Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10.000 Migran Haiti yang Berlindung di Bawah Jembatan Texas Akan Dideportasi AS

Kompas.com - 20/09/2021, 09:28 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

TEXAS, KOMPAS.com - Pemerintah Amerika Serikat (AS) berencana menerbangkan kembali ribuan migran Haiti yang berkumpul di bawah jembatan di Texas.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden memiliki tiga penerbangan yang direncanakan untuk Minggu (19/9/2021), menurut seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada The New York Times.

Melansir Business Insider, pemerintah AS berencana untuk menjalankan empat penerbangan sehari mulai Senin (20/9/3032).

Baca juga: Gubernur Texas: Pemerintah Biden Sangat Kacau, Penanganan Krisis Migran Sama Buruknya dengan Evakuasi Afganistan

Sekitar 10.000 migran berlindung di sebuah kamp darurat di bawah Jembatan Internasional Del Rio di Texas, yang melintasi Rio Grande dari Meksiko ke AS, menurut laporan The Washington Post.

Rekaman udara menunjukkan ribuan migran Haiti mengarungi perairan setinggi pergelangan kaki atau pinggang untuk mencapai AS dari Meksiko.

Mengutip BBC, Wali Kota Del Rio, Texas, Bruno Lozano telah menyatakan keadaan darurat. Menurutnya, situasi saat ini "belum pernah terjadi sebelumnya" dan "tidak terbayangkan”.

Para migran mengatakan kepada Reuters bahwa mereka menghadapi kekurangan makanan dan air di tengah meningkatnya suhu yang mencapai sekitar 99 Fahrenheit (37,22 derajat Celsius).

Pada Jumat (17/9/2021) AP melaporkan, pihak berwenang AS menyatakan sementara menutup penyeberangan perbatasan, "untuk menanggapi kebutuhan keselamatan dan keamanan yang mendesak.”

Baca juga: Amnesty: Qatar Gagal Jelaskan Penyebab Kematian Pekerja Migran

Para migran sebagian besar adalah orang Haiti, dengan beberapa orang Kuba, Peru, Venezuela, dan Nikaragua hadir.

Masuknya migran Haiti terjadi setelah musim panas, ketidakstabilan politik dan tragedi di negara Karibia itu.

Pada Juli, presiden Haiti Jovenel Moïse dibunuh di rumahnya. Pada Agustus, gempa bumi yang kuat menewaskan 2.100 orang dan membuat orang lain berjuang untuk kebutuhan dasar.

The Washington Post melaporkan lebih dari 29.000 warga Haiti tiba selama 11 bulan terakhir berdasarkan angka terbaru dari Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS.

Para migran itu adalah bagian dari gelombang warga Haiti yang menuju utara. Banyak dari mereka tiba di Amerika Selatan setelah gempa bumi 2010.

Banyak yang telah memulai perjalanan berbahaya untuk mencapai Amerika Serikat, berjalan melalui hutan dan menghindari geng kriminal.

Baca juga: Jangan Tinggalkan Masyarakat Afghanistan Sendirian, Permohonan Warga dari Kamp Migran


Setelah peristiwa musim panas itu, pemerintahan Biden membatasi penerbangan deportasi ke Haiti, menurut surat kabar itu.

Keputusan untuk mendeportasi para migran saat ini mencerminkan perubahan dalam pendekatan “Negeri Paman Sam”. Pasalnya Pemerintah AS berjuang untuk mengatasi jumlah migran yang mencapai rekor.

Partai Republik mengkritik pemerintahan Biden karena mengizinkan ratusan ribu migran tidak berdokumen melintasi perbatasan ke Amerika Serikat, kata The Times.

Demokrat melawan klaim tersebut.

"Kami telah menegaskan kembali bahwa perbatasan kami tidak terbuka, dan orang-orang tidak boleh melakukan perjalanan berbahaya," kata Marsha Espinosa, asisten sekretaris urusan publik untuk Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, menurut The New York Times.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Diduga Coba Tembak Pendeta Saat Khotbah, Seorang Pria Ditangkap

Diduga Coba Tembak Pendeta Saat Khotbah, Seorang Pria Ditangkap

Global
Israel Perintahkan Evakuasi Warga dari Rafah Gaza Sebelum Serangan Terjadi

Israel Perintahkan Evakuasi Warga dari Rafah Gaza Sebelum Serangan Terjadi

Global
Arab Saudi Naikkan Harga Minyak karena Prospek Gencatan Senjata Gaza Tampak Tipis

Arab Saudi Naikkan Harga Minyak karena Prospek Gencatan Senjata Gaza Tampak Tipis

Global
Gara-gara Masuk Kardus Paket, Kucing Ini Terjebak sampai Luar Kota

Gara-gara Masuk Kardus Paket, Kucing Ini Terjebak sampai Luar Kota

Global
Cara Perempuan China Berhemat: Bermitra dengan Orang Asing di Dunia Maya

Cara Perempuan China Berhemat: Bermitra dengan Orang Asing di Dunia Maya

Internasional
OKI Kecam Genosida di Gaza, Desak Israel Diberi Sanksi

OKI Kecam Genosida di Gaza, Desak Israel Diberi Sanksi

Global
Demo Perang Gaza di Kampus AS, 'Deja Vu' Protes Mahasiswa Saat Perang Vietnam

Demo Perang Gaza di Kampus AS, "Deja Vu" Protes Mahasiswa Saat Perang Vietnam

Global
Perundingan Gencatan Senjata Hamas-Israel Dilanjutkan Senin Ini

Perundingan Gencatan Senjata Hamas-Israel Dilanjutkan Senin Ini

Global
Sejarah dan Pentingnya Hari Kebebasan Pers Sedunia

Sejarah dan Pentingnya Hari Kebebasan Pers Sedunia

Internasional
Rangkuman Hari Ke-802 Serangan Rusia ke Ukraina: Roket dan Drone Tewaskan 2 Orang | Desa Ocheretyne Lepas

Rangkuman Hari Ke-802 Serangan Rusia ke Ukraina: Roket dan Drone Tewaskan 2 Orang | Desa Ocheretyne Lepas

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com