Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ibuku yang Terinfeksi Covid Dijadikan Kelinci Percobaan"

Kompas.com - 16/10/2021, 18:17 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

BRASILIA, KOMPAS.com - Sebuah penyedia layanan kesehatan di Brasil dituduh memberikan obat-obatan yang belum teruji kepada pasien Covid-19 dan melakukan eksperimen terhadap lansia tanpa persetujuan keluarga. Tuduhan ini dikaitkan dengan kematian, yang menurut keluarga, seharusnya bisa dicegah.

Rasa duka Katia Castilho membuatnya tidak bisa tidur. Pada Maret lalu, Noberto, ayahnya, dilarikan ke rumah sakit umum di Sao Paulo karena Covid-19.

Brasil, yang terpukul keras oleh pandemi, saat itu tengah berada di puncak gelombang kedua, dengan tingkat kematian per hari mencapai 4.000 kasus.

Baca juga: Cucu Presiden Brasil Positif Covid-19, Setelah Ayahnya Terinfeksi Usai ke AS Tanpa Divaksin

Beberapa hari setelahnya, ibu Katia menampakkan gejala tertular Covid-19.

Irene, tak seperti Noberto, memiliki akses pada penyedia layanan kesehatan bernama Prevent Senior, salah satu yang terbesar di negara tersebut dan memiliki lebih dari setengah juta pelanggan.

Keluarga Castilho menghubungi perusahaan tersebut dan dikirimi apa yang disebut sebagai "Covid Kit", sebuah paket perawatan Covid berisi hydroxychloroquine, azithromycin, dan ivermectin — meskipun tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan obat-obatan tersebut bermanfaat dalam menyembuhkan virus corona.

Keadaan Irene semakin memburuk, sehingga Katia dan kedua saudara perempuannya memutuskan membawa sang ibu ke rumah sakit yang dimiliki Prevent Senior.

Namun, yang mengejutkan bagi tiga kakak-beradik itu, sang ibu dipulangkan tanpa diperiksa.

Dalam semalam, keadaan Irene memburuk. Pagi harinya, Irene bahkan sulit bernapas meski sudah dibantu dengan tabung oksigen.

Keluarga itu kembali ke rumah sakit, kali ini Irene dirawat inap.

Di hari yang sama, Noberto meninggal dunia.

Dia dimakamkan dengan terburu-buru, tanpa ritual, sementara mobil jenazah menunggu salah satu putrinya memberikan ucapan selamat tinggal sebelum mengantarkannya kembali ke rumah dan menjemput jenazah lain.

Baca juga: Kekeringan Parah Ancam Pasokan Listrik, Warga Brasil Diminta Berhenti Gunakan Lift dan Mandi Air Dingin

Irene diberikan perangkat yang disebut Covid Kit, sebuah perawatan yang belum teruji, oleh penyedia kesehatannya.KATIA CASTILHO via BBC INDONESIA Irene diberikan perangkat yang disebut Covid Kit, sebuah perawatan yang belum teruji, oleh penyedia kesehatannya.
Sementara itu, di rumah sakit, Irene dirawat di bangsal kecil. Perawat jarang menengoknya, kata Katia. Ketiga putrinya bergantian menjaga dan memastikan masker oksigen terpasang.

Suatu hari, Katia mendapati salah seorang perawat memberikan Irene cairan kental.

Itu adalah flutamide, kata sang perawat, sejenis hormon yang dipakai untuk merawat pasien kanker prostat.

Flutamide dapat menyebabkan kegagalan fungsi liver pada pasien tertentu, dan Irene adalah penyintas kanker liver.

Katia dan kedua kakaknya berkata, mereka telah meminta rumah sakit tidak memberikan obat itu kepada ibunya.

"Saya sangat gundah dengan apa yang terjadi pada ayah saya, sehingga saya tidak mencari dokter untuk mendiskusikan ini," ujar Katia. "Lalu saya melihat keadaan ibu saya semakin buruk."

Irene dirawat di rumah sakit selama nyaris 10 hari, ketika dia kemudian dibawa ke ruang perawatan intensif.

Organ-organnya mengalami kegagalan, dan dia mengalami thrombosis vena dalam. Setelah tiga minggu, dia juga terinfeksi dengan bakteri yang umum ditemukan di rumah sakit.

Irene meninggal dunia.

Ketiga putrinya hanya punya 20 menit untuk mendampingi ibu mereka di saat terakhirnya. Irene dikremasi dan abunya ditaburkan di atas kuburan Noberto.

Baca juga: Dilarang Masuk Restoran karena Belum Vaksin, Presiden Brasil Kepergok Makan Berdiri di Pinggir Jalan AS

"Ibu saya mempercayai mereka"

Setelah intensitas kedua peristiwa itu mereda, Katia berkata dia "tiba-tiba menyadari" apa yang terjadi pada saat perawatan ibunya.

"Saya mulai mengingat-ingat kembali. Saya tidak bisa tidur. Saya merasa seperti sedang memutar kaset kembali, dan menyadari apa yang salah."

Kelalaian itu, kata Katia, dimulai sejak Irene menerima paket "Covid Kit". Saat itu, para ilmuwan telah mulai berbicara tentang banyaknya penggunaan obat-obatan ini, dan banyak dokter meresepkannya ketimbang mengirim pasien ke perawatan intensif yang lebih mahal.

"Ibu saya sangat percaya (Prevent Senior). Dia sangat cemas dan meminta saya menelpon mereka untuk menanyakan kapan 'Covid Kit' miliknya sampai," ujarnya.

"Dia tidak akan pernah menyangka bahwa di tangan mereka, dia hanyalah kelinci percobaan, dan dia akan segera meninggal dunia."

Kini, lebih banyak kematian disalahkan atas praktik medis perusahaan tersebut.

Presiden Bolsonaro telah sering kali menyarankan perawatan dan obat Covid yang belum teruji.REUTERS via BBC INDONESIA Presiden Bolsonaro telah sering kali menyarankan perawatan dan obat Covid yang belum teruji.
Senat yang tengah menyelidiki penanganan pandemi oleh pemerintah juga mendengar tuduhan bahwa perusahaan tersebut ingin mendukung pengobatan-pengobatan yang belum terbukti, yang pernah disebut oleh Presiden Jair Bolsonaro, yang berulang kali mengecilkan Covid-19.

Mantan pasien, Tadeu Frederico de Andrade yang berusia 65 tahun memberikan kesaksian bahwa dia juga diberikan "Covid Kit" dan dirawat dengan flutamide.

Keluarganya berkata bahwa para dokter ingin mengalihkannya ke perawatan paliatif tanpa persetujuan mereka.

"Saya adalah penyintas dari plot mengerikan ini," katanya.

Bruna Morato, seorang pengacara yang mewakili 12 orang whistleblower, mengatakan kepada senat bahwa para dokter diancam dan dipecat jika mereka tidak menyetujui pengobatan yang belum terbukti ini.

Perusahaan tersebut juga dituduh sengaja tidak menyebutkan Covid-19 dalam catatan kematian para pasien untuk menyembunyikan skala permasalahan ini.

Baca juga: Foto Viral Pevoli Brasil Pakai Masker Saat Laga, Ada Alasan Menyentuh di Baliknya

Prevent Senior berkata kepada BBC melalui pernyataan tertulis bahwa Irene dan Tadeu "menerima semua dukungan klinis dan medis" dan perusahaan tidak pernah melakukan tindakan perawatan yang bertentangan dengan etika medis demi mengurangi biaya.

Mereka juga berkata tuduhan terhadap perusahaan tersebut di muka Senat "tak berdasar" dan "merupakan hukuman publik". Perusahaan tersebut juga berkata tidak pernah memecat pegawainya karena pengakuan mereka.

Pedro Batista, CEO perusahaan tersebut, mengaku kepada para senator bahwa Covid-19 tak ditulis dalam laporan pasien setelah dua minggu, karena mereka dianggap tidak lagi menularkan virus.

Namun dia menyangkal menguji obat yang belum terbukti khasiatnya kepada pasien tanpa sepengetahuan mereka.

Saat ini, Prevent Senior sedang diselidiki oleh jaksa penuntut federal, polisi, dan diinvestigasi secara terpisah oleh penegak hukum negara bagian São Paulo.

Kasus ini, yang telah menimbulkan kemarahan publik di negara tersebut, menimbulkan kontroversi politik. Pemerintah federal disalahkan karena longgarnya aturan mereka atas perawatan terkait Covid-19.

Senat juga telah mendengar bahwa pemerintahan Bolsonaro telah berulang kali tidak mengacuhkan tawaran dari perusahaan obat Pfizer yang menjual 70 juta dosis vaksin mereka.

Pekan depan, laporan final hasil investigasi ini akan dibuka untuk umum, dan kemungkinan akan menuduh Bolsonaro telah melakukan pelanggaran serius dalam respon terhadap pandemi, yang mengakibatkan lebih dari 600.000 kematian.

Katia Castilho berkata keluarganya merasa sangat "hancur".

"Hari ketika ayah saya meninggal dunia, dia seharusnya menerima dosis pertama vaksin," ujarnya. "Saya kehilangan ayah dan ibu saya karena virus yang sudah ada vaksin (untuk melawannya).

"Menyangkal sains bisa menyebabkan orang lain tewas, tapi ketika Anda memikirkan tentang uang dan kepentingan yang terlibat dalam semua ini… Saya tidak bisa terus diam."

* Vinicius Lemos di São Paulo berkontribusi untuk laporan ini

Baca juga: Ribuan Warga Brasil Tumpah di Jalan, Tuntut Pemakzulan Presiden Jair Bolsonaro

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Hujan Lebat di Brasil Selatan Sebabkan 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Sebabkan 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com