VATIKAN, KOMPAS.com - Puluhan pemimpin agama menghimbau pemerintah untuk berkomitmen pada target ambisius konferensi PBB dalam menangani perubahan iklim.
Seruan peduli perubahan iklim itu digemakan pada Senin (4/10/2021) oleh para imam, rabi, patriark, dan pendeta.
Para pemimpin agama menjelaskan bagaimana tradisi iman mereka menafsirkan keadaan darurat saat ini karena perubahan iklim.
Lalu, menekankan bahwa agama dan sains harus bertindak bersama untuk menyelamatkan planet dari perubahan iklim, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Senin (4/10/2021).
Baca juga: Aktivis Greta Thunberg Sindir Keras Janji Pemimpin Dunia soal Perubahan Iklim
“Faith and Science: An Appeal for COP26” adalah prakarsa terbaru dari pemimpin dunia untuk menggalang dukungan sebelum KTT 31 Oktober - 12 November di Glasgow, Skotlandia, yang menurut para ahli adalah kesempatan untuk mengekang emisi gas rumah kaca.
“Saya menyerukan kepada semua anak muda, apa pun agamanya, untuk siap melawan tindakan apa pun yang merusak lingkungan atau meningkatkan krisis iklim,” kata Imam Besar Sheikh Ahmed Al-Tayeb dari Masjid Al-Azhar di Kairo, Mesir.
Bagi para pemimpin agama, kepedulian terhadap lingkungan adalah keharusan moral untuk melestarikan planet ini untuk generasi mendatang dan untuk mendukung komunitas yang paling rentan terhadap perubahan iklim.
Para pemimpin agama menekankan tidak ada negara yang bisa berjalan sendiri untuk mengatasi perubahan iklim.
Baca juga: Sidang Umum Ke-76 PBB: Fokus Melawan Perubahan Iklim dan Pandemi Covid-19
“Jika satu negara tenggelam, kita semua tenggelam,” kata Rajwant Singh, seorang pemimpin Sikh dari Amerika Serikat.
“Air adalah bapaknya, udara adalah gurunya, dan Bumi adalah ibu kita bersama. Sama seperti kita tidak menghina ibu, ayah, dan guru kita, mengapa kita tidak menghormati hadiah dari pencipta kita ini?” ungkap Rajwant Singh.
Sekitar 40 pemimpin agama berkumpul di Vatikan di Roma pada pertemuan yang diadakan oleh Paus Fransiskus sebelum pertemuan COP26 yang akan membahas soal perubahan iklim.
Para pemimpin agama utama yang mewakili Islam Sunni dan Syiah, Yudaisme, Hindu, Buddha, Taoisme, Jainisme, Sikhisme, dan banyak lagi yang hadir, untuk mengingatkan pentingnya kerja sama untuk mengatasi perubahan iklim.
Baca juga: PBB Kritik Rencana Ratusan Negara Termasuk Indonesia Atasi Perubahan Iklim
“Kita telah mewarisi sebuah taman, kita tidak boleh meninggalkan gurun untuk anak-anak kita,” kata seruan yang ditandatangani oleh para pemimpin agama yang berkumpul sebelum menyerahkannya kepada ketua konferensi COP26, Alok Sharma.
Dalam seruan tersebut, para pemimpin agama mendesak para pemimpin politik untuk mengadopsi langkah-langkah membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 Celcius, sebagai cara mencegah perubahan iklim.
Kemudian, untuk negara-negara kaya yang paling bertanggung jawab atas emisi gas rumah kaca untuk memberikan “dukungan keuangan substansial” kepada komunitas yang paling rentan dalam menghadapi perubahan iklim.
Uskup Frederick Shoo, presiden Gereja Lutheran Tanzania, mengutip Martin Luther dalam menggambarkan panggilannya untuk mencegah perubahan iklim dengan menanam pohon di Gunung Kilimanjaro yang membuatnya mendapat julukan "uskup pohon".
“Bahkan jika saya tahu saya akan mati besok...saya akan menanam pohon hari ini,” kata Shoo, mengutip Luther abad ke-16 yang memisahkan diri dari Gereja Katolik.
Baca juga: WMO: Banyak Terjadi Bencana Iklim, tapi Tingkat Kematian Lebih Sedikit
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.