KOMPAS.com - Semakin kejam, semakin menyiksa. Semakin kesulitan menuju ajal, semakin menggembirakan.
Begitulah nuansa eksekusi mati yang banyak dilakukan di awal abad 20. Termasuk metode immurement, yang seolah membiarkan si pesakitan "menikmati" proses menuju ajal.
Dalam metode ini, terpidana mati dimasukan ke ruangan kecil yang hanya cukup untuk tubuhnya.
Mereka kemudian ditutup--dan dilupakan begitu saja.
Baca juga: 7 Hukuman Mati Paling Kejam dan Tidak Biasa Zaman Sejarah
Ini membuat terpidana mati akan tewas perlahan. Dehidrasi, kelaparan, dan kehabisan nafas jadi penyebab utamanya.
Konon, dalam sejarahnya, pernah ada seorang wanita di Mongolia yang disiksa memakai metode ini.
Bukan dikurung dalam ruangan kecil berdinding tembok seperti yang dipraktikan pada zaman Romawi Kuno, tapi dimasukan dalam kotak kayu yang hanya menyisakan lubang selebar leher.
Wanita itu dibiarkan mati kelaparan dan dehidrasi di bawah terik matahari. Tubuhnya akan mengalami gejolak luar biasa. Kering kerontang, tak bisa lagi bertahan.
Kematian, cepat atau lambat, pasti akan datang. Diiringi dengan penderitaan tiada tara yang tak tertahankan.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Eksekusi Mati Joan of Arc
Immurement memang dikenal amat menyiksa. Selain memakai tembok cor dan kotak kayu, ada pula yang memakai peti mati.
Bentuk eksekusi ini berbeda dari dikubur hidup-hidup, di mana korban biasanya meninggal sesak napas.
Immurement jauh lebih kejam dan mencekam.
Baca juga: Jumlah Eksekusi Mati di Dunia Capai Titik Terendah dalam Satu Dekade
Metode ini pernah dipakai hukuman untuk perempuan di Kekaisaran Romawi yang melanggar sumpah kesuciannya.
Immurement juga ditetapkan sebagai hukuman bagi perampok di Persia, bahkan hingga awal abad ke-20.
Ada juga beberapa bukti tentang dipakainya metode ini sebagai bukti praktik kurungan tipe peti mati Mongolia.
Baca juga: Klaim Revisi Hukumnya, Eksekusi Mati di Arab Saudi Turun 85 Persen pada 2020
Meski metode eksekusi mati ini sudah dihapuskan, tapi sejarah kekejamannya yang gila tak bisa begitu saja dilupakan.
Sisa-sisa kerangka yang kemungkinan besar adalah korban eksekusi ini, dari waktu ke waktu, ditemukan di balik dinding dan di ruang tersembunyi di beberapa wilayah.
Inilah bukti dari kekejaman masa lalu, yang menunjukkan bahwa generasi terdahulu punya cara sedemikian primitif sekaligus menyakitkan untuk menghakimi sesamanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.