Meninggal, India Perketat Keamanan dan Putus Jaringan Internet

Pada Agustus 2019, pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi menghapus Pasal 370 dan 35A konstitusi India. Kebijakan ini secara efektif mencabut otonomi terbatas satu-satunya wilayah mayoritas Muslim di India.

Langkah itu diikuti oleh tindakan keras keamanan selama berbulan-bulan, penangkapan ratusan warga Kashmir, dan pemisahan wilayah itu menjadi dua wilayah yang dikendalikan federal.

Sejak itu, wilayah yang sangat termiliterisasi ini telah menyaksikan kerusuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sedikitnya 39 orang, termasuk 12 warga sipil, 17 pemberontak dan 10 tentara India, tewas bulan ini saja.

Puluhan ribu orang tewas di wilayah tersebut sejak 1990 akibat konflik tersebut.

Seorang pengacara hak asasi manusia Kashmir, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa meneriakkan “Pakistan zindabad” (Hidup Pakistan) setelah kemenangan kriket tidak salah secara hukum.

“Pengadilan pada akhirnya akan membatalkan kasus terhadap para siswa ini, tetapi di bawah UAPA, hampir tidak mungkin untuk mendapatkan jaminan,” katanya kepada Al Jazeera.

“Sangat tidak dewasa, tidak sensitif, dan keras untuk memberlakukan undang-undang anti-teror yang ketat pada siswa hanya untuk perayaan, betapapun antusiasnya mereka.”

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com