Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerap Disebut Tertinggi di Dunia, Orang-orang Negara Ini Kini Semakin Pendek

Kompas.com - 20/09/2021, 14:38 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber CNN

AMSTERDAM, KOMPAS.com - Belanda telah lama menjadi negara dengan penduduk tertinggi di dunia, tetapi penduduknya semakin pendek, menurut para peneliti Belanda.

Meskipun rata-rata tinggi tubuh meningkat selama 100 tahun terakhir, penelitian menunjukkan pria Belanda yang lahir pada 2001 lebih pendek 1 sentimeter (0,39 inci) dari orang seumurannya pada 1980.

Untuk wanita, perbedaannya lebih terasa dengan selisih 1,4 sentimeter (0,55 inci).

Baca juga: Benarkah Metabolisme Tubuh di Usia Dewasa Menurun? Studi Ini Membantahnya

Generasi 1980 Belanda mungkin jadi penduduk tertinggi yang pernah ada, diuntungkan dari peningkatan tinggi tubuh yang sangat besar.

Pria Belanda yang lahir pada 1980 memiliki tinggi rata-rata 183,9 sentimeter (6 kaki). Kondisi itu 8,3 sentimeter (3,27 inci) lebih tinggi daripada mereka yang lahir pada 1930.

Wanita yang lahir pada 1980 juga secara signifikan lebih tinggi pada 170,7 sentimeter (5,6 kaki), dibandingkan hingga 165,4 sentimeter (5,4 kaki) untuk mereka yang lahir pada 1930.

Studi oleh Statistics Netherlands, layanan kesehatan kota GGD dan National Institute for Public Health, RIVM, menganalisis 719.000 orang kelahiran Belanda berusia antara 19 dan 60 tahun, yang melaporkan tinggi badan mereka sendiri, dan menggunakan rata-rata tinggi badan pada usia 19 tahun sebagai patokan.

Melansir CNN pada Minggu (19/9/2021), alasan penurunan tinggi badan orang asli “Negara Kincir Angin”, sebagian terkait dengan peningkatan imigrasi dari kelompok populasi yang lebih pendek, menurut para peneliti.

Namun, pertumbuhan juga menurun untuk individu yang kedua orang tuanya lahir di Belanda, dan bagi mereka yang keempat kakek-neneknya semuanya kelahiran Belanda.

Pria Belanda tanpa riwayat keluarga migrasi tidak menunjukkan peningkatan tinggi badan, sedangkan wanita Belanda tanpa migrasi dalam keluarganya menjadi lebih pendek.

Baca juga: Punya Tubuh seperti Umur 80 Tahun, Anak Ini Meninggal di Usia 10 Tahun

Gambarannya tidak seragam di seluruh Belanda, dengan perbedaan besar antara utara dan selatan negara itu.

Mereka yang berasal dari Limburg adalah yang terpendek, sedangkan penduduk asli Friesland lebih tinggi antara 3 sentimeter dan 3,5 sentimeter.

Para peneliti menekankan bahwa orang-orang asal “Negara Kincir Angin” tidak kehilangan gelar mereka sebagai orang tertinggi di dunia. Mereka yang lahir pada pergantian milenium masih mengeklaim status ini.

Mereka memperkirakan generasi akhir 1950-an menjadi yang pertama mempertaruhkan klaim yang tenar ini.

Selama bertahun-tahun, para peneliti mencoba mencari tahu mengapa orang Belanda begitu tinggi.

Penelitian menunjukkan bahwa hal itu bisa jadi karena seleksi alam dengan orang-orang lebih tinggi memiliki lebih banyak anak, hingga mewariskan gen tinggi mereka.

Penemuan tahun ini bukanlah yang pertama yang menunjukkan bahwa pertumbuhan atau rata-rata tinggi penduduk menurun.

Penelitian sebelumnya menunjukkan hal itu mungkin disebabkan oleh peningkatan fokus pada pola makan nabati dan stabilisasi "faktor lingkungan yang mendorong pertumbuhan."

Baca juga: Sejarah Eksekusi Kejam Immurement: Tubuh Ditembok, Dehidrasi lalu Mati

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Global
Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Global
AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

Global
Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Global
ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

Global
[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

Global
Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Global
Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Global
Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Global
Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Global
Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Internasional
Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Global
3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur 'Facial Vampir' di New Mexico

3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur "Facial Vampir" di New Mexico

Global
Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com