Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puluhan Pemimpin Agama Serukan untuk Peduli Perubahan Iklim

Kompas.com - 06/10/2021, 05:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

VATIKAN, KOMPAS.com - Puluhan pemimpin agama menghimbau pemerintah untuk berkomitmen pada target ambisius konferensi PBB dalam menangani perubahan iklim.

Seruan peduli perubahan iklim itu digemakan pada Senin (4/10/2021) oleh para imam, rabi, patriark, dan pendeta.

Para pemimpin agama menjelaskan bagaimana tradisi iman mereka menafsirkan keadaan darurat saat ini karena perubahan iklim.

Lalu, menekankan bahwa agama dan sains harus bertindak bersama untuk menyelamatkan planet dari perubahan iklim, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Senin (4/10/2021).

Baca juga: Aktivis Greta Thunberg Sindir Keras Janji Pemimpin Dunia soal Perubahan Iklim

“Faith and Science: An Appeal for COP26” adalah prakarsa terbaru dari pemimpin dunia untuk menggalang dukungan sebelum KTT 31 Oktober - 12 November di Glasgow, Skotlandia, yang menurut para ahli adalah kesempatan untuk mengekang emisi gas rumah kaca.

“Saya menyerukan kepada semua anak muda, apa pun agamanya, untuk siap melawan tindakan apa pun yang merusak lingkungan atau meningkatkan krisis iklim,” kata Imam Besar Sheikh Ahmed Al-Tayeb dari Masjid Al-Azhar di Kairo, Mesir.

Bagi para pemimpin agama, kepedulian terhadap lingkungan adalah keharusan moral untuk melestarikan planet ini untuk generasi mendatang dan untuk mendukung komunitas yang paling rentan terhadap perubahan iklim.

Para pemimpin agama menekankan tidak ada negara yang bisa berjalan sendiri untuk mengatasi perubahan iklim.

Baca juga: Sidang Umum Ke-76 PBB: Fokus Melawan Perubahan Iklim dan Pandemi Covid-19

“Jika satu negara tenggelam, kita semua tenggelam,” kata Rajwant Singh, seorang pemimpin Sikh dari Amerika Serikat.

“Air adalah bapaknya, udara adalah gurunya, dan Bumi adalah ibu kita bersama. Sama seperti kita tidak menghina ibu, ayah, dan guru kita, mengapa kita tidak menghormati hadiah dari pencipta kita ini?” ungkap Rajwant Singh.

Sekitar 40 pemimpin agama berkumpul di Vatikan di Roma pada pertemuan yang diadakan oleh Paus Fransiskus sebelum pertemuan COP26 yang akan membahas soal perubahan iklim.

Para pemimpin agama utama yang mewakili Islam Sunni dan Syiah, Yudaisme, Hindu, Buddha, Taoisme, Jainisme, Sikhisme, dan banyak lagi yang hadir, untuk mengingatkan pentingnya kerja sama untuk mengatasi perubahan iklim.

Baca juga: PBB Kritik Rencana Ratusan Negara Termasuk Indonesia Atasi Perubahan Iklim

“Kita telah mewarisi sebuah taman, kita tidak boleh meninggalkan gurun untuk anak-anak kita,” kata seruan yang ditandatangani oleh para pemimpin agama yang berkumpul sebelum menyerahkannya kepada ketua konferensi COP26, Alok Sharma.

Dalam seruan tersebut, para pemimpin agama mendesak para pemimpin politik untuk mengadopsi langkah-langkah membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 Celcius, sebagai cara mencegah perubahan iklim.

Kemudian, untuk negara-negara kaya yang paling bertanggung jawab atas emisi gas rumah kaca untuk memberikan “dukungan keuangan substansial” kepada komunitas yang paling rentan dalam menghadapi perubahan iklim.

Uskup Frederick Shoo, presiden Gereja Lutheran Tanzania, mengutip Martin Luther dalam menggambarkan panggilannya untuk mencegah perubahan iklim dengan menanam pohon di Gunung Kilimanjaro yang membuatnya mendapat julukan "uskup pohon".

“Bahkan jika saya tahu saya akan mati besok...saya akan menanam pohon hari ini,” kata Shoo, mengutip Luther abad ke-16 yang memisahkan diri dari Gereja Katolik.

Baca juga: WMO: Banyak Terjadi Bencana Iklim, tapi Tingkat Kematian Lebih Sedikit

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Diduga Coba Tembak Pendeta Saat Khotbah, Seorang Pria Ditangkap

Diduga Coba Tembak Pendeta Saat Khotbah, Seorang Pria Ditangkap

Global
Israel Perintahkan Evakuasi Warga dari Rafah Gaza Sebelum Serangan Terjadi

Israel Perintahkan Evakuasi Warga dari Rafah Gaza Sebelum Serangan Terjadi

Global
Arab Saudi Naikkan Harga Minyak karena Prospek Gencatan Senjata Gaza Tampak Tipis

Arab Saudi Naikkan Harga Minyak karena Prospek Gencatan Senjata Gaza Tampak Tipis

Global
Gara-gara Masuk Kardus Paket, Kucing Ini Terjebak sampai Luar Kota

Gara-gara Masuk Kardus Paket, Kucing Ini Terjebak sampai Luar Kota

Global
Cara Perempuan China Berhemat: Bermitra dengan Orang Asing di Dunia Maya

Cara Perempuan China Berhemat: Bermitra dengan Orang Asing di Dunia Maya

Internasional
OKI Kecam Genosida di Gaza, Desak Israel Diberi Sanksi

OKI Kecam Genosida di Gaza, Desak Israel Diberi Sanksi

Global
Demo Perang Gaza di Kampus AS, 'Deja Vu' Protes Mahasiswa Saat Perang Vietnam

Demo Perang Gaza di Kampus AS, "Deja Vu" Protes Mahasiswa Saat Perang Vietnam

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com